Jumat, 27 Januari 2012

[FANFIC] My Boy Chapter 2


Cast : Jung Yoora, Kim Jaejoong, Jung Yunho, Park Yoochun, Kim Junsu, Shim Changmin, Jung Jihye, Jung Yonghwa, dll.
Genre : Romance (maybe-_-)

Hai, gue update kekeke. Btw, ada yang nunggu ga nih? Kalo ga ada gue tamatin aja chapter depan-_- Ehiya, judulnya belom tau apaan. Maaf ya banyak typo. Selamat membaca~

7:00 PM
Jaejoong POV
Aku bersiap untuk naik ke atas panggung. Memberku juga sudah siap. Setelah berdoa, kami pun naik ke atas panggung dan perform. Lagu pertama, Hug. Aku melirik sekilas ke arah sana. Tidak ada?
***
Sekarang sudah pertengahan acara dan kami sedang menghibur Cassiopeia dengan candaan kami. Bangku itu masih kosong. Pikiranku jadi kalut. Untung Yunho mengerti dan membantuku dengan tidak banyak mengajakku berinteraksi. Setelah itu kami perform O.Jung.Ban.Hap. Sebelum kembali tampil, kami istirahat 3 menit. Aku langsung berlari menuju ummaku yang sedang berjalan menuju ruang ganti TVXQ.
“Umma! Dia tidak datang?”, tanyaku pada ummaku yang kelihatannya juga kalut.
“Ne, Yoora menghilangkan tiketnya. Sekarang mereka ada di lobby.”
“Akan ku atur agar mereka bisa masuk.”
“Yasudah, umma percayakan padamu.”, ucap umma sambil menepuk bahuku.
“Hyung, Yoora dan keluarganya ada diluar. Mereka tidak bawa tiket. Tolong bilang pada security, suruh mereka masuk dan duduk di bangku VVIP. Mereka sudah harus ada disana sebelum penampilan kedua sebelum terakhir dimulai.”, bisikku pada manager hyung. Ia pun mengangguk.
Setelah itu kami perform Mirotic, Purple Line, Are You A Good Girl, Wrong Number, dan Tonight. Kami semua menuju backstage untuk bersiap-siap tampil solo. Kami berganti baju dan make up. Junsu akan tampil solo pertama dengan You’re So Beautiful. Setelah itu Yunho dengan Checkmate. Yang ketiga itu Changmin dengan Wild Soul. Lalu Yoochun dengan Vacancies For You. Dan yang terakhir aku. Aku berharap rencanaku sukses. Kim Jaejoong, Hwaiting!
To be honest from the
First time we met
Saying I like you
Was not easy for me to do

If I don’t approach you first
I was afraid of losing you

I wrote letters and prepare
Small gifts for you

Aku merogoh saku jasku dan mengambil kotak kecil berwarna hitam itu lalu memegangnya erat. Seketika Cassiopeia menjerit. Dapatku lihat dengan jelas, matanya berbinar. Aku berjalan ke arahnya yang duduk di tengah-tengah Cassiopeia.
If my love for you
Goes any deeper
It would only hurt me more
It’s true my mind is full of fear

Aku telah sampai dihadapannya. Ia bingung. Aku pun tersenyum sambil menggenggam tangannya. Ku sejajarkan tubuhku dengannya yang sedang duduk.
I pray with all my heart
The person that I’m hoping for
I believe that the person is you

I’m in love
I fall in love
There’s no way around it
I can’t hide my heart
You’re so beautiful

Aku membawanya naik ke atas panggung dan masih memegang tangannya yang gemetar seperti waktu itu.
I thought I never
Gonna fall in love
But I’m in love
Cause I wanna love you baby

Thruthfully from the first time
I met you
Somewhere inside my heart
You crashed like a strong wave

Ku hadapkan tubuhnya ke arahku. Aku menatap matanya, mengisyaratkan bahwa yang kukatakan ini tulus. Kubuka kotak hitam itu dan ku perlihatkan padanya.
                                                                                   You’re the only thing
I think about all day
I can be a good lover
Wanna be your four-leafed clover
I will make you feel like
The happiest woman in the world

You gotta believe me
Make you never gonna leave me
I won’t make you promises
I will just show it to you

