Rabu, 05 Desember 2012

Drabble (1)


Hari ini Nita merasa aneh. Entah apa yang terjadi, tapi perasaan buruk menghantui hatinya. Begitu sampai rumah, dengan segera ia meletakkan tasnya di meja dan ia duduk di atas kasur.
Ada apa ya? Kok kayaknya ada yang aneh…
Nita meraih tasnya dan mengeluarkan segala bentuk benda yang terdapat di dalamnya. Namun, ia tak merasa seperti kehilangan sesuatu. Nita tak menyerah dan tetap berpikir keras.
“Ada apa sih?!” Nita menjerit kesal. Kesal karena ia tidak bisa mengetahui apa yang membuat perasaannya merasa tidak tenang hari ini.
Nita menghela napas, dan menutup kedua matanya. Itu adalah cara andalannya bila ia merasa panik. Dan sekali lagi, ia berpikir. Menulusuri agendanya hari itu, dan mencoba menemukan hal janggal di dalamnya.
Namun, lagi-lagi gagal.
Nita merasa ponselnya berbunyi. Segera Ia raih dan dibukanya chat yang ternyata dari kakaknya itu.
Nit…..
Nita mengernyitkan dahinya. Ada apa lagi ini?
Kenapa kak?
…….
Ih kenapa sih lo?
Tak berapa lama, ia menerima sebuah request untuk menerima gambar. Setelah berhasil di accept, segera ia membukanya.
Deny Ardana
Status : In a relationship
Waktu terasa terhenti sejenak baginya. Tiba-tiba terbayang waktu yang mereka habiskan bersama 10 tahun lalu. Kini ia sadar semua itu hanyalah sekeping memori yang sudah hancur dan tidak berarti lagi baginya. Walaupun bagi Nita, kepingan itu adalah satu-satunya hal yang berharga baginya. Yang ingin selalu ia jaga agar di masa depan nanti, ia masih bisa merasakannya kehadirannya.
Nita tak sadar bahwa rasa yang dulu sempat hadir pada dirinya masih terpendam, walaupun hanya sedikit. Sebuah balasan yang dahulu ia harapkan, tak ia kira masih terkubur jauh di benaknya, walaupun hanya sesaat terbayang.
Dan ketika ia merasa matanya mulai jenuh menyimpan rasa yang ada, ia meraih ponselnya, menekan sederet angka yang berada di pikirannya
“Fi, gue mau cerita.”            

Senin, 12 November 2012

Blind {1}


Summary : The girl can’t feel what she see. The boy can’t see what he feel.
Cast: Seohyun, Kyuhyun -> CAN BE REPLACE!

                                                                       ~~~~~~

The first day that they met was at a bus stop. It was Monday morning. Joohyun didn’t realize a gentleman beside her until  the young man muttered something out from his lips.
“It’s still 6AM, isn’t it?”
Joohyun turn her head to the youth then give a glance to her watch.
“Yes.” Joohyun gave him a short answer.
Her bus came and the day just went like that.
                                                                        ***
The second day, Joohyun realize that the young man was blind.  She perceived it when the young man walks out his feet with some stick on his grip. The young man take a sit beside her and lean his stick on the chair. And also with that empty gaze. Joohyun sigh a breath out of her mouth. The young man flick a bit, eyes still looking upfront.
“You’re looking at me, aren’t you?” He asked.
Joohyun turn her head immediately.
“No, I’m not.”
The young man chuckle before shook his head.
“I might be blind, but it’s not like I don’t have this thing called intuition.  I tell you, blind people have sharper intuition than the one with normal eyes had.”
“Are you some doctor or something?” Said Joohyun cynically, upset.
“You nearly got it right.”
“Really? Then, what are you?”
“A therapist.” The young man said. He turns his head, so now he face Joohyun. “I’m Cho Kyuhyun.”
“Seo Joohyun.”
                                                               ***
It’s the third day when Joohyun finally gather her courage to start a conversation. The young man still looking the same. With the same empty gaze of his brown eyes.
“You’re not a regular passenger, aren’t you? You never come here frequently before.”
“Yeah, well. I have some goal in my life.”
“And,  why in the world is that have an effect to your  arrival at this bus stop?”
“Like I said, I have some goals in my life. Because I can’t see, there’re so many things I want to feel. Because I can’t see what is like being inside a bus, I tried to feel it. Because I can’t see what objects that were inside a bus, I tried to feel the breeze and smell the scent.”
“Then, have you tried to 'feel' some other transportation than just a bus?”
Kyuhyun nodded.
“Yeah, I tried korail and taxi before.”
Joohyun startled a bit. Shock by this youth in  front of her, trying to be normal while he knew he couldn’t.
“You've tried it hard.” Joohyun said.
“Well, people said, you don’t know until you try.”
                                                            ***
The fourth day was raining. Joohyun ended coming up late at the bus stop. But, what she saw was a quiescent figure. Sitting there with stick on his grip, extend his arm so that his palm can brushed with the raindrops.
Joohyun take a sit beside him and get a rid of  the wetness that caused by raindrops off her clothes.
“How long did you sit here?” Joohyun asked, filled with curiosity.
“It’s raining.” Kyuhyun said, still with extended arm.
“I asked, how long did you sit here. I thought you were blind, not deaf.” Joohyun said coldly.
“It’s been a while since it was raining, isn’t it?”
Joohyun let out a sigh. She gave up her question and opening her ears to Kyuhyun’s random sentences.
“It’s beautiful.” Kyuhyun said.
“How you define beautiful without even seeing them? I mean, you need description to judge something if it was beautiful or not.”
“I don’t know. I just have feelings that they are beautiful. From the raindrop that fall from above to my palms. They’re so well-organized.”
Joohyun let out a bitter laugh. “Well, that’s not make sense.”
“Then, why don’t you describe it to me?” This time, Kyuhyun pulled in his arm to his lap.
“What to describe?”
“The rain.”
Joohyun frowns for a while, then she took a glance to the falling water from above before she finally found the right words to explain.
“It’s…. Falling. Well-organized, just like what you said. It’s made tumultuous yet harmonious sound. It’s made you want to treasure its presence every time it came. It’s made you recall some old memories that already forgotten. It’s….” Joohyun paused for a while, before continuing her words. “….Just beautiful.”
“It’s because you feel it, right?”
“What?”
“Beautiful. You also feel it. You feel some convulse feelings when something beautiful came.”
“You said you feel it just because you can’t see.”
Kyuhyun laugh bitterly. “Well, you’re not wrong.”
“But this time, I think you said it right.”
                                                                                   ***
TBC