I’m in love
With you baby

I fall in love
There’s no way around it

“Will you be my fiancée, Jung Yoora?”, ucapku sambil berlutut dihadapannya. Matanya membesar. Tak lama kemudian, ia mengangguk. Akupun tersenyum dan menyematkan cincin itu di jari manis tangan kirinya. Refleks, aku langsung memeluknya. Jeritan Cassiopeia menjadi backsound moment ini. Setelah itu aku membawanya ke backstage. Saat kami sampai di ruang ganti, kami melihat pemandangan yang sama. Keempat member lainnya sedang berdiri sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan tersenyum seribu arti.
“JAE HYUNG KENAPA TIDAK BILAAAAAANG!!!??”, teriak keempat memberku. Membentuk harmonisasi yang menyakitkan telinga-_-
“Hyung jahat, masa mau lamaran di konser ga bilang-bilang.”, kata evil-maknae, Changmin.
“Iyaaa, hyung jahaaaat.”, kata Junsu sambil memukul pelan lenganku.
“Hey, ini semua ulah ummaku. Dia gamau ngasih tau kalian kekeke.”
“HUH, KIM AHJUMMA JAHAAAAAAT!!!”, teriak Changmin dan Junsu.
“YAAAAH, bisa ga kalian ga usah teriak? Malu tau ada kakak ipar.”, celetuk Yoochun.
“Nah, sekarang kita kenalan dulu sama kakak ipar. Annyeonghaseyo, Jung Yunho imnida.”
“Annyeonghaseyo, Shim Changmin imnida.”
“Annyeonghaseyo, Park Yoochun imnida.”
“Annyeonghaseyo, Kim Junsu imnida.”
“A-annyeonghaseyo, Jung Yoora imnida.”
“Hey, kalian masih harus perform! Ayo cepat naik ke atas panggung.”, teriak Manager Hyung. Oh iya, kami masih harus perform Kiss The Baby Sky, Proud, dan Song For You.
“Yoora-ya, aku tinggal dulu ya. Kamu nonton saja disini.”, ia hanya mengangguk. Kulihat wajahnya sedikit pucat. Mungkin masih kaget karena kejadian tadi. Setelah Fan Party selesai, kami berlima akan pulang ke dorm dan merayakan kesuksesan Fan Party tadi. Didalam ruang ganti, kulihat Yoora tertunduk lesu, mungkin lelah.
“Yoora-ya, kamu mau ikut ke dorm merayakan kesuksesan Fan Party tadi?”
“Mmm, aku tanya umma dulu.”, tak lama kemudian, keluargaku dan keluarga Yoora datang.
“Woaaah, kalian melakukan yang terbaik!”, ucap ummaku sambil memeluk satu per satu member TVXQ.
“Kim ahjumma, kenapa ga bilang kalau Jaejoong hyung akan tunangan?”, tanya Junsu.
“Hehe, kan surprise, Junsu-ya. Oh iya, kalian sudah kenalan belum sama Yoora?”
“Sudah, Kim ahjumma.”, jawab Yunho.
“Umma, aku pulang ke dorm ya. Mau merayakan kesuksesan Fan Party tadi.”, ucapku pada ummaku.
“Hem, yasudah. Kamu ajak Yoora aja.”
“Jung ahjussi, boleh Yoora ikut?”, izinku pada appanya Yoora.
“Boleh. Kalau terlalu malam, Yoora menginap di hotel saja.”
“Eh, jangan di hotel Jung ahjussi. Bahaya buat Yoora. Menginap di dorm juga gapapa. Ada yeodongsaeng saya di dorm. Yoora bisa tidur sama dia.”, kata Yunho. Aku juga tidak bisa menjamin keselamatannya selama ia tidak bersamaku.
“Baiklah, kami pulang dulu ya.”, ucap keluarga kami. Setelah itu kami naik mobil dan pergi ke dorm.
Yoora POV
10:00 PM
Kami sampai di dorm TVXQ. Dormnya sangat luas. Ada 4 kamar tidur, 4 kamar mandi, ruang makan, dapur, ruang keluarga, studio musik, ruang untuk latihan dance, ruang kerja, ruang untuk pakaian dan keperluan perform, gudang, sampai loteng pun ada. Memang mereka tidak tinggal di apartemen untuk menjaga keamanan mereka.
“Oppadeul! Chukkae! Fan Party kalian berhasil, kalian sangat kereeeeeen.”, pekik seorang yeoja sambil memeluk Yunho oppa. Aaaah, aku iri. Bagaimanapun Yunho oppa itu biasku-_-
“Aaah, gomawo, Jihye-ah.”, ucap Yunho oppa.
“Jihye-ah, kenalkan, ini Jung Yoora, tunanganku.”, Jaejoong oppa menunjukku. Aku membungkuk padanya dan ia pun membungkuk.
“Woaah, jadi ini yeoja yang bikin Cassie cemburu malam ini? Hahaha, ada bilang Yoora unnie itu beneran tunangan Jaejoong oppa, ada yang bilang cuma staff, ada yang bilang Cassie beruntung, ada yang bilang sodaranya Yunho oppa, pokoknya banyak deh.”
“Ckckck, kayaknya hyung harus bikin Konferensi Pers deh.”, ucap Changmin oppa. Aku menghela nafas. Ini akan sangat rumit. Membuat Cassiopeia menerimaku sebagai tunangan Jaejoong oppa.
“Sudahlah, kita pikirkan besok saja. Sebelum pesta, lebih baik kita mandi dulu.”, ucap Yoochun oppa sambil melenggang ke kamarnya.
Aku pun mandi dan segera menyiapkan makanan untuk pesta bersama Jihye. Kami berkumpul diruang keluarga. Kami berkaraoke untuk memeriahkan suasana. Oppadeul bernyanyi sambil menari, semetara aku dan Jihye hanya tertawa-tawa.
“Oppadeul, aku bosan! Kita main Truth or Dare saja.”, ucap Jihye. Kami semuapun duduk melingkar. Aku duduk diantara Jihye dan Yoochun oppa, Jaejoong oppa di depanku. Jihye pun memutar remote TV. Permainan berjalan seru. Junsu oppa yang mengaku tidak suka kalau fans menyebutnya duck butt, Yoochun oppa yang mengaku kalau ia kangen appanya, Yunho oppa yang memilih dare harus menari memakai high heels, dan Changmin oppa yang harus mengikuti salah satu iklan provider.
“AKU GAK PUNYA PULSAAAAAAAAAAAAA”, teriak Changmin oppa. Kami semua menutup telinga karena suaranya yang dahsyat bukan main itu. Jihye memutar remote TV itu dan mengarah pada Jaejoong oppa.
“Truth or Dare?”, tanya Jihye kepada Jaejoong oppa.
“Truth.”
“Nah, Jaejoong oppa, aku mau tanya. Jaejoong oppa sayang ga sama Yoora unnie?”, ucap Jihye. Jaejoong oppa terkejut. Ia terdiam cukup lama.
“Mmmm, aku gatau.”, ucapnya. Seketika dadaku sakit dan mataku panas. J-jadi, maksud Jaejoong oppa apa? Permainan tetap berlanjut, tapi aku sudah tidak minat bermain. Aku berpura-pura menguap dan meneteskan sedikit air mata.
“Oppadeul, Jihye-ah, aku tidur duluan ya. Annyeong.”, aku berjalan ke kamar sambil mengusap air mataku. Aku pun mengurung diri di kamar mandi. Aku menangis. Apa Jaejoong oppa hanya mempermainkanku?
Jaejoong POV
Jujur, aku kaget dan tidak tau mau menjawab apa ketika Jihye bertanya padaku apakah aku sayang pada Yoora. Mmm, aku bingung kenapa aku mau bertunangan dengannya, aku bingung kenapa aku bersemangat sekali ketika aku melamarnya, aku bingung kenapa aku senang sekali berada didekatnya, aaah aku tak tau!
“Mmmm, aku gatau.”, jawabku. Aku melirik kearahnya, ia sedikit menunduk jadi aku tidak melihat wajahnya. Permainan tetap berlanjut, aku masih memikirkan kata-kataku tadi dan juga perasaanku pada Yoora.
“Oppadeul, Jihye-ah, aku tidur duluan ya. Annyeong.”, ia berjalan ke kamar dan menutup pintu.
“Hyung, kau membuatnya sedih.”, ucap Yoochun pelan.
“Apa maksudmu?”, tanyaku keheranan. Memangnya aku salah apa?
“Dia sedih karena hyung gatau perasaan hyung padanya. Mungkin dia kira hyung ga sayang sama dia.”
“Darimana kamu tau kalau dia sedih?”
“Aku lihat gerak geriknya sejak tadi hyung. Dan tadi ia menangis.”
“Hah? Kapan?”, tanyaku. Aku bahkan tidak memperhatikannya.
“Saat ia berpura-pura menguap dan berjalan ke kamar. Kulihat bahunya bergetar hyung.”, jelas Yoochun. Pernyataannya tadi membuatku terdiam, merasa bersalah.
“Aku mau liat Yoora unnie dulu.”, ucap Jihye. Kami berlima pun membereskan ruang keluarga lalu pergi tidur. Bagaimana caranya agar Yoora tidak sedih lagi?
Yoora POV
11:38 PM
Aku keluar dari kamar mandi setelah memastikan wajahku sudah tidak merah dan mataku tidak bengkak. Kulihat Jihye sedang duduk dikasur.
“Unnie, gwaenchanha?”, tanyanya padaku. Aku mengangguk dan tersenyum tipis.
“Huh, Jaejoong oppa pabo! Kenapa dia bilang seperti itu? Unnie kan jadi sedih.”, dumelnya.
“Unnie ga sedih kok, Jihye-ah. Memang kita kan dijodohkan, jadi wajar kalau Jaejoong oppa terpaksa menerimaku. Dia tidak membenciku saja aku sudah bersyukur. Aku gamau berharap lebih, Jihye-ah. Itu lebih sakit.”
“Hmm, yasudah jangan bahas itu lagi, Unnie. Unnie aku tidur ya. Jaljayo~”, aku tidak bisa tidur. Aku melamun sampai jam 5:30 AM. Aku memutuskan untuk memasak sarapan lalu pulang kerumah. Aku pulang setelah menata meja dan menaruh memo. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan Jaejoong oppa sekarang.
Jaejoong POV
Saturday, 27th of December 20XX 6:15 AM
“OPPADEUL!!!!!”, teriak Jihye yang mengusikku dari tidurku. Kami berlima berjalan menuju ruang makan dengan mata setengah tertutup.
“Ada apa, Jihye-ah? Sarapannya gosong?”, tanya Yunho yang sudah mulai bangun.
“Bukan, Oppa. Yoora unnie pergi!”, ucap Jihye.
“MWOOOOO?!?!?”, pekik kami berlima. Aku bergegas mencuci muka, mengambil kunci mobil dan mencari Yoora. Kemana anak itu, huh?
Aku menyusuri jalan yang dilalui bis. Aku yakin pasti dia naik bis untuk pulang. Di halte bis, kulihat sesosok wanita memakai jaket berwarna baby blue, celana jeans warna biru dan high heels warna biru tua. Dia sedang mengosok-gosokkan tangannya.
“Yoora-ya! Apa yang kau lakukan?”, tanyaku padanya. Aku menariknya masuk ke mobil.
“Kamu tau ga seberapa khawatirnya aku? Kamu pergi ga bilang-bilang kayak gitu. Aku takut kamu kenapa-napa.”, bentakku padanya. Sungguh, aku khawatir sekali.
“Mi-mianhae, oppa.”, jawabnya dengan suara yang sedikit bergetar. Ah, apa aku terlalu kasar?
“Hmm, gwaenchanha. Lain kali jangan seperti itu ya.”, ucapku lalu mengelus rambutnya. Kuputuskan untuk kembali ke dorm karena kami akan menbicarakan tentang Konferensi Pers itu. Setelah sampai, aku melihat Yoora tertidur. Padahal perjalanan dari halte bus ke dorm hanya 15 menit. Lagipula ini masih pagi, masa ia sudah mengantuk?
Kutidurkan kursinya agar ia bisa tidur lebih nyaman. Ini kedua kalinya aku melihatnya tidur. Tapi kali ini wajahnya sedikit berbeda. Matanya bengkak, kantung matanya membesar. Apa ia tidak tidur semalam? Apa ia menangis semalaman? Aaah, aku jadi merasa bersalah!
“Yoora-ya, mianhae. Aku belum yakin sepenuhnya akan perasaanku. Aku takut jika aku menjawab, aku akan menyakitimu. Mianhae… jeongmal mianhae…”, kami pun tertidur didalam mobil.
11:00 AM
“Cepat foto mereka sebelum mereka bangun! Ini akan jadi berita besar hahaha.”, ujar seseorang. Aku mendengar suara seseorang diluar sana. Ada apa? Aku mencoba membuka mata. Cekrek, Cekrek, Cekrek. Banyak cahaya kamera mengarah kearahku. Tunggu, kenapa ada orang? Aku melihat 3 yeoja memakai baju berwarna merah hitam dan memakai gelang Cassiopeia. Sial, itu stalker! Aku langsung menyalakan mobil, hendak pergi dari sana. Haish, masalah bertambah lagi!