Minggu, 28 Oktober 2012

Imagine #2

WONDERSTRUCK

{Airin : II}


GLEN

Airin menatap Revan bingung ketika seorang cowok yang ia sangat yakin dari kelas X2--kelas Gendis, Soraya dan Reina--memanggilnya dengan nama itu.
Revan menghampiri temannya itu lalu mulai berbicara. Mereka tertawa di sela-sela obrolan, diiringi pukulan halus.
Mereka berhenti berbicara setelah teman Revan itu melirik jam tangannya lalu memutuskan untuk pergi. Lalu Revan kembali duduk di sebelah Airin. Dan mereka kembali terhanyut dalam diam.
“Eh iya, pensil lo!”  Kata Revan tiba-tiba. Ia mengeluarkan tempat pensilnya, lalu mengeluarkan pensil Airin dan menyerahkannya kembali ke pemiliknya. “Makasih ya, hehe.”
“Iya, sama-sama.” Airin memasukkan pensil itu ke tempat pensilnya. “Eh Rev…”
“Iya?” Balas Revan. Airin menatap Revan lama sebelum akhirnya tersadar dari lamunannya.
“Eh, nggak. Nggak apa-apa.”
Dan mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing.
                                                            ***
“Untuk tugas ini, kalian akan berpasangan dengan teman sebangku kalian.”
Kata-kata Bu Nina membuat seluruh kelas mengeluarkan suara-suara gelisah, namun ada pula yang berseru lega.
Airin menatap Revan, merasa diamati, Revan menoleh ke arah Airin.
“Kita sekelompok, ya?” Tanya Revan.
“Kalo lo nggak suka, kita tukeran aja. Si Vi kayaknya sekelompok ama Tama tuh.”
“Loh, siapa yang bilang gue nggak suka?”
“Eh?”
Airin menatap Revan kaget. Cukup lama hingga bel akhirnya berbunyi.
“Besok pulang sekolah ketemu di lobi ya, gue ada ekskul bentar. Abis itu kita baru kerja kelompok.”
Tanpa menunggu jawaban Airin, Revan beranjak pergi. Meninggalkan Airin dengan mata terbelalak.
                                                            ***
Airin melirik jam tangannya. 15.50. Ia menghela napas lalu menyenderkan kepalanya di meja piket. Ia sudah bertekad, jika sampai pukul 16.00 Revan tidak muncul, ia akan pulang. Airin tidak mau mengambil risiko mamanya marah-marah karena pulang terlalu sore.
“Ay, maaf. Lama ya nunggunya?” Airin merasa bahunya seperti menjadi tumpuan. Ketika ia membalikkan badannya, sosok Revan tengah membungkuk, mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
“Eh, nggak kok, Van.”
Waktu menunggu yang lama itu sepadan kok sama apa yang bisa kulihat sekarang.
“Kalo gitu, kita langsung aja ya.”
Tanpa menunggu, Revan melangkahkan kakinya, diikuti Airin di belakangnya.
                                                            ***
“Kita….. Naik motor?” Tanya Airin.
“Ya, mau naik apa lagi? Masa kita jalan kaki terus motor gue ditinggal gitu.” Jawab Revan lalu menyematkan senyum di wajahnya. Perut Airin terasa aneh.
“Naik.” Revan mengisyaratkan Airin untuk duduk di belakangnya dengan kepalanya. Airin terdiam lama.
“Ay, Airin?” Revan melambaikan tangannya di hadapan wajah Airin.
“Eh? I-Iya, Van.” Dengan ragu Airin duduk menyamping di motor Revan. Dan Revan segera menjalankan motornya.
                                                         ***
Airin menyapukan pandangan matanya kepada objek yang tengah ia tatap. Rumah di hadapannya itu tak begitu luas atau besar, namun terlihat nyaman dan mempesona. Revan bilang, sudah 13 tahun ia tinggal di rumah ini. Menjelaskan cat dinding yang mulai kotor dan pagar besi yang mulai berkarat.
“Kamu duduk  di sini aja dulu. Gue ke kamar dulu.” Ujar Revan saat mereka telah masuk ke dalam. Airin mengangguk lalu segera duduk di sofa merah marun yang berada di ruang tamu rumah itu.
“Mas Revan udah pulang, mas?” Tanya Bi Inah, pembantu Revan disambut anggukan Revan.
“Bi, ini temen Revan. Tawarin minum ya Bi, saya ke atas dulu.”
“Njeh, mas.” Dan Revan melangkah ke dalam.
“Mbak mau minum apa, mbak?” Tanya Bi Inah ramah.
“Hm? Apa aja yang ada, Bi. Air juga boleh.” Jawab Airin sambil tersenyum sopan.
“Eh… Jangan begitu, dong. Ya sudah, saya buatkan jus saja, ya. Biasanya jam segini, Mas Revan suka minum jus.” Tukas Bi Inah. Airin berkerut, lalu akhirnya mengangguk. Ia mencatat hal yang baru Bi Inah ucapkan. Pukul 5 sore. Minum Jus.
Sambil menunggu minumannya dibuat, Airin menelusuri ruangan tempat ia berada. Dinding yang bercat krem dihiasi lukisan-lukisan dan foto-foto yang digantung rapi. Mata Airin berhenti di salah satu lukisan abstrak yang didominasi warna biru, kuning, dan beberapa warna gelap. Satu benda yang Airin bisa tangkap dari lukisan itu hanyalah gambar rumah-rumah yang digambar jelas. Sementara, gambar lainnya terlihat abstrak dan hanya dapat ditafsirkan dengan otak seni, bukan otak ordinary seperti yang ia miliki ini. Ia melihat signature sang pelukis, Affandi. Ia mungkin bukan pecinta lukisan atau apa, tapi Pak Agus-guru seni SMPnya-berkali-kali mengatakan nama itu dan iapun pernah mendengar bahwa si bapak Affandi itu pelukis yang handal dan lukisannyapun mahal.
Airin menggerakan bola matanya untuk menelusuri perlahan-lahan objek-objek di pigura-pigura yang tergantung di dinding itu. Akhirnya ia mendapat apa yang dicarinya, foto keluarga. Disana ada satu sosok yang ia kenal, tesenyum cerah dengan tangan merangkul ke perempuan di sebelahnya, yang memiliki mata dan senyum yang sama. Airin melirik bahu Revan di foto itu, seorang laki-laki gagah merengkuh bahu Revan dengan wajah yang tak kalah cerah dari wajah anaknya. Sementara perempuan di sebelah ayah Revan tersenyum lembut dan melekatkan lengannya di pinggang sang suami. Airin tersenyum simpul. Such a family potrait. Pikirnya.
“Monggo, mbak, jusnya.” Bi Inah meletakkan dua gelas berisi cairan warna merah itu di meja.
“Saya senang banget lho, akhirnya mas Revan punya teman cewek juga. Dari dulu yang ke rumah cowooook terus. Itupun teman dari SD. Gak nambah-nambah.” Kata Bi Inah, tak menyembunyikan rasa bahagianya atas kedatanagan Airin.
“Saya cuma kerja kelompok aja kok, Bi. Gak lebih…” Balas Airin mencoba menjelaskan, tetap dengan nada sopan.
“Tapi, tetap saja, mbak. Yang namanya cewek sama cowok… Nggak mungkin sekadar teman.” Kata-kata Bi Inah membuat Airin menelan ludah sebanyak-banyaknya.
“Siapa yang sekadar teman?” Revan tiba-tiba muncul, membuat Bi Inah gelagapan.
“Eh… Nggak, mas. Bibi sudah bikinkan jus. Bibi permisi dulu ya, mas, mbak.” Ujar Bi Inah lalu meninggalkan Revan dan Airin berdua. Seketika ruangan itu hening cukup lama. Lalu dipecahkan oleh suara Revan yang meneguk jus stroberinya.
“Tugasnya disuruh apa, sih? Gue nggak begitu ngerti.” Revan menggaruk kepalanya. Airin mengeluarkan binder dari tasnya dan membuka lembaran-lembarannya.
“Disini sih katanya kita buat makalah tentang benda langit. Bisa cari di internet sih, tapi katanya lebih bagus lagi kalo kita eksperimen.”
Revan mengangkat alisnya. “Eksperimen?”
“Ya, gak harus naik roket terus kita lihat langsung gitu. Misalnya kita tanya ke pakar, atau kita ke planetarium. Semacam gitu lah.”
“Kalo kita liat pake teropong?”
“Kalo punya sih, boleh aja. Masalahnya… Emang kita punya?” Pertanyaan Airin disambut anggukan ringan Revan.
“Gue punya. Udah agak lama sih, tapi nggak pernah dipake 7 tahun terakhir. Jadi harusnya masih oke.”
“Serius? Punya lo?” Airin membelalak, dibalas gelengan Revan.
“Punya mas Putra. Abang gue yang paling tua.” Jawaban Revan membuat Airin bingung. Tidak tampak ada laki-laki lain di foto keluarga yang ia lihat di ruangan ini, selain wajah Revan dan lelaki separuh baya yang sudah pasti ayahnya. Seolah mengerti maksud tatapan Airin, Revan membuka mulutnya.
“Mas Putra meninggal. Kecelakaan. Pas dicek ternyata dia mabuk berat. Mobilnya nabrak pohon gede, terus mas Putra kehilangan banyak darah. Setelah 3 hari koma, akhirnya dia pergi.” Revan tersenyum getir.
“Sori….” Gumam Airin.
“Dia padahal dulu kakak yang baik. Dia idola nomor satu gue. Yang gue tahu, dia orang baek, orang pinter. Di mata gue, anak ITB itu pinter, makanya pas gue tau dia masuk sana, gue tambah mengidolakan dia. Tapi saat itu gue tau, lo gak bener-bener kenal seseorang kalo lo gak kenal sisi buruknya.” Revan menatap Airin. “Lo gak perlu minta maaf. It’s not like you’ve killed him.
Airin menutup bibirnya rapat-rapat. Ia baru mengenal Revan tak lebih dari dua bulan, dan ia sudah tahu begitu banyak rahasia tentang cowok di hadapannya ini.
“Dulu mas Putra suka ngajak gue ke lapangan di kompleks rumah sambil bawa teropong segede gaban. Tetangga pada ngeliatin, tapi dia tetep aja bawa-bawa itu teropong. Terus pas kita sampe, dia ngeliat pake teropong itu 10-15 menit sampe akhirnya dia ngasih gue buat ngeliat. Anak tetangga pada kepo pengen ngeliat ada apa di dalem teropong itu. Tapi gak dibolehin sama mas Putra, katanya ini rahasia Ouranos yang diilhamkan ke dia dan cuma keluarga mas Putra doang yang boleh tau. Dan lo tau apa yang terjadi besoknya?” Airin menggeleng.
“Dia abis ditabokin ama Bu RT gara-gara bikin anaknya mewek semaleman.” Airin tergelak bebas bersama Revan. Cukup lama hingga akhirnya tawa mereka reda. Airin menyeka air mata dari wajahnya.
“Ada-ada aja abang lo, Van.” Kata Airin setelah meneguk jusnya karena tenggorokannya kering setelah tertawa cukup lama.
“Yah.. Begitulah. Lo cerita kek tentang keluarga lo.”
“Ntar, kalo lo main ke rumah gue.”
“Hm. Gue menantikan saat itu.”
“Eh, jadi gimana nih? Kita bagi tugas aja?” Tanya Airin kembali ke tugas mereka.
“Boleh. Tapi eksperimennya bareng ya. Ogah kalo sendiri.”
“Iya, iyaa.” Airin meraih pensil dan menulis tugas-tugas Revan di secarik kertas,  hingga ia teringat sesuatu. “Eh, gue mau tanya satu hal lagi. Tadi gue denger temen lo manggil lo Glen ya?”
“Hm? Oooh iya.”
“Kenapa? Apa nama panggilan lo emang Glen atau…”
“Gini-gini, dulu pas mereka main ke rumah gue terus mereka ngobrak ngabrik abum foto gue pas kecil, terus kebanyakan foto gue tuh pake topi fedora sama topi kupluk. Nah jaman-jaman itu kan Glen Fredly lagi ngetren banget, udah gitu pas banget gue lahir bulan Januari jadi ya… gitu.” Jelas Revan. Airin menangkap segala kata yang terucap dari bibir Revan, lalu menyelipkan memo dalam otaknya. Lahir bulan Januari.
Hening melintasi keberadaan mereka lagi. Diisi gesekan pensil yang beradu dengan kertas, menari-nari membentuk huruf-huruf dan menyambung menjadi kalimat. Airin menuliskan apa hal yang sebelumnya ia tulis, sampai akhirnya ia mendongakkan kepala.
“Tapi, gue lebih suka memanggil lo Revan, kalo lo gak keberatan.” Airin meletakkan kertas yang dari tadi ia pegang di meja.
“Sama sekali enggak. Gue lebih suka kalo lo manggil gue Revan. Terdengar lebih… Familiar, dan akrab.” Balas Revan sambil tersenyum, lalu meraih kertas  di atas meja. Senyumnya tambah merekah seketika ia melihat tulisan di atas kertas itu.
Tugas Kelompok Geografi Pertama; “Bintang”
 Oleh : Revan & Airin