TBC


gimana? lanjut? udahan? Comment yak wkwk. Sekian dan terima kasih.

Rabu, 18 Januari 2012

Thank You, My Bestfriend

Author: 성용미 (VRT09)
Title: Thank You, My Bestfriend
Genre: Friendship

~~~

"Reina,coba pakai ini!" Kata Fany sambil meletakkan mahkota bunga di kepala Reina.

"Untukku? Terima kasih Fany!" Balas Reina sambil tersenyum lebar. "Fan,kamu mau janji nggak?"

"Janji apa?" Fany menjawab sambil merebahkan dirinya diatas padang ilalang.

"Kalau sudah besar nanti,kita harus main lagi ya, di padang ilalang ini" pinta Reina sambil menawarkan kelingkingnya.

Fany tersenyum. "Pasti! Kita juga harus terus bersama ya sampai besar nanti!" Ia mengaitkan kelingkingnya, sebagai tanda ia telah berjanji dan akan memenuhinya.

"Terimakasih Fany! Aku janji,kamu akan selalu jadi sahabat terbaikku!" Reina memeluk Fany erat.


~~~


Penonton ramai menyemangati Fany. "FANY! FANY! TIFFANY REGINA PASTI MENANG!" Sorak pendukung dari sekolah Fany.

"Daaan, Tiffany melakukan tusukan telak ke dagu! IPPON! TIFFANY REGINA DARI INDONESIAN FOREIGN HIGH SCHOOL, MENANG!" Komentar MC menutup pertandingan final Kejuaraan Kendo Nasional Putri.

Medali diserahkan oleh juri. Fany tersenyum kecil sambil mengangkat medali emasnya. Ia terlihat seperti mencari seseorang.

Sementara itu, di dekat pintu stadion, berdiri seorang perempuan yang sedang menyelamati temannya dari jauh. 'Selamat, Fany. Aku tau kamu pasti bisa walaupun tanpaku' pikirnya sambil tersenyum sedih. Ia berbalik dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan stadion.

"Reina!". Panggilan itu menghentikan langkah perempuan tersebut.

Fany berlari dari tempat peserta menghampiri Reina. "Kenapa kamu tidak menonton dari bangku penonton? Aku mencarimu daritadi tau" Fany mengelap keringatnya sambil berusaha mengatur napasnya.

"Maaf Fan, tadi aku telat. Lagipula tempat duduknya sudah penuh terisi. Jadi aku melihatmu dari sini saja,hehehe" jawab Reina sambil memaksakan senyum cerianya.

"Ooh. Tapi tadi kamu lihat kan pertandingan terakhirku? Lihat! Ini medali emas pertamaku. Akhirnya aku bisa memperlihatkannya kepadamu" dengan gembira Fany memperlihatkan medali emasnya.

"Tentu. Kamu keren! Sekali-kali ajari aku kendo ya,pasti aku bisa lebih hebat darimu" Reina berusaha mengimbangi rasa bahagia Fany.

Lalu, muncul beberapa adik kelas mereka, "Kak Tiffany, selamat ya! Kakak hebat sekali tadi" ucap salah satu dari mereka sambil menjabat tangan Fany.

"Hahaha,bisa aja kalian. Kalian pasti bisa lebih hebat dari aku. Iya kan,Rei?" balas Fany,sambil menoleh kearahku.

Para adik kelas itu baru menyadari keberadaan Reina dan langsung buru-buru permisi, "Amin, kak. Kami duluan ya,sekali lagi selamat ya kak! Daah!"

 "Ah iya! Medali ini aku berikan untukmu, sebagai kenangan kemenangan nasional pertamaku,hehe" ujar Fany sambil mengalungkan medali emasnya kepada Reina.

"Eeh? Jangan! Ini kan medali emas nasional pertamamu" Reina berusaha melepas medali di lehernya,tapi ditahan oleh Fany.

"Aku mau medali itu jadi kenangan untukmu,supaya kamu selalu ingat aku. Lagipula aku akan terus berusaha menghasilkan medali emas lainnya" Fany menurunkan tangannya sambil tersenyum.

"Terimakasih Fan. Maaf ya,aku nggak bisa memberikan apa-apa atau membanggakanmu.." Reina mulai menunduk dan terisak. "Eeh jangan nangis! Nggak apa-apa kok" Fany berusaha menenangkannya.

"Kidding!" Tiba-tiba Reina menunjukkan wajah lucu sambil menjulurkan lidahnya.

"Aaah,Reinaaa. Aku kira kamu beneran nangis,huh" seru Fany sambil berbalik.

"Yah,jangan ngambek dong. Kan aku cuma bercanda" rajuk Reina.