Rabu, 24 Oktober 2012

Imagine

Requestnya Yolla. Disuruh post disini u,UV

WONDERSTRUCK

{Airin : I}

First Day


Ini hari pertama Airin di SMA. Ia memulainya dengan desahan pelan di ambang pintu sekolah barunya. Menghadapi kenyataan bahwa ia diharuskan untuk beradaptasi di lingkungan baru membuat perasaannya campur aduk. Tentu ia merasa senang karena akhirnya terbebas dari lebel anak SMP, dan kini ia sudah dapat di sebut sebagai seseorang yang dewasa. Tapi kenyataan bahwa ia harus pindah ke lingkungan baru dan memulai dari awal membuatnya gelisah. Ia berpikir mungkin perasaan itu yang membuatnya sakit perut tadi pagi sehingga harus menghabiskan setengah jam lebih di kamar mandi. Andai adaptasi di sekolah bisa dilakukan semudah adaptasi morfologi, hanya perlu untuk menyesuaikan bentuk tubuh dan semuanya selesai. Aku hanya perlu bergaul dengan spesiesku yang sama, dan masalah selesai, pikirnya. Namun tidak semudah itu. Jika ia pikir, semua manusia di sekolah ini adalah spesies  yang sama dengannya. Tapi, manusia bukanlah hewan , tidak semua diterima sebagai anggota, bahkan dengan morfologi yang sama.
Airin menaiki tangga dan akhirnya mendarat di lantai 2 ketika teman-temannya menghampirinya.
“Ay! Suntuk amat muka.” Sapa Soraya, merangkul bahu Airin.
“Aih… Berat tau Ray bawaan gue. Sana sana.” Keluh Airin sambil menangkis lengan Soraya dengan bahunya.
“Iya, iya…. Ngambek ya lo?” Tanya Soraya hati-hati.
“Kagak…. Buset tiap hari aja gue di bilang ngambek.”
“Abis muka lu gitu sih Ay…” Ujar Gendis.
“Ya muka gue emang kayak gini, mau gimana lagi.” Balas Airin dengan wajah bête.
“Iya iyaaaa Airin. Astaga. Lo di kelas berapa sih?” Tanya Gendis tak sabar.
“X3.”
“Tuh X3 di 208. Kelas gue di 202.”Kata Gendis sambil menunjuk ruangan yang dimaksud.
“Okelah. Eh, yang lain mana dah?” Tanya Airin.
“Pada di lantai 4… Si Irsa biasalah telat.” Balas Soraya.
“Okey… Gue ke kelas dulu ya. Bentar lagi bel kayaknya.” Kata Airin lalu melambaikan tangannya.
“Okeee.. Kita juga balik deh yaa…” Gendis dan Soraya membalas lambaian tangan Airin, lalu mereka berjalan ke kelas masing-masing.
                                                                        ***
Airin masuk ke kelasnya ketika murid laki-laki sedang tertawa terbahak-bahak. Membuat lame jokes-yang menurutnya tidak lucu sama sekali-,meneriakan kata kasar, dan ketawa lagi. Airin menghela napas. Ia harus tahan sekelas dengan para troublemaker yang terkenal seantero sekolah selama setahun.
Ia mengangkat kepalanya, mencari tempat duduk yang kosong. Tinggal baris kedua dan ketiga di barisan paling kanan. Oh, tentu saja. Barisan belakang pasti sudah dikuasai para ‘pembajak’, dan bagian depan para ‘kapten’. Airin memilih duduk di barisan ketiga, sehingga ia bisa menjadi ‘penumpang’ saja. Di barisan pertama ia melihat tempat pensil yang familiar. Daffa. Si bintang sekolah. Ia baru ingat karena kemarin ia melihat nama si jenius itu terselip di antara nama-nama lain, dan karena hanya namanya yang Airin kenal dari seluruh nama-nama itu.
Airin duduk di bangkunya lalu membuka tasnya dan mengeluarkan tempat pensil dan buku pelajaran pertama. Sejarah. Airin mengangkat alisnya.Waktu yang tepat untuk tidur,pikirnya.
Bel berbunyi.
Airin melirik bangku kosong di sebelahnya. Perutnya kembali sakit. Memikirkan siapa yang akan duduk di bangku sebelahnya selama satu tahun. Well, meskipun sekolahnya ini moving class, kecil kemungkinan bahwa setiap murid mau berganti teman sebangku setiap jam pelajaran. Airin membayangkan bahwa teman sebangkunya adalah anak yang berisik, selalu main hape ketika guru mengajar, dan mengorok ketika tidur. Membayangkannya saja membuat kepala Airin serasa dihantam kontainter.
Sekarang wali kelas sudah masuk. Dan belum ada yang mengisi bangku di sebelahnya. Semua murid sudah berada di tempatnya masing-masing. Dada Airin berdebar tak karuan. Ini aneh, karena kemarin Airin melihat di daftar nama dan jumlah murid di kelasnya ada 40 pas.
Ketika Bu Ena, wali kelasnya, masih sibuk membereskan berkas-berkas yang entahlah ia tahu, pintu terbuka. Seorang cowok yang ketika ia masuk langsung di sambut dengan keberisikan para pembajak.
“Wah Dion telat wah.”
“Parbet lu Yon. Wah wah wah.”
Dan kata-kata lainnya yang tidak Airin perdulikan. Ah, dia pernah mendengar tentang orang ini. Dion Barata. Cowok badung bersuku batak yang konon katanya bau bukan main. Selain itu ada juga yang mengatakan ia berisik, nilainya jelek bukan main dan oh, yang terbaru, ia tertangkap merokok oleh sekolah lamanya. Airin tak henti melantunkan ayat kursi di hatinya. Ia gelisah bukan main, gimana kalo Dion tiba-tiba overdosis atau kejang-kejang di sebelahnya? Airin memejamkan matanya. Ketika ia mendengar isyarat Bu Ena untuk menyuruh Dion duduk, Airin menghitung sampai 5 untuk membuka matanya.
5
4
3
2
1
Airin membuka matanya dan melirik pelan ke bangku sebelahnya. Dan…. Bangku itu masih kosong. Airin membelalakkan matanya dan mencari sosok berbadan besar itu ke kursi para pembajak. Fuh….Airin bernapas lega. Ia melihat sosok Dion tengah bercengkrama dengan temannya, yang Airin rasa bernama Satria.
Tapi ini tidak membuat kegelisahan Airin menghilang. Sekarang, Bu Ena tengah mengabsen murid-murid X3.
“Airinia Amelia.”
Airin mengangkat tangan. Shit, lagi-lagi absen pertama. Airin mendengus pelan.
“Feriska Anindita.”
Airin membelalakkan matanya. Anyone but her….Airin membatin. Sudah cukup baginya sekelas dengan para male troublemaker, tidak perlu berurusan dengan versi femalenya. This is gonna be a tough year…. Batinnya.
“Rama Zulkarnaen. Revan Bagaskara.”
Tidak ada yang mengangkat tangan.
“Revan Bagaskara.”
Tidak ada jawaban lagi.
“Ada yang tahu kabar Revan?”
Tidak ada lagi yang menjawab.
“Atau yang satu SMP?”
3 orang mengangkat tangan.
“Dari SMP mana?”
“SMP 7 bu.”
“Ada yang tahu kabar Revan? Dia sakit atau… Pindah sekolah?”
“Setau saya sih, dia nggak pindah, bu.” Jawab anak laki-laki yang duduk di baris tengah.
“Kenapa ya…” Gumam Bu Ena lalu menggerakkan pulpen di tangannya di atas kertas absen.
Tok Tok
Pintu terbuka. Seorang cowok dengan nafas terengah-engah berjalan masuk lalu menyalami Bu Ena. Semua mata tertuju padanya.
“Siapa namamu?” Tanya Bu Ena.
“Revan bu. Revan Bagaskara.” Jawabnya.
“Oh… Kamu yang namanya Revan. Kenapa kamu telat?”
“Macet bu.”
Jawaban klise.
“Maaf bu, saya janji nggak akan terulang lagi.” Tambahnya.
Airin mengangkat wajahnya. Mungkin cowok ini nggak seburuk yang dia kira.
“Ya, jangan diulangi lagi ya. Silahkan duduk.”
Cowok bernama Revan itu mengangguk sebelum menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari tempat kosong. Matanya menengok ke bangku sebelah Airin , sebelum akhirnya pandangannya dan Airin bertemu. Revan berjalan ke arah bangku Airin lalu segera mendudukinya.
Mata Airin tak terlepas dari sosok Revan, bahkan ketika ia duduk tepat di sebelahnya. Entah mantra apa yang dimiliki Revan, sehingga Airin tidak gelisah ketika Revan duduk di sampingnya. Gemuruh di perutnya pun sirna sempurna.
“Eh, gue duduk disini gapapa kan?” Tanya Revan dengan nada bersalah.
“Nggak, nggak apa-apa kok. Bangkunya kosong.” Jawab Airin sambil memalingkan pandangannya dari Revan.
“Oooh. Oke. Nama lo siapa? Dari SMP mana?” Tanya Revan ramah.
“Airin. Dari SMP 8.”
Revan menatap Airin terkejut. Airin membalasnya dengan tatapan bertanya.
“Anak pinter dong lo.” Ujar Revan dengan senyuman bangga, karena ia sebangku dengan murid dari sekolah unggulan se-Bekasi itu.
“Hmm… Gak juga.” Jawab Airin sambil tersenyum
Dan kemudian hening. Revan sibuk mengobrak-abrik tasnya, dan Airin membolak-balik buku sejarahnya. Airin melirik sejenak kea rah Revan. Entah kenapa ia ingin mengetahui identitas lengkap teman sebangkunya itu. Tentu ia sudah tau nama dan asal sekolahnya. Tapi, ia pikir setidaknya ia harus tahu sifat dan prestasi teman sebangkunya itu.
“Aish….”Gumam Revan, membuat Airin menoleh ke arahnya. “Eh, gue gak bawa tempat pensil nih, boleh pinjem pensil, nggak? Hehehe…” Kata Revan sambil menggaruk kepalanya dengan cengiran di wajahnya.
Kalau yang meminta cowok lain, Airin akan menjawabnya dengan sejuta alasan kenapa Ia tidak memijaminya pensil. Tapi, karena Revan yang meminta, Airin punya firasat baik tentang cowok di sebelahnya ini. Airin segera menyerahkan pensil caplet 2.0 kepada Revan.
“Wah… Makasih ya. Maaf nih hari pertama udah bikin lo repot aja, hehehe. Nggak gue ilangin deh, janji. Kalo ilang gue ganti kok…” Cerocosnya lalu tersenyum. Airin tidak bisa tidak membalas senyuman Revan dengan tersenyum pula.
“Santai aja, Van…” Jawab Airin sambil masih tersenyum.
Well, it’s not really gonna be a long tough year…..