"Yaudah,tapi ada syaratnya" Fany berbalik sambil menunjukkan tampang serius. "Kau,harus pulang bersamaku hari ini,dan kutraktir! Deal?"

"Deal!" Reina tersenyum senang. "Tapi kamu ganti baju dulu sana,masa kemana-mana pakai baju kendo? Bisa dikira pengawalku nanti. Aku tunggu depan ruang ganti ya"

"Sip boss!". Fany langsung berlari menuju ruang ganti, sementara Reina berjalan santai menyusulnya.

Tanpa mereka sadari,beberapa pasang mata mengamati mereka dengan tatapan tidak suka.

Saat sampai didepan ruang ganti,samar-samar Reina mendengar namanya disebut.

"Apa-apaan sih si Reina itu?" Ujar Naya, salah satu teman ekskul kendo Fany. Ia tidak memperdulikannya,ia terus merapikan tasnya.

"Dia itu bukan siapa-siapa dibandingkan denganmu, Fany! Dia hanya memanfaatkan kepopuleranmu!" Tambah Riska, diikuti anggukan teman-teman Naya. Deg! Reina merasa jantungnya dihujani beribu es tajam.

"Benar. Apa sih istimewanya dia? Gadis biasa dengan kemampuan rata-rata. Sedangkan kamu, jagoan kendo yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Kok bisa ya,kamu dan dia berteman?" Timpal Naya lagi. Airmata Reina mulai meleleh, ia berlari kecil menjauhi ruang ganti.

BUGH! Fany menggebrak lokernya. "Kalian yang tidak tau apa-apa tentangnya lebih baik diam" ia langsung keluar dan mengejar Reina yang terlihat berlari menjauh.

"Reina!" Fany menghentikan Reina. "Kamu dengar pembicaraan mereka?"

Reina berbalik, "Ah? Memangnya pembicaraan apa?"

Fany bersyukur Reina tidak mendengarnya. Ia tidak tau bahwa Reina berpura-pura.

"Ooh,enggak,hehe. Ehiya, ayuk pulang! Kutraktir kau sepuasnya, hahaha. Tapi jangan banyak-banyak ya,hehe". Lalu Reina tertawa. Tawa yang menyembunyikan rasa sakit dibaliknya.


~~~


"Reina,mau ngegantiin aku piket nggak? Aku diajak makan malam sama pacarku nih, jadi harus siap-siap. Please~" rengek Karla.

"Ooh,yaudah. Nggak apa-apa kok" Reina menerima tugas Karla.

"Benar nih? Wah,makasih ya! Tolong bersihin papan tulis sama meja guru ya. Dah!" Karla meninggalkan Reina, yang tersenyum berat, dikelas sendirian. Sebenarnya ia tidak mau menerimanya,tapi apa boleh buat. Ia tak mau cari masalah dengan siapapun.

"Yo, Rei! pulang yuk. Loh,kamu piket hari ini?" Fany tiba-tiba masuk kedalam kelas saat Reina merapikan meja guru.

"Dia diminta Karla menggantikan tugasnya. Dia terlalu baik sih" jawab Raka yang muncul dari balik pintu.

"Lah? Sejak kapan kau disitu? Mau mengganggu Reina ya?" Fany langsung menghampiri Raka sambil berkacak pinggang.

"Enak aja. Aku ingin menanyakan soal ini padamu" tunjuk Raka pada buku Matematikanya.

"Sudah diluar kelas pun kau masih belajar? Rajin sekali,hahaha" tawa Fany.

"Aku kan tidak sepintar kau" jawab Raka dengan tampang malas.

Reina yang merasa dirinya tersisih buru-buru menyela, "Fan,kamu ajarin aja Raka. Aku kayaknya masih lama nih". Lagi-lagi ia memaksakan senyum.

"Nggak apa-apa nih?" Tanya Fany dengan tampang merasa tidak enak.

"Nggak apa-apa kok. Udah,ajarin aja si Raka. Selamat belajar!" Jawab Reina sambil mendorong Fany dan Raka keluar kelas. "Eh tapi kesini sebentar deh Fan"

"Apa?"

"Kamu suka sama Raka ya?" Tanya Reina menggodanya. "Iih,nggak kok. Orang macam begitu kok disukain" jawab Fany dengan muka datar sambil melihat orang yang dimaksud.

"Hehehe. Tapi kalo jadian bilang-bilang ya" bisik Reina.

"Nggak bakal terjadi lah. Yaudah, kami duluan ya. Minggu besok jalan-jalan bareng ya! Dah Reinaa" Fany berjalan menjauh bersama Raka sambil melambaikan tangannya. Reina balas melambaikan tangan.

'Mereka cocok sekali. Apa Fany menyukainya? Tapi kalaupun iya,pasti dia bilang padaku. Tapi,bagaimana kalau dia juga menyimpan rahasia penting dan menunggu saat yang tempat untuk memberitau, sama sepertiku? Ah,pindah sekolah memang merepotkan, dan menyedihkan' pikir Reina.


~~~


"Huaaah,capek banget ya Rei!" Fany menjatuhkan dirinya ke kasur Reina setelah meletakkan bawaannya.

"Tapi aku senang banget loh hari ini,hehe" Reina terkekeh sambil duduk disamping Fany.

"Tapi kok aku bosan ya?" Fany yang bosan menjelajahi kamar Reina. Ia menemukan satu buku yang menarik. "Apa ini?"

"Eh,Jangaaan!" Reina mencegah Fany, tapi terlambat. Fany terlanjur melihat-lihat isi buku tersebut.

"REI! Kamu nggak bilang kalau kamu jago menulis!" Semprot Fany setelah membaca beberapa halaman yang berisikan tulisan khas Reina.

"Maaf,maaf Fan. Aku berniat memberitau kapan-kapan,hehe"

Fany mengambek, "Permintaan maaf ditolak. Ada satu syarat untuk diterima". Fany membisikkan sesuatu ke telinga Reina.

"Kau gila! Mana mungkin aku menulis cerita cinta antara aku dan Raka. Nggak mau" kali ini Reina yang balik mengambek.

"Yaudah. Kalo gitu ganti aja deh. Masukkan namaku ke ceritamu ya,Rei. Ya ya yaaa" Fany memasang puppy face-nya. Reina mengalah, "Iya iya. Namamu pasti kumasukkan kok,hehe"

"Yeay! Makasih Reinaaa"

Tiba-tiba terlintaskan ide di otak Fany, "Ehiya! Mau nggak,kalo sekarang kita ke padang ilalang? Ituloh,tempat biasa kita main dulu"

"Aku ingat. Tapi,tempatnya jauh kah?"

"Nggak. Kan waktu itu jauh karena kita berangkat dari rumahku. Deket kok,kalo dari rumah ini. Ayuk kita kesana!" Fany bangun dan langsung menarik Reina.

Setelah beberapa menit berlari dari rumah Fany,akhirnya mereka sampai di padang ilalang itu. Kenangan-kenangan indah terlintas kembali di hadapan mereka.

"Yeah! Padang ilalang!" Fany langsung berlarian di tempat itu.

"Sudah lama ya,sejak kita terakhir kesini,hehe. Alhamdulillah ya,janji kita terpenuhi" kata Reina sambil mengingat kembali kenangan mereka. "Fan, inget nggak dulu orangtua kita sempat kebingungan mencari kita. Ternyata kita ketiduran diantara ilalang-ilalang ini,hahaha"

"Iya! Inget banget,pas pulang udah kemalaman deh,hahaha" tawa Fany.

Mereka terus tertawa sambil bernostalgia kenangan-kenangan mereka saat kecil sampai mereka kelelahan,bertiduran diantara ilalang.

"Fany. Kamu kalau punya rahasia atau masalah,berbagi ya sama sama aku. Aku siap ngedengerin kok. Ini,mahkota bunga buat kamu, sebagai ganti mahkota bungamu yang dulu" ujar Reina sambil memberikan mahkota bunga buatannya kepada Fany.

Fany memakai mahkota bunganya, "Pasti. Tapi kamu juga ya,cerita kalau ada masalah. Cerita tentang cowok taksiranmu juga gak apa-apa,haha"

"Tentunya,hehe" Reina tersenyum kecil, karena teringat rencana kepindahannya.

'Maaf ya Reina,tapi ada satu rahasia yang belum bisa aku beritau' Fany berbalik,lalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.


~~~


Reina berjalan sambil memikirkan cara terbaik untuk memberitahu rencana pindah sekolahnya kepada Fany, ketika dia melihat sesuatu yang tidak disangkanya.

'Itu.. Bukankah itu Fany dan Raka? Apa yang mereka lakukan? Fany bilang kan dia tidak jadi pergi karena sakit..' Reina kaget saat melihat mereka di cafè yang biasa Fany dan ia datangi.

Fany dan Raka terlihat sangat akrab. Di wajah Raka terlihat semburat malu-malu sementara Fany tertawa-tawa. Reina kecewa melihatnya. Pikirannya menjadi kacau.

Tiba-tiba muncul anggota-anggota klub kendo perempuan disamping Reina, "Ternyata ada yang tidak update informasi ya?"

"Iya. Padahal bilangnya SAHABAT,kok tidak tau Fany sudah jadian dengan Raka? Cih,apaan tuh?" Celetuk Naya memberi penekanan pada kata 'sahabat'.

'Bohong! Mereka telah jadian? Tapi Fany bilang, dia tidak menyukai Raka. Tidak mungkin mereka jadian tanpa memberitahuku!' Pikiran Reina semakin kacau. Ia berlari meninggalkan pelataran café tersebut sambil menahan tangis.


~~~


"Reina!". Ia tidak memedulikan panggilan tersebut.

"Reina!". Ia masih mengacuhkan pemanggilnya.

"REINA! Kamu kenapa sih? Aku udah manggil daritadi juga" Fany menatapnya dengan curiga.

"Nggak kenapa-kenapa. Ada apa? Bukankah harusnya kau latihan kendo?" Jawab Reina berusaha dengan wajah sedatar mungkin,menahan tangisnya.

"Ini,dibuka saat sampai dirumah ya. Isinya sangat rahasia loh,haha. Aku kembali dulu ya, daah" Fany menyerahkan sebuah surat lalu langsung berlalu pergi.

Reina melipat amplop itu lalu memasukkan ke sakunya,tidak berniat untuk membacanya sama sekali. Ia berniat melanjutkan perjalanan pulangnya.

Ckiiit,BRAAKK!

Reina berbalik, ia melihat sekumpulan orang sedang mengerumuni satu tempat yang berlumuran darah dimana-mana. "Ada remaja perempuan muda yang tertabrak!"

'Remaja perempuan?!'

Dunianya serasa diremukkan.


~~~


Seluruh murid sekolah Fany sedang mengalami duka yang dalam. Semua menangisi kepergian Fany.

"Seseorang yang selalu menjadi kebanggaan sekolah ini,kini telah tiada. Namun, namanya akan selalu terpatri didalam hati kita, para guru dan murid Indonesian Foreign High School. Selamat jalan, Tiffany Regina. Semoga diterima di sisi Tuhan, yang Maha Esa. Amin" Kepala sekolah mengakhiri pidato perpisahannya untuk Fany.

'Fany...' Reina masih tidak percaya, Fany telah meninggalkannya untuk selamanya. Tatapannya kosong.

"HEH! Reina!" Naya dan kawan-kawannya mendatangi Reina sambil membentaknya. "Gara-gara kamu, kita semua jadi harus kehilangan Fany!"

"Saat itu dia izin pergi sebentar saat waktu ekskul, untuk menemuimu! Seandainya dia tidak menemuimu,pasti dia masih hidup sampai sekarang!" Lanjut Naya sambil terus menjatuhkan airmatanya.

"Pembunuh! Lebih baik kau saja yang mati! Mati sana!" Bentak Riska,dengan airmata semakin deras.

"Ayo kawan-kawan,kita tinggalkan pembunuh ini. Dia tidak layak untuk melanjutkan hidup" Naya dan kawan-kawan meninggalkan Reina sendirian.

Reina merdengar banyak orang membisikkan bahwa dirinya seorang pembunuh. Batinnya terkoyak.

'Benarkah aku seorang pembunuh? Benarkah aku layak mati?' Bayangan Naya dan Riska yang membentaknya kembali terpikir. Ia tak bisa lagi berpikir dengan jernih.


~~~


Reina melihat lagi keadaan dibawah jembatan.

Sangat ramai. Itulah yang terlihat olehnya.

Ia mulai memanjat pagar jembatan tersebut, bersiap untuk melompat.

BRUUM! TIIN! TIIIN!
Ia tidak bisa. Reina tidak berani melompat dari pagar jembatan. Ia terduduk di samping pagar.

"Anak bodoh! Melompat dari jembatan saja tidak bisa! Fany mati karena kau!" Rutuk Reina pada dirinya sendiri yang sedang menangis,sambil memukuli kepalanya dengan keras. Tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan pukulannya.

"Lebih bodoh lagi kalau kau mau bunuh diri!" Raka menahan tangan Reina.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku tidak ingin Fany-ku terluka di alam sana" Reina melepaskan tangannya dari pegangan Raka.

"Maksudmu?"

"Kau kan pacaran dengan Fany. Aku tidak mau terlalu dekat dengan orang yang dicintai Fany" jelas Reina. "Walaupun ia tidak bilang langsung padaku.." Tambahnya lirih.

"Hah? Kau mengira aku pacaran dengan Fany? Aku yakin kamu belum membaca surat darinya" ujar Raka,mengingatkan Reina pada surat di sakunya.

Reina mengeluarkan surat Fany, "Tapi karena surat ini, Fany harus meninggal! Lebih baik aku robek saja!"

Namun lagi-lagi usaha Reina ditahan Raka. "Jangan! Didalamnya ada rahasia yang perlu kamu ketahui! Sekarang,bacalah" suruhnya.

Mau tak mau Reina membaca juga surat dari Fany,karena dia juga penasaran.

-' Hai Reina! Maaf aku harus memberitaumu lewat surat ini,aku rasa lebih baik kau membacanya sendirian dibanding bersamaku,supaya lebih mendalami tentunya,hohoho. Apa yang ingin kusampaikan adalah.... RAKA MENYUKAIMU! Hohohoho. Dia menyukaimu karena kebaikanmu. Aku senang ada yang menyadari kebaikanmu. Ah iya! Maafkan aku juga selalu membatalkan janji kita untuk jalan-jalan. Sepertinya kau sangat marah padaku karenanya. Maaf ya,itu karena aku sedang berusaha mengintrogasi Raka berturut-turut,akhirnya dia mengaku juga. Kau harus tau betapa keras kepalanya dia. Tapi setidaknya dia menyukai dan menyayangimu dengan tulus. Jadi,kalau suatu hari dia menembakmu,harap diterima yaaa!