                                                                      ***
Maap gaseru...... Lagi mampet -,-V

-siapaya~



Selasa, 18 September 2012

Shuffle Song Game


RULES:
1. Put your iTunes on shuffle.
2. For each question, press the next button to get your answer.
3. YOU MUST WRITE THAT SONG NAME DOWN NO MATTER HOW SILLY IT SOUNDS.
4. Tag 5 friends...
5. Everyone tagged has to do the same thing.
6. Have Fun


SOMEONE SAYS 'ARE YOU OKAY' YOU SAY?

HOW WOULD YOU DESCRIBE YOURSELF?

WHAT DO YOU LIKE IN A GUY/GIRL?

HOW DO YOU FEEL TODAY?

WHAT IS YOUR LIFE'S PURPOSE?

WHAT'S YOUR MOTTO?

WHAT DO YOUR FRIENDS THINK OF YOU?

WHAT DO YOUR PARENTS THINK OF YOU?

WHAT DO YOU THINK ABOUT VERY OFTEN?

WHAT IS 2 + 2?

WHAT DO YOU THINK OF YOUR FRIENDS?

WHAT IS YOUR LIFE STORY?

WHAT DO YOU WANT TO BE WHEN YOU GROW UP?

WHAT DO YOU THINK WHEN YOU SEE THE PERSON YOU LIKE?

WHAT WILL YOU DANCE TO AT YOUR WEDDING?

WHAT SONG WILL PLAYED AT YOUR FUNERAL?

WHAT IS YOUR HOBBY/INTEREST?

WHAT IS YOUR BIGGEST FEAR?

WHAT IS YOUR BIGGEST SECRET?

WHAT DO YOU WANT RIGHT NOW?

WHAT WILL YOU POST THIS AS?

Kamis, 14 Juni 2012

Meramal Karakter Berdasarkan Golongan Darah

Di Jepang, ramalan tentang seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa? Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak? mari kita simak ramalan berdasarkan golongan darah :
 
SIFAT SECARA UMUM
A : terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (krn
perfeksionis).

B : Santai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup.

O : berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yg detil.

AB : unik, suka hal aneh, banyak akal, berkepribadian ganda.
BERDASARKAN URUTAN
Yang paling sering terlambat dalam urusan waktu :
1. B (karena santai terus)
2. O (karena flamboyan)
3. AB (karena gampang ganti program)
4. A (karena gagal dalam disiplin)
Yg paling susah mentolerir kesalahan orang :
1. A (karena perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2. B (karena easy going tapi juga easy judging/gampang menghakimi)
3. AB (karena asal beda)
4. O (karena judging tapi juga easy pardoning/gampang memaafkan)

Yang paling bisa dipercaya :
1. A (krn konsisten dan taat hukum)
2. O (demi menjaga balance)
3. B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4. AB (mudah ganti frame of reference)
Yang paling disukai utk jadi teman :
1. O (orangnya sportif)
2. A (selalu tepat waktu)
3. AB (kreatif)
4. B (tergantung mood)

Kebalikannya, teman yang paling disebelin/tidak disukai:
1. B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2. AB (double standard)
3. A (terlalu taat dan scrupulous)
4. O (sulit mengalah)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN

Yang paling mudah kesasar/tersesat :
1. B
2. A
3. O
4. AB
Yang paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
1. O (jago olah raga)
2. A (matematis)
3. B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo,
renang dan gulat jepang bergolongan darah B)
4. AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yang paling banyak jadi direktur dan pemimpin :
1. O (karena berjiwa leadership dan problem-solver)
2. A (karena menghargai waktu dan teliti)
3. B (karena sensitif dan mudah ambil keputusan)
4. AB (karena kreatif dan suka ambil resiko)
Yang paling gampang menabung :
1. A (suka menghitung bunga bank)
2. O (suka melihat prospek)
3. AB (menabung krn punya proyek)
4. B (baru menabung kalau punya uang banyak)
Yg paling kuat ingatannya :
1. O
2. AB
3. A
4. B