Aku harap kau tidak marah lagi padaku ya. Aku sangat kehilangan saat kau menjauh. Kan kita sudah berjanji, akan selalu menjadi sahabat selamanya '-.

"Hah? Bohong. Ini.." Belum selesai berbicara,Reina menangkap pesan tambahan di surat itu.

'P.s: Raka ada bersamaku dan memintaku menulis bagian "Jadi,kalau suatu hari dia menembakmu,harap diterima yaaa!
" loh,hoho.'

Reina menengok kearah Raka,meminta penjelasan. Raka terlihat malu,sama seperti yang dilihatnya saat di café saat bersama Fany.

"Fany.. Maafkan aku. Maafkan aku yang terlalu egois untuk mengacuhkanmu,hanya karena hal sepele" Reina kembali meneteskan airmatanya.

"Sekarang kau sudah tau kan? Tapi aku tidak memintamu untuk menerimaku kok. Dan,aku yakin, Fany sedang tersenyum di alam sana,senang karena kau sudah mengetahui kebenarannya. Sekarang,ayo pulang" Raka berjongkok disebelah Reina,mengulurkan tangannya.

Reina menyambut tangan Raka. Ia berdiri,lalu mengikuti langkah Raka dari belakang. Diam-diam ia tersenyum. Kini,hatinya telah sedikit lebih lega.


~~~


Reina berdiri, sambil tersenyum, disamping panggung bersama suaminya, Raka, memegang sebuah buku.

"Wah! Ada buku bestseller baru! Judulnya.. 'Thank You, My Bestfriend' oleh Reina Salsabila" seorang anak membaca buku,yang sama seperti yang sedang dipegang Reina.

"Ceritanya bagus.. Aku ingin punya persahabatan seperti ini deh" Timpal temannya. Reina tersenyum melihat kedua anak itu.

'Terimakasih Fany,atas suratmu itu. Saat ini,aku telah mencapai cita-citaku yang tak pernah kuungkapkan. Menjadi penulis, dan membanggakanmu. Tolong doakan aku dari alam sana ya' ujar Reina dalam hatinya,sesaat sebelum memulai acara konferensi pers nya.

~The End~

Jumat, 13 Januari 2012

[FANFIC] My Boy Chapter 1


(eh ini judulnya masih sementara, gue udah ngarang cerita sepanjang ini tapi belom bikin judul. maaf yak hehe-_-v)

Cast : Jung Yoora, Kim Jaejoong, Lee Jonghyun, Jung Yonghwa, Park Hyunsoo, Han Youngmi, dll.
Genre : Romance
Ini FF kedua gue, dan yang pertama buat yang chaptered. Harap maklum kalo banyak kekurangan. Typo dimana-mana. Terutama judulnya, nanti kalo udah ketamu judul yang pas gue ganti deh yak. hehe. Terakhir, jangan bayangin Yoora itu gue. Selamat membaca~

Friday, 19th of December 20XX 2:30 PM
Aku sedang belajar di sekolah. Entah ini disebut belajar atau tidak. Kau tahu? Mataku sudah 5 watt! Kepalaku kutundukan ke meja. Aku masih sadar karena pikiranku sedang melayang-layang ke awan biru diatas sana (?).Sekarang sedang presentasi biologi,
“ZAMAN KAPUR!”, pekik Hyunsoo. Aku tersentak dari lamunanku dan berpaling melihat presentasi. Haaah, Hyunsoooo, kau membuatku kaget-_-
“Ptelodactyl, Ptelosaulus, blah blah.”, ucap Youngmi. Sumpah kasian banget Youngmi harus baca segitu banyak nama dinosaurus yang banyak ‘r’nya padahal dia cadel, ckckck sabar yah~ Aah, lebih baik aku melamun lagi. Aku jadi teringat kejadian tadi malam.
Flashback
“Yoora-ya, hari sabtu dan minggu kau tidak boleh kemana-mana ya.”, ucap ummaku.
“Waeyo, Umma?”, tanyaku heran.
“Umma mau menyuruhmu pergi ke suatu tempat. Ada sesuatu yang penting. Ini menyangkut masa depanmu.”, jawabnya sambil tersenyum penuh arti. Aku jadi curiga ckckck.
“Huh? Masa depanku? Umma mau mendaftarkanku kuliah? Masih lama, Umma.”
“Bukan kuliah, Yoora-ya. Lebih penting dari kuliahmu.”
“Ne, arraseo. Umma, aku tidur ya. Jaljayo~”, ucapku sambil mengecup kedua pipi ummaku.
TEEEEET TEEEET TEEEEEET
Aku pun bersiap menuju tempat les gitarku. Sesampainya aku disana, kelasnya belum dimulai. Aku pun menunggu diruang tunggu. Tak berapa lama, murid sebelumku pun keluar, namanya Baek Sooyeon.
“Yoora-ya, kau tahu? Ada guru gitar baru. Lee seongsaenim sudah berhenti. Aigoooo, gurunya tampan sekali!”, ujarnya bersemangat.
“Jeongmal? Waaaaah, aku jadi penasaran. Namanya siapa, Sooyeon-ah?”
“Lee Jonghyun. Ah, sudah ya, Yoora-ya. Aku harus pulang. Annyeong!”
“Annyeong~”, aku pun berjalan memasuki kelas. Terdengar suara seseorang yang bernyanyi diiringi alunan melodi yang indah. Aku memutuskan untuk mengintip terlebih dahulu. Sesosok pria terlihat oleh mataku. Ia mengenakan kaos merah dan celana jeans hitam. Ia sangat tampan! Aku sampai terpesona olehnya. 1 detik…2 detik…3detik…
“Excuse me, are you a student?”, sapanya mengagetkanku.
“N-ne, seongsaenim.”, jawabku gugup.
“Ah, ternyata kau bisa bahasa korea. Kukira kau orang asing. Mianhamnida.”
“Gwaenchanha, seongsaenim. Aku memang blasteran Amerika-Korea.”
“Baiklah, bisa kita mulai pelajarannya? Maaf, namamu siapa?”
“Jung Yoora imnida. Kalau nama seongsaenim siapa?”, tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Lee Jonghyun imnida. Kau sekolah dimana?”
“Di Seoul High School kelas 10. Seongsaenim sendiri? Tampaknya seongsaenim masih muda.”
“Aku sudah kuliah di Seoul University. Harusnya aku masih kelas 11. Tapi aku ikut program akselerasi.”
“Waaaah, berarti seongsaenim pintar ya. Ehm, bolehkah aku memanggil seongsaenim ‘oppa’ saja? Kalau seongsaenim terlalu formal hehehe.”
“Hahaha baiklah. Sampai lagu apa yang kau pelajari?”
“The Song of Secret Garden.”
“Ooh, perlu aku contohkan?”
“Ne.”, Ia memainkannya dengan begitu indah. Aku tersentuh dibuatnya. Tanpa terasa air mataku mengalir.
“Gwaenchanha, Yoora-ssi?”, tanyanya sambil memberikan tisu padaku.
“Gwaenchanha, lagunya sedih sekali.”, jawabku sambil menyeka air mataku dengan tisu.
“Lagunya memang sedih. Kau mau memainkan lagu yang lain?”
“Ah, tidak usah, Jonghyun oppa. Kita belajar lagu ini saja.”
“Baiklah. Coba kau mainkan.”, aku mengangguk dan memainkan lagu itu.
“Jari telunjukmu salah, seharusnya di kotak 8.”, aku memindahkan jari telunjukku ke kotak 8.
“Jari kelingkingmu di kotak 12.”
“Disini?”, ia tiba-tiba maju dan memindahkan jari kelingkingku. Jantungku berdebar. Aku maluuuu. Mukaku pasti merah sekarang.
TEEEET TEEEET TEEEET
“Nah, sampai disini saja pelajarannya. Minggu depan kita lanjutkan lagi. Annyeong!”, ia bergegas pergi. Aku bahkan belum sempat memberi salam perpisahan padanya. Huh-_-
4:30 PM
“Aku pulang!”, teriakku sambil melepas sepatu.
“Yoora-yaaaa, cepat mandi! Ingat ya, besok kau tidak boleh kemana-mana.”, seru ummaku dari dapur.
“Arraseo.”
Saturday, 20th of December 20XX 7:00 PM
“Yoora-ya, kau pakai ini dan dandanlah yang cantik ya.”, ujar ummaku sambil memberikan sebuah kotak berisi dress dan sepatu hak tinggi. Aku mulai berdandan lalu memakai dress itu. Dress itu berwarna hitam, kerahnya berbentuk V dan lengannya sampai siku. Rambut sepunggungku kugerai dan kutambahkan bando bunga berwarna silver.
“Kau cantik sekali, Yoora-ya! Nah, sekarang kau datang ke gedung MSBC (ceritanya gedung stasiun TV yak) dan tunggu di lobbynya. Akan ada namja berambut hitam, tingginya 180 cm, kulitnya putih, memakai kemeja putih dan dasi ungu tua lalu dibalut dengan sweater biru, celananya warna krem dan memakai sepatu sandal warna putih. Dan…”
“Umma! Itu sudah lebih dari cukup penjelasannya. Lalu siapa namanya?”, potongku.
“Itu rahasia. Yang jelas kamu pasti kaget kekeke. Acaranya indoor kok. Jadi kamu ga perlu bawa mantel yang tebel banget. Ingat ya, jam 8 kamu harus udah disana!”, ucap ummaku sambil tertawa evil.
“Huh, umma jahat-_- Baiklah, aku pergi sekarang. Annyeong!”, pamitku sambil mengecup kadua pipi umma.
Setelah menempuh perjalanan selama kira-kira 1 jam, akhirnya aku sampai di gedung MSBC. Akupun menunggu di lobby sambil mencari namja itu. Hingga 2 jam aku mencari, aku belum juga menemukannya. Sampai akhirnya,
10:00 PM
“Annyeonghaseyo, apa kau Jung Yoora?”, aku pun mendongakkan kepalaku ke atas untuk melihat wajah orang itu. Namun, ia memakai kaca mata hitam, sehingga aku tak mengenalinya.
“Ne, nuguseyo?”, tanyaku. Aku seperti mengenalnya. Wajahnya terlihat familiar. Lalu ia membuka kacamata hitamnya.
“Kim Jaejoong imnida.”, aku tersentak tak percaya. DIA KIM JAEJOONG? MEMBER TVXQ?
“JEONGMAL? AAAAAAAAA!!! YUNHO OPPA MANA?”, aku berteriak sambil melompat-lompat kegirangan. Akhirnya aku bisa bertemu salah satu member boyband kesukaanku. Sayang, bukan Yunho oppa yang kutemui-_-
“Ssstt… diam! Yunho tidak bersamaku.”
“Yaaaaah… Kenapa bukan Yunho oppa yang kutemui?”, gumamku.
“Jadi kau tidak suka bertemu denganku? Siapa juga yang suka, huh.”, rupanya ia mendengar gumamanku.
“Bukan begituuu. Mianhamnida. Ummaku menyuruhku menemuimu. Ada apa sebenarnya?”
“Molla. Nah, kau sudah bertemu denganku kan? Sekarang kau pergi sana!”, dia mengusirku? Sungguh tidak sopan. Aku pun menengok kearah jendela, diluar salju masih turun, pasti dingin sekali.
“Apa yang kau tunggu? Pergilah!”, suruhnya padaku.
“Emm, mianhae, Jaejoong-ssi. Aku tidak bisa pulang sekarang. Diluar dingin sekali dan aku tidak membawa mobil.”
“Lalu?”, tanyanya ketus padaku. Summmpah ini orang ga punya belas kasih apa yak-_-
“Bolehkah aku ikut mobilmu?”
“Denganmu? Jangan harap.”, Summmpah nyebelin amaaaat ini orang-_-
“Mmm baiklah. Aku permisi.”, Aku berjalan gontai keluar gedung MSBC. Masa iya aku harus naik bis? Yang bener saja? Haaaah, aku telepon oppaku sajalah.
“Yoboseyo?”, sapanya di ujung telepon.
“Yong oppa, bisa jemput aku di gedung MSBC? Aku ga bisa pulang.”
“Ah, mianhae, Yoora-ya. Oppa sudah di bandara mau ke Jepang. Mianhae…”
“Yasudahlah. Oppa, hati-hati ya.”
“Ne, sudah ya, Yoora-ya. Annyeong!”
“Annyeong.”, Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan ke halte bis. Benarkan, malam ini dingin sekali. Salju masih turun dan angin sangat kencang. Mungkin akan ada badai salju tengah malam (?). Aku melirik jam tanganku, sekarang jam 10:47 PM. Aku mempercepat langkahku menuju halte yang berada sekitar 5 m lagi. Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti didekatku. Aku menengok dan,
“Ya! Cepat masuk!”, perintahnya padaku dari jendela mobilnya.
“Hah? Untuk apa?”, ia pun kelihatan kesal. Ia keluar dari mobil.
“Umma menyuruhku mengantarmu pulang. Mau ikut ga?”
“ITU KIM JAEJOONG!!! DISANA!”, pekik seseorang. Beberapa detik kemudian banyak wartawan yang mengelilingi kami. Jaejoong oppa pun menarikku kedalam pelukannya. Wartawan itu menanyai siapa aku dan apa hubungan kami. Aku gemetar di dalam pelukkannya. Jaejoong oppa hanya diam sampai body guardnya datang dan membantu kami masuk ke mobil. Mobil pun mulai berjalan melewati kerumunan wartawan itu. Aku yang masih shock karena tiba-tiba banyak wartawan dan dipeluk Jaejoong oppa hanya diam, masih mencerna apa yang terjadi.
“Gwaenchanha? Waeyo?”, tanyanya sambil mengelus rambutku. Aku hanya mengangguk. Lalu aku tertidur dipelukkannya.
Jaejoong POV
11:58
Pertama kali aku bertemu dengan Yoora, aku berusaha memasang tampang sejutek mungkin. Aku tidak mau image cool-ku ini hilang, bagaimana pun aku juga seorang artis. Image itu penting! Awalnya aku tidak bermaksud berkata kasar, apalagi membiarkannya pulang sendirian. Aku ini namja yang punya etika. Tapi sudah terlanjur, yasudah hehe.
Aku memandanginya yang tertidur dipelukkanku. Wajahnya nyaris sempurna. Kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya besar, bulu matanya lentik, bibirnya tipis, pipinya yang chubby, waaaah nyaris tanpa cela! Tapi aku heran dengan sikapnya tadi. Kenapa saat ditanya wartawan tadi ia gemetar seperti orang yang ketakutan? Aneh.