MENYANGKUT KESEHATAN
Yang paling panjang umur :
1. O (gak gampang stress, antibodynya paling kuat)
2. A (hidup teratur)
3. B (mudah cari kompensasi stress)
4. AB (amburadul)
Yang paling gampang gendut :
1. O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi)
2. B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3. A (hanya makan apa yg ada di piring, terpengaruh program diet) 
4. AB (Makan tergantung mood, mudah kena anoressia)


Paling gampang digigit nyamuk : O (darahnya manis)
Yg paling gampang flu/demam/batuk/pilek :
1. A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2. AB (lemah thd kebersihan)
3. O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4. B (makan, tidur nggak teratur)


Apa yg dimakan pada acara makan di sebuah pesta :
1.O (ambil protein hewani, pokoknya segala jenis daging)
2.A (ambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna)
3.B (suka ambil makanan yg banyak kandungan airnya spt soup, soto, bakso dsb)
4.AB (hobby mencicipi semua masakan, mumpung gratis)
Yg paling cepat botak :
1. O
2. B
3. A
4. AB

Yang tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin :
1. B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2. AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3. A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4. O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)
Yang paling cepet tertidur :
1. B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
2. O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah ngantuk)
3. AB (tergantung kehendak)
4. A (tergantung aturan)

Penyakit yang mudah menyerang :
1.A (stress, gila/linglung)
2.B (lemah terhadap virus influenza, paru-paru)
3.O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut)
4.AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)
Apa yg perlu dianjurkan agar tetap sehat :
1. A (Krn terlalu perfeksionis maka santailah sesekali, tidak usah terlalu
tegang dan serius)
2. B (Krn terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit,
meditasi, main catur)
3. O (Krn daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai,
jalan-jalan)
4. AB (Krn gampang capek, maka perlu cari kegiatan yg menyenangkan dan bikin
lega).

Yang paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian)
1. A
2. B
3. O
4. AB

Cr: http://www.indospiritual.com/artikel_meramal-karakter-berdasarkan-golongan-darah.html

Kamis, 26 April 2012

Goodbye UN, Hello Holiday :D :D :D

Annyeooong~


Halo semuaaaaaa :D Finally, kita bebaaaaas!!!!! Ayoo semua ramein blog lagi!!! Gw harap bakal banyak update-an ff, ff baru, dan posting2 menarik lainnya.. huahahahaha..
Jiwa fangirling kita bisa bebas sekarang kawaaaaaan!!! Kita bisa menggila bersama laptop masing2 lagi, bisa main ampe puas, dll.. pokoknya intinya, selesai UN, gw bahagia~ semoga hasil UN kita sesuai sama yang kita harapkan...... Aamiiiiiiin..
okee, sekian posting gw dalam rangka membuka blog kita lagi setelah sekian lama hibernasi a.k.a. hiatus wkwkwkw.. Selamat memulai Liburan panjang kawan-kawanku~


Wassalam~
U-Know-Who~

Sabtu, 31 Maret 2012

Long time no see~

Annyeong! 

Sepi amat ini bloooooog. Wajar ya ini blog sepi soalnya semua member (?) lagi pada berjuang buat UN. Ya mudah-mudahan nanti waktu UN semuanya dapet kemudahan dan lulus dengan nilai yang maksimal amiiiiin. Eh iya, di blog ini kan banyak yang nulis ff *salahsatunyague-_-* yang belum update. Ya kalo ada yang baca *iningarepbanget* maaf banget  kita pada ga bisa update. Soalnya pada sibuk bangeeet. Kayaknya pada mau hiatus sampe selesai UN. 

Karna kita belajar terus, jadi pada stress gitu deh, termasuk gue. Jadi ya maaf aja ya kalo gue tiba-tiba marah, sensi, gaje gitu. Kita stress ga bakal lama lagi kok (?) kira-kira sebulan kurang laaah. Setelah itu kita BEBAS! Oh iya, kalo udah selesai UN ramein blog lagi yuuuuk. Kali aja ntar kita jalan-jalan bersembilan ato ngapain kek jadi banyak cerita sama foto-foto yang di post disini. Hehehe ini post sumpah ga penting. Ga dibaca juga gapapa kekeke, gue cuma iseng ajaaaa. Abis sepi banget sih.




Sekian deh. -Anak tengah-

Kamis, 09 Februari 2012

Attack On the Pin-Up Girls Chap.1


Cast: Vritane and other cast
Genre: Parody
All plot of this story aren’t MINE. I JUST changed all the characters according my IMAGINATION. Maaf kalo cerita nya jadi ngaco dan gak persis sama yang asli~
Ceritanya masih pendek. Ohiya ini kayaknya jauh deh sama cerita aslinya-_- maaf ya. Jujur ini cerita melenceng jauh dari yang aku mau wkwkwk terus buat yang belum muncul di chap ini bakal muncul di chap depan~
***
Terror terhadap siswa populer Korea terjadi kembali untuk ke tiga kalinya. Setelah sebelumnya Han Youngmi dan Kang Yongrim menjadi korban sekarang giliran Lee Jinsoo.
***
Paran High School. Siapa yang tidak kenal dengan nama Paran? Salah satu sekolah ternama di Seoul. Tidak semua pemuda seoul bisa menjadi anggota sekolah ini. Selain biaya yang sangat mahal, bergaul di sekolah ini bukan hal yang mudah. Hanya anak-anak keluarga terpandang yang dianggap menjadi anggota Paran. Seperti HAN YOUNGMI.
Han Youngmi. Yeoja paling populer di Paran High School. Selain pelajar dia juga seorang model muda ternama. Wajah yang imut memudahkan segala usaha nya menjadi model. Kepopulerannya melebihi kepopuleran artis Girlband-girlband. Bahkan cerita hantu sekolah Paran tidak bisa mengalahkan kepopuleran seorang Han Youngmi.
Youngmi membalikkan tubuhnya dramatis dan menempelkan jari telunjuk beserta jari tengahnya ke bibir dan mengayunkan kedua jarinya ke namja-namja dihadapannya. Sedikit ludah dari jarinya terlempar kewajah salah satu namja. Walaupun jorok bagi para namja pemuja nya itu adalah anugerah.
BRAK! BRUK! BRAK!
Puluhan namja terkapar bebas dilantai dingin koridor Paran High School. Ada apa sebenarnya? Ah! Youngmi datang. Bukan hal yang aneh untuk urusan ini. Hampir setiap pagi namja-namja pemuja Han Youngmi terkapar.
“Youngmi-sshi.. ini” Namja dengan rambut berwarna coklat almond menyerahkan kotak pink ditangannya.
“Eh?” Youngmi tersentak. Dan dengan cepat dia mengangkat tangan kiri dimana jam tangan melingkar dengan indahnya di tangan mulus miliknya. 14 Feb. Pantas saja ada yang memberinya kado. Ini valentine.
“Gomawo” Youngmi menerima kotak pink dan tanpa sengaja menyentuh separuh tangan namja dihadapannya. Entah apa yang dialami namja pemuja Youngmi yang satu itu. Yang jelas sekarang rambutnya yang sedikit lepek menjadi tegak. Matanya menatap kaget. Tubuhnya melemas dan akhirnya kembali terkapar. Ckckck namja yang malang...
Tanpa memperhatikan namja pemuja nya barusan, Youngmi berbalik badan dan memutar kunci pada pintu loker pribadinya.
Tuk! Tuk! Tuk!
Satu persatu bungkusan-bungkusan berukuran kecil berhamburan dari dalam loker nya. Permen, lollipop, coklat dengan berbagai merk mengenai wajah Youngmi satu persatu. Bungkusan-bungkusan itu memenuhi kaki Youngmi hingga kepinggang rampingnya. Tangannya memilih-milih coklat dipinggangnya dan memasukkan kemulutnya yang tentunya coklat dengan keadaan sudah terlepas dari bungkusnya.
8 P.M
Youngmi melewati lorong gelap menuju rumahnya. Dia bukan seorang Yeoja penakut. Jadi tak ada masalah baginya untuk melewati lorong ini sendirian. Toh jika saja ada yang berani mengganggunya sifat manly nya bisa dengan mudahnya keluar.
“Youngmi...” Suara berat setengah berteriak memanggilnya dari belakang. Youngmi tersenyum dan berpikir -ah-satu-lagi-fans-ku-datang-. Dengan senyum makin mengembang dia mengahadapkan tubuhnya kearah suara datang.
“Nde?” Dari posisinya Youngmi hanya melihat namja berbaju hitam sejauh 250 meter dihadapannya.
NGUUUUIIIIIING BRUK!
Sesuatu menabrak wajah Youngmi dengan mulusnya. Wajahnya terasa lengket. Aroma tidak jelas menguak semakin lama semakin tidak sedap. Perlahan tangannya mendekati pipinya dan meraba nya kemudian menciumnya.
“WAAAAAAAAAAAAAA” Teriakkan Youngmi menggelegar seantero Seoul.
***
“Kang Yonglim! Kang Yonglim! Kang Yonglim!” Sorakan beserta tepukan heboh mengiringi perjalanan panjang Yongrim menuju ring setinggi 3 meter dihapannya. Sedikit lagi dan.....Masuk! Yeah! Kang Yongrim!
Kang Yongrim. Yeoja manly pujaan seluruh namja. Namanya Yongrim? Kenapa orang-orang menyebutnya YongLIM? Tanyakan pada tuhan kenapa orang Korea  berlidah seperti itu.
Yongrim adalah yeoja pemain basket andalan Shinhwa High School. Perawakkan yang sempurna membuat orang-orang percaya akan keahliannya dalam bermain basket. Dengan tinggi 180 centi, seorang Yongrim memperjuangkan impiannya menjadi pemain basket.
“YEAH! YONGLIIIM KAU HEBAT!” Namja-namja penonton menubruk pagar pembatas lapangan hingga roboh tak berdaya. Awalnya Yongrim kaget namun mengingat fans nya sering bersikap anarkis jadi apa boleh buat. Puluhan namja tadi mengangkat Yongrim sehingga posisinya sekarang ada diatas kepala namja-namja anarkis tadi.
8 P.M
Saatnya Yongrim pulang. Tangan kirinya membawa bola basket tercinta dan tangan kanannya membawa helm. Helm? Kalau begitu dimana motornya? Tanyakan pada penonton anarkis tadi yang telah melenyapkan motor sportnya saat pertandingan.
“Yonglim...” Suara berat setengah berteriak memanggil namanya dari belakang. Dengan wajah judes nya dia menghadap ke sumber suara. Ingin rasanya dia memberi tau pada dunia bahwa namanya YONGRIM bukan YONGLIM. Meskipun dirinya sendiri tidak bisa berbicara seperti yang diinginkan dirinya sendiri.
NGUIIIIIIIIIIING BRUK!
Dengan gerakan slow-motion sesuatu yang lengket mengenai wajahnya. BAU itu yang dia pikirkan tentang beda asing diwajahnya. Hana... Dul... Set... pada hitungan ketiga Yongrim berteriak sangat kencang. Dia menarik ranselnya dan membantingkan ke aspal. Degan segera dia meraih handuk bekas pertandingan tadi dan mengusap seluruh wajahnya. Dengan wajah kesal dia memasang helm dan berjalan pulang. Memakai-helm-tanpa-motor.
***
Gunyorul chajima doisang noege
amuron gamjongdo nama ijil anhde
ijedonun bigurhe jiryogo hajima
imi ne jajonshimun badage inungol

Anya gugon aniya gunyo hana puninde

Negen boji anhnun ne gasume gurimja
to dashinal pemejaui odumane gaduji

Ganghejyoya henunde (ganghejyoya henunde) igon nega aningol yeah

Neane narul jugyo kuthkaji sawo igyo

Knock out
jo unmyongun bandushi je galgirul gaji
knock out
piharyohedo jolde soyong obji
knock out
badaduryo you can't do this fight because
negeson gunyoga gidehalge objanha

I wanna knock out
anya nanun gobuhagesso gudero
knock out
tahyobhanun salmul sanungod I wanna
knock out
nega wonhanungon moduda
kuthkaji sawo nan reason is I'm alive

Oriljogbutho nan jonjegami obsoji
jumogul badunjog dan hanbondo obso
twijima hajima gunyang junggan mankhum na
gujoguron salmingol jonghenwa boryosso

Nanun hanapun ingol (nanun hanapun ingol) tugbyorheya henunde

Negen boiji anhnun ne gasume gurimja
to dashinal pebejaui odumane gaduji

I don't really understand do kunsangchopuninde yeah

Neane narul jugyo kuthkaji sawo igyo

Knock out
juojin salme sungboghe ochaphi
knock out
i sesange nonun jagun jom angure
knock out
badaduryo you can't do this fight because
nayaghan noingol bolsso ijoboryona

I wanna knock out
anya nanun gobuhagesso unmyongun
knock out
gechoghanun naui jonripum I wanna
knock out
bunmyonghangod hana objiman
kuthkaji sawo nan reason is I'm alive

I wanna knock out
you know I wanna out the light I wanna
knock out
you know I wanna start a fight I wanna
knock out
you know I wanna do this right
do isang poginun naege oulliji anhnungol

I wanna knock out
neane norul jugyosso naegen
knock out
mangsoril shiganjocha obnungol I wanna
knock out
ne insenge peijirul wonjome

Got to get you out of my life

Knock out
juojin salme sungboghe ochaphi
knock out
i sesange nonun jagun jom angure
knock out
badaduryo you can't do this fight because
nayaghan noingol bolsso ijoboryona

I wanna knock out
anya nanun gobuhagesso unmyongun
knock out
gechoghanun naui jonripum I wanna
knock out
bunmyonghangod hana objiman
kuthkaji sawo nan reason is I'm alive
Suara heboh dari halaman DongBang HighSchool terdengar hingga pyeongyang Korea Utara. Mini concert yang diadakan sekolah mereka sendiri dihadiri banyak sekali penonton sekitar 20 orang 200 orang yang merupakan siswa DongBang High School. Lee Jinsoo. Yeoja idola seluruh namja dan yeoja. Dia adalah penyanyi tembang-tembang bergenre Rock. Wajahnya cantik, tubuhnya sempurna, suaranya luar biasa, gaya rambutnya keren. Dan salah satu kelebihannya adalah kelebihan ukuran kepala. Ya, kepalanya agak sedikit sangat besar dari ukuran lazim kepala manusia lain. Dia juga merupakan siswa Dongbang HighSchool.
“JINSOOOOOO! KAMI MENCINTAIMU” dengan kompak fans dari Jinsoo meneriakkan namanya.
“Aku juga mencintai kalian” Jinsoo menundukkan tubuhnya 90 derajat. “Sampai disini penampilan dari saya terimakasih”
8 P.M
Gitar yang berukuran lumayan besar menemani Jinsoo untuk berjalan pulang. Wajahnya sangat bahagia. Dia merasa terharu memiliki fans yang sangat banyak. Baru kali ini dia mendapat cinta yang begitu besar dari fans. Selama ini yang dia tahu fans nya ada 4 yaitu umma, appa, adik tunggalnya beserta Dadang Komarudin yang biasa dipanggil ddangkoma. Yaitu sebuah kura-kura miliknya.
“Jinsoo...” Suara berat setengah berteriak memanggil namanya dari arah belakang. Perlahan ia membalikkan tubuhnya dan..
NGUUUIIIIIIING BRAK!
Benda lengket mengenai tubuhnya. Dia tahu benda apa ini. Ini adalah sesuatu yang berbau tidak sedap. Sering dia menemukan benda ini dikandang ddangkoma. Gitar ditangannya perlahan terlempar jauh.. sangat jauh.. dan Jinsoo terkapar lemas.
“Mama...” Jinsoo menutup matanya pasrah
***
“Hey! Raewon.. bagaimana pendapatmu tentang teror terbaru ini?” Hyora menyodorkan kertas koran yang ia dapat dari bungkus gorengan tadi siang, tanpa sadar ternyata bungkus berupa koran itu memuat berita terror siswa populer.
“hhh.. mollayo~ aku mulai bosan untuk menyelidiki kasus terror pada siswa populer ini” Raewon tetap memandang lurus kedepan. Dia melihat namja-namja bermain skateboard yang artinya papan catur(?)
“Ah kau ini.. kau kan siswa andalan seoul dalam penyelidikan kasus ini. Masa begitu saja kau jenuh?” Hyora menempeleng kepala Raewon.
“Aku bilang aku bosan bukan jenuh. Tapi aku akan tetap berusaha” Raewon melempar kaleng soda nya ke lintasan skateboard.
“Yasudah terserah padamu. Ah ya sudah malam, aku pulang ne? Annyeong!” Hyora menyambar tas ranselnya dan pulang meninggalkan Raewon yang sebatang kara.
Tbc~

Jumat, 27 Januari 2012

[FANFIC] My Boy Chapter 2


Cast : Jung Yoora, Kim Jaejoong, Jung Yunho, Park Yoochun, Kim Junsu, Shim Changmin, Jung Jihye, Jung Yonghwa, dll.
Genre : Romance (maybe-_-)

Hai, gue update kekeke. Btw, ada yang nunggu ga nih? Kalo ga ada gue tamatin aja chapter depan-_- Ehiya, judulnya belom tau apaan. Maaf ya banyak typo. Selamat membaca~

7:00 PM
Jaejoong POV
Aku bersiap untuk naik ke atas panggung. Memberku juga sudah siap. Setelah berdoa, kami pun naik ke atas panggung dan perform. Lagu pertama, Hug. Aku melirik sekilas ke arah sana. Tidak ada?
***
Sekarang sudah pertengahan acara dan kami sedang menghibur Cassiopeia dengan candaan kami. Bangku itu masih kosong. Pikiranku jadi kalut. Untung Yunho mengerti dan membantuku dengan tidak banyak mengajakku berinteraksi. Setelah itu kami perform O.Jung.Ban.Hap. Sebelum kembali tampil, kami istirahat 3 menit. Aku langsung berlari menuju ummaku yang sedang berjalan menuju ruang ganti TVXQ.
“Umma! Dia tidak datang?”, tanyaku pada ummaku yang kelihatannya juga kalut.
“Ne, Yoora menghilangkan tiketnya. Sekarang mereka ada di lobby.”
“Akan ku atur agar mereka bisa masuk.”
“Yasudah, umma percayakan padamu.”, ucap umma sambil menepuk bahuku.
“Hyung, Yoora dan keluarganya ada diluar. Mereka tidak bawa tiket. Tolong bilang pada security, suruh mereka masuk dan duduk di bangku VVIP. Mereka sudah harus ada disana sebelum penampilan kedua sebelum terakhir dimulai.”, bisikku pada manager hyung. Ia pun mengangguk.
Setelah itu kami perform Mirotic, Purple Line, Are You A Good Girl, Wrong Number, dan Tonight. Kami semua menuju backstage untuk bersiap-siap tampil solo. Kami berganti baju dan make up. Junsu akan tampil solo pertama dengan You’re So Beautiful. Setelah itu Yunho dengan Checkmate. Yang ketiga itu Changmin dengan Wild Soul. Lalu Yoochun dengan Vacancies For You. Dan yang terakhir aku. Aku berharap rencanaku sukses. Kim Jaejoong, Hwaiting!
To be honest from the
First time we met
Saying I like you
Was not easy for me to do

If I don’t approach you first
I was afraid of losing you

I wrote letters and prepare
Small gifts for you

Aku merogoh saku jasku dan mengambil kotak kecil berwarna hitam itu lalu memegangnya erat. Seketika Cassiopeia menjerit. Dapatku lihat dengan jelas, matanya berbinar. Aku berjalan ke arahnya yang duduk di tengah-tengah Cassiopeia.
If my love for you
Goes any deeper
It would only hurt me more
It’s true my mind is full of fear

Aku telah sampai dihadapannya. Ia bingung. Aku pun tersenyum sambil menggenggam tangannya. Ku sejajarkan tubuhku dengannya yang sedang duduk.
I pray with all my heart
The person that I’m hoping for
I believe that the person is you

I’m in love
I fall in love
There’s no way around it
I can’t hide my heart
You’re so beautiful

Aku membawanya naik ke atas panggung dan masih memegang tangannya yang gemetar seperti waktu itu.
I thought I never
Gonna fall in love
But I’m in love
Cause I wanna love you baby

Thruthfully from the first time
I met you
Somewhere inside my heart
You crashed like a strong wave

Ku hadapkan tubuhnya ke arahku. Aku menatap matanya, mengisyaratkan bahwa yang kukatakan ini tulus. Kubuka kotak hitam itu dan ku perlihatkan padanya.
                                                                                   You’re the only thing
I think about all day
I can be a good lover
Wanna be your four-leafed clover
I will make you feel like
The happiest woman in the world

You gotta believe me
Make you never gonna leave me
I won’t make you promises
I will just show it to you

I’m in love
With you baby

I fall in love
There’s no way around it

“Will you be my fiancée, Jung Yoora?”, ucapku sambil berlutut dihadapannya. Matanya membesar. Tak lama kemudian, ia mengangguk. Akupun tersenyum dan menyematkan cincin itu di jari manis tangan kirinya. Refleks, aku langsung memeluknya. Jeritan Cassiopeia menjadi backsound moment ini. Setelah itu aku membawanya ke backstage. Saat kami sampai di ruang ganti, kami melihat pemandangan yang sama. Keempat member lainnya sedang berdiri sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan tersenyum seribu arti.
“JAE HYUNG KENAPA TIDAK BILAAAAAANG!!!??”, teriak keempat memberku. Membentuk harmonisasi yang menyakitkan telinga-_-
“Hyung jahat, masa mau lamaran di konser ga bilang-bilang.”, kata evil-maknae, Changmin.
“Iyaaa, hyung jahaaaat.”, kata Junsu sambil memukul pelan lenganku.
“Hey, ini semua ulah ummaku. Dia gamau ngasih tau kalian kekeke.”
“HUH, KIM AHJUMMA JAHAAAAAAT!!!”, teriak Changmin dan Junsu.
“YAAAAH, bisa ga kalian ga usah teriak? Malu tau ada kakak ipar.”, celetuk Yoochun.
“Nah, sekarang kita kenalan dulu sama kakak ipar. Annyeonghaseyo, Jung Yunho imnida.”
“Annyeonghaseyo, Shim Changmin imnida.”
“Annyeonghaseyo, Park Yoochun imnida.”
“Annyeonghaseyo, Kim Junsu imnida.”
“A-annyeonghaseyo, Jung Yoora imnida.”
“Hey, kalian masih harus perform! Ayo cepat naik ke atas panggung.”, teriak Manager Hyung. Oh iya, kami masih harus perform Kiss The Baby Sky, Proud, dan Song For You.
“Yoora-ya, aku tinggal dulu ya. Kamu nonton saja disini.”, ia hanya mengangguk. Kulihat wajahnya sedikit pucat. Mungkin masih kaget karena kejadian tadi. Setelah Fan Party selesai, kami berlima akan pulang ke dorm dan merayakan kesuksesan Fan Party tadi. Didalam ruang ganti, kulihat Yoora tertunduk lesu, mungkin lelah.
“Yoora-ya, kamu mau ikut ke dorm merayakan kesuksesan Fan Party tadi?”
“Mmm, aku tanya umma dulu.”, tak lama kemudian, keluargaku dan keluarga Yoora datang.
“Woaaah, kalian melakukan yang terbaik!”, ucap ummaku sambil memeluk satu per satu member TVXQ.
“Kim ahjumma, kenapa ga bilang kalau Jaejoong hyung akan tunangan?”, tanya Junsu.
“Hehe, kan surprise, Junsu-ya. Oh iya, kalian sudah kenalan belum sama Yoora?”
“Sudah, Kim ahjumma.”, jawab Yunho.
“Umma, aku pulang ke dorm ya. Mau merayakan kesuksesan Fan Party tadi.”, ucapku pada ummaku.
“Hem, yasudah. Kamu ajak Yoora aja.”
“Jung ahjussi, boleh Yoora ikut?”, izinku pada appanya Yoora.
“Boleh. Kalau terlalu malam, Yoora menginap di hotel saja.”
“Eh, jangan di hotel Jung ahjussi. Bahaya buat Yoora. Menginap di dorm juga gapapa. Ada yeodongsaeng saya di dorm. Yoora bisa tidur sama dia.”, kata Yunho. Aku juga tidak bisa menjamin keselamatannya selama ia tidak bersamaku.
“Baiklah, kami pulang dulu ya.”, ucap keluarga kami. Setelah itu kami naik mobil dan pergi ke dorm.
Yoora POV
10:00 PM
Kami sampai di dorm TVXQ. Dormnya sangat luas. Ada 4 kamar tidur, 4 kamar mandi, ruang makan, dapur, ruang keluarga, studio musik, ruang untuk latihan dance, ruang kerja, ruang untuk pakaian dan keperluan perform, gudang, sampai loteng pun ada. Memang mereka tidak tinggal di apartemen untuk menjaga keamanan mereka.
“Oppadeul! Chukkae! Fan Party kalian berhasil, kalian sangat kereeeeeen.”, pekik seorang yeoja sambil memeluk Yunho oppa. Aaaah, aku iri. Bagaimanapun Yunho oppa itu biasku-_-
“Aaah, gomawo, Jihye-ah.”, ucap Yunho oppa.
“Jihye-ah, kenalkan, ini Jung Yoora, tunanganku.”, Jaejoong oppa menunjukku. Aku membungkuk padanya dan ia pun membungkuk.
“Woaah, jadi ini yeoja yang bikin Cassie cemburu malam ini? Hahaha, ada bilang Yoora unnie itu beneran tunangan Jaejoong oppa, ada yang bilang cuma staff, ada yang bilang Cassie beruntung, ada yang bilang sodaranya Yunho oppa, pokoknya banyak deh.”
“Ckckck, kayaknya hyung harus bikin Konferensi Pers deh.”, ucap Changmin oppa. Aku menghela nafas. Ini akan sangat rumit. Membuat Cassiopeia menerimaku sebagai tunangan Jaejoong oppa.
“Sudahlah, kita pikirkan besok saja. Sebelum pesta, lebih baik kita mandi dulu.”, ucap Yoochun oppa sambil melenggang ke kamarnya.
Aku pun mandi dan segera menyiapkan makanan untuk pesta bersama Jihye. Kami berkumpul diruang keluarga. Kami berkaraoke untuk memeriahkan suasana. Oppadeul bernyanyi sambil menari, semetara aku dan Jihye hanya tertawa-tawa.
“Oppadeul, aku bosan! Kita main Truth or Dare saja.”, ucap Jihye. Kami semuapun duduk melingkar. Aku duduk diantara Jihye dan Yoochun oppa, Jaejoong oppa di depanku. Jihye pun memutar remote TV. Permainan berjalan seru. Junsu oppa yang mengaku tidak suka kalau fans menyebutnya duck butt, Yoochun oppa yang mengaku kalau ia kangen appanya, Yunho oppa yang memilih dare harus menari memakai high heels, dan Changmin oppa yang harus mengikuti salah satu iklan provider.
“AKU GAK PUNYA PULSAAAAAAAAAAAAA”, teriak Changmin oppa. Kami semua menutup telinga karena suaranya yang dahsyat bukan main itu. Jihye memutar remote TV itu dan mengarah pada Jaejoong oppa.
“Truth or Dare?”, tanya Jihye kepada Jaejoong oppa.
“Truth.”
“Nah, Jaejoong oppa, aku mau tanya. Jaejoong oppa sayang ga sama Yoora unnie?”, ucap Jihye. Jaejoong oppa terkejut. Ia terdiam cukup lama.
“Mmmm, aku gatau.”, ucapnya. Seketika dadaku sakit dan mataku panas. J-jadi, maksud Jaejoong oppa apa? Permainan tetap berlanjut, tapi aku sudah tidak minat bermain. Aku berpura-pura menguap dan meneteskan sedikit air mata.
“Oppadeul, Jihye-ah, aku tidur duluan ya. Annyeong.”, aku berjalan ke kamar sambil mengusap air mataku. Aku pun mengurung diri di kamar mandi. Aku menangis. Apa Jaejoong oppa hanya mempermainkanku?
Jaejoong POV
Jujur, aku kaget dan tidak tau mau menjawab apa ketika Jihye bertanya padaku apakah aku sayang pada Yoora. Mmm, aku bingung kenapa aku mau bertunangan dengannya, aku bingung kenapa aku bersemangat sekali ketika aku melamarnya, aku bingung kenapa aku senang sekali berada didekatnya, aaah aku tak tau!
“Mmmm, aku gatau.”, jawabku. Aku melirik kearahnya, ia sedikit menunduk jadi aku tidak melihat wajahnya. Permainan tetap berlanjut, aku masih memikirkan kata-kataku tadi dan juga perasaanku pada Yoora.
“Oppadeul, Jihye-ah, aku tidur duluan ya. Annyeong.”, ia berjalan ke kamar dan menutup pintu.
“Hyung, kau membuatnya sedih.”, ucap Yoochun pelan.
“Apa maksudmu?”, tanyaku keheranan. Memangnya aku salah apa?
“Dia sedih karena hyung gatau perasaan hyung padanya. Mungkin dia kira hyung ga sayang sama dia.”
“Darimana kamu tau kalau dia sedih?”
“Aku lihat gerak geriknya sejak tadi hyung. Dan tadi ia menangis.”
“Hah? Kapan?”, tanyaku. Aku bahkan tidak memperhatikannya.
“Saat ia berpura-pura menguap dan berjalan ke kamar. Kulihat bahunya bergetar hyung.”, jelas Yoochun. Pernyataannya tadi membuatku terdiam, merasa bersalah.
“Aku mau liat Yoora unnie dulu.”, ucap Jihye. Kami berlima pun membereskan ruang keluarga lalu pergi tidur. Bagaimana caranya agar Yoora tidak sedih lagi?
Yoora POV
11:38 PM
Aku keluar dari kamar mandi setelah memastikan wajahku sudah tidak merah dan mataku tidak bengkak. Kulihat Jihye sedang duduk dikasur.
“Unnie, gwaenchanha?”, tanyanya padaku. Aku mengangguk dan tersenyum tipis.
“Huh, Jaejoong oppa pabo! Kenapa dia bilang seperti itu? Unnie kan jadi sedih.”, dumelnya.
“Unnie ga sedih kok, Jihye-ah. Memang kita kan dijodohkan, jadi wajar kalau Jaejoong oppa terpaksa menerimaku. Dia tidak membenciku saja aku sudah bersyukur. Aku gamau berharap lebih, Jihye-ah. Itu lebih sakit.”
“Hmm, yasudah jangan bahas itu lagi, Unnie. Unnie aku tidur ya. Jaljayo~”, aku tidak bisa tidur. Aku melamun sampai jam 5:30 AM. Aku memutuskan untuk memasak sarapan lalu pulang kerumah. Aku pulang setelah menata meja dan menaruh memo. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan Jaejoong oppa sekarang.
Jaejoong POV
Saturday, 27th of December 20XX 6:15 AM
“OPPADEUL!!!!!”, teriak Jihye yang mengusikku dari tidurku. Kami berlima berjalan menuju ruang makan dengan mata setengah tertutup.
“Ada apa, Jihye-ah? Sarapannya gosong?”, tanya Yunho yang sudah mulai bangun.
“Bukan, Oppa. Yoora unnie pergi!”, ucap Jihye.
“MWOOOOO?!?!?”, pekik kami berlima. Aku bergegas mencuci muka, mengambil kunci mobil dan mencari Yoora. Kemana anak itu, huh?
Aku menyusuri jalan yang dilalui bis. Aku yakin pasti dia naik bis untuk pulang. Di halte bis, kulihat sesosok wanita memakai jaket berwarna baby blue, celana jeans warna biru dan high heels warna biru tua. Dia sedang mengosok-gosokkan tangannya.
“Yoora-ya! Apa yang kau lakukan?”, tanyaku padanya. Aku menariknya masuk ke mobil.
“Kamu tau ga seberapa khawatirnya aku? Kamu pergi ga bilang-bilang kayak gitu. Aku takut kamu kenapa-napa.”, bentakku padanya. Sungguh, aku khawatir sekali.
“Mi-mianhae, oppa.”, jawabnya dengan suara yang sedikit bergetar. Ah, apa aku terlalu kasar?
“Hmm, gwaenchanha. Lain kali jangan seperti itu ya.”, ucapku lalu mengelus rambutnya. Kuputuskan untuk kembali ke dorm karena kami akan menbicarakan tentang Konferensi Pers itu. Setelah sampai, aku melihat Yoora tertidur. Padahal perjalanan dari halte bus ke dorm hanya 15 menit. Lagipula ini masih pagi, masa ia sudah mengantuk?
Kutidurkan kursinya agar ia bisa tidur lebih nyaman. Ini kedua kalinya aku melihatnya tidur. Tapi kali ini wajahnya sedikit berbeda. Matanya bengkak, kantung matanya membesar. Apa ia tidak tidur semalam? Apa ia menangis semalaman? Aaah, aku jadi merasa bersalah!
“Yoora-ya, mianhae. Aku belum yakin sepenuhnya akan perasaanku. Aku takut jika aku menjawab, aku akan menyakitimu. Mianhae… jeongmal mianhae…”, kami pun tertidur didalam mobil.
11:00 AM
“Cepat foto mereka sebelum mereka bangun! Ini akan jadi berita besar hahaha.”, ujar seseorang. Aku mendengar suara seseorang diluar sana. Ada apa? Aku mencoba membuka mata. Cekrek, Cekrek, Cekrek. Banyak cahaya kamera mengarah kearahku. Tunggu, kenapa ada orang? Aku melihat 3 yeoja memakai baju berwarna merah hitam dan memakai gelang Cassiopeia. Sial, itu stalker! Aku langsung menyalakan mobil, hendak pergi dari sana. Haish, masalah bertambah lagi!


TBC


gimana? lanjut? udahan? Comment yak wkwk. Sekian dan terima kasih.