Beberapa menit kemudian, kami sampai dirumah Yoora. Aduh, bagaimana aku turun? Aku tidak bisa berdiri. Ditambah lagi aku tidak tega membangunkannya.
“Ban ahjussi, bisa minta tolong panggilkan umma-nya Yoora? Aku tidak bisa bangun.”
“Baik, tuan.”, ujar Ban ahjussi, supir pribadiku. Tak berapa lama, nyonya Jung menghampiriku.
“Ada apa ini? Ah, ya ampun! Yoora kenapa?”
“Dia ketiduran, ahjumma. Ahjumma, bisa tolong geser badannya Yoora?”, nyonya Jung pun mengangguk dan menggeser badan Yoora.
“Jaejoong-ah, bisa kau gendong Yoora ke kamarnya? Ahjumma tidak kuat menggendongnya. Maaf merepotkan.”
“Gwaenchanha, ahjumma.”, aku pun menggendong Yoora ke kamarnya yang berada di lantai atas. Setelah merebahkannya dikasur aku pun turun ke bawah untuk berpamitan.
“Ahjumma, mianhae aku membawa Yoora pulang terlalu larut. Aku permisi.”, aku membungkuk kepada nyonya Jung.
“Ne, kamsahamnida, Jaejoong-ah. Hati-hati!”, aku mengulas sedikit senyum lalu berlalu meninggalkan rumah Yoora.
Sunday, 21th of December 20XX 6:00 AM
Aku sedang membaca majalah di sudut ruangan gedung itu. Benarkan, berita itu sudah masuk majalah. Terpampang dengan jelas ‘YOUNGWONG JAEJOONG BERTEMU SEORANG WANITA PADA MALAM HARI’. Lah memang kenapa kalau aku bertemu seorang wanita pada malam hari?-_- Isi beritanya seperti ini,
Sabtu malam, sekitar pukul 11, Youngwong Jaejoong terlihat berada didepan gedung MSBC setelah menghadiri suatu acara. Jaejoong terlihat sedang berbicara kepada seorang gadis yang belum diketahui namanya. Saat ditanya oleh wartawan, member TVXQ ini langsung memeluk gadis itu dan wartawan tidak mendapat fotonya. Siapakah gadis itu? Apakah dia pacar Youngwong Jaejoong?
Tadi saat aku sarapan, member yang lain bartanya soal masalah itu. Aku bilang dia bukan siapa-siapa. Yunho hanya mengingatkan kalau kita harus berhati-hati.
Hari ini hari minggu dan aku tetap ada schedule dengan TVXQ. Padahal aku ingin berdiam dirumah saja hari ini. Menghindari kejaran wartawan yang menanyakan Yoora. Haaaah, susah ya jadi artis-_- Schedule-ku baru selesai jam 8 malam. Memang minggu ini minggu yang padat karena pada hari Jumat nanti kami anniversary yang ke-XX dan kami memutuskan mengadakan Fan Party untuk merayakannya. Fan Party ini diselenggarakan di sebuah gedung yang cukup besar. Fan Party ini hanya dihadiri 1000 fans dan akan ditayangkan secara langsung. Haaaaah ribet banget-_- Sekarang aku ada di gedung itu dan sedang melihat tata panggung. Tiba-tiba aku melihat seseorang,
“Umma! Umma!”, seruku kepada ummaku. Umma lalu menghampiriku ke atas panggung.
“Joongie! Kamu sibuk ga?”, tanyanya setelah memelukku.
“Mmm, ga sibuk kok. Memang ada apa, umma?”
“Umma mau meminta sesuatu padamu.”, umma lalu berbisik padaku.
“MWOOOOOO???”
“Ssssstttt… Bukankah kamu sudah bilang waktu itu kalau kamu setuju? Tidak ada penolakkan, Joongie-ya.”
“Tapi kenapa harus begitu? Aaah, itu memalukan, umma. Lagi pula aku khawatir dengannya.”
“Tenang saja. Dia pasti aman. Mau ya? Mau kaaan?”
“ Ya, baiklah. Umma sudah bilang manager soal ini? Memberku?”
“Sudah semua kecuali membermu. Umma sengaja mau bikin kejutan kekeke.”
“Kalau mereka marah itu salah umma ya.”
“Arraseo. Umma pulang Joongie-ya. Sampai ketemu dirumah!”, ucapnya sambil memelukku. Aku hanya tersenyum membalasnya karena aku sedang berpikir. Aku khawatir. Aku tidak bisa menjaganya. Aku bahkan tidak bisa jamin ia selamat. Bagaimana ini?
Thursday, 25th of December 20XX 3:00 PM
Yoora POV
“Aku pulang.”, hari ini aku sedikit badmood karena besok ada TVXQ Fan Party tapi aku tidak bisa menonton mereka. Tiketnya habis satu jam setelah loket pembelian tiket dibuka. Walaupun disiarkan di TV, tapi tetap saja aku mau menonton. Aku mau liat Yunho oppa!
“Yoora-ya, tebak ini apa?”, tanya ummaku sambil mengacungkan 4 lembar kertas persegi panjang kecil berwarna merah padaku.
“Itu kertas, Umma.”, jawabku malas. Udah tau itu kertas pake nanya-_-
“Ini bukan kertas biasa. Coba lihat apa ini.”, ujarnya sambil menyerahkannya padaku. TVXQ Fan Party, 26 Desember 20XX. 1 detik…2 detik…3 detik…
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!! DEMI APAAAAAA??? VVIP??? UMMA GOMAWOYOOOOOOO!!!!”, pekikku sambil memeluk ummaku.
“Ne, ne, cheonmaneyo~”
“Tapi umma dapet dari mana tiket ini? Kan udah abis.”
“Dapet dari nyonya Kim. Kau kan tahu nyonya Kim itu sahabat umma waktu SMA. Umma baru bertemu dia beberapa bulan yang lalu.”
“Hoooh.”, jawabku pendek. Tak berminat mendengarkan masa lalu ummaku.
“Oh iya, Yoora-ya. Menurutku Jaejoong-ah itu gimana? Kamu suka kan?”, tanya ummaku penuh harap. Aku hanya memandangnya dengan tatapan Dia-itu-salah-satu-member-boyband-kesukaanku-masa-iya-aku-ga-suka-___-
“Hoooh, umma mengerti.”, untung umma mengerti.
“Besok kita datang sekeluarga ya. Sana tanya Yonghwa, dia mau ikut ga?”
“Ne. Aku ke kamar, Umma.”, ucapku sambil melenggang pergi. Aku berjalan menuju kamar Yonghwa oppa yang ada di seberang kamarku.
“Yong oppa~ Besok kau mau ikut ga ke TVXQ Fan Party? Umma bilang kita mau pergi sekeluarga.”, aku pun tiduran dikasurnya disamping dia yang sedang memainkan gitar di atas kasur.
“TVXQ Fan Party? Bolehlah. Aku ikut.”
“Baiklah, nanti aku bilang sama umma. Yasudah ya oppa, aku mau ke kamar.”
“Hei! Jangan keluar dulu! Oppa mau nanya.”, belum sempat aku bangun, oppa sudah melarangku keluar.
“Nanya apa?”
“Kata umma, minggu lalu kamu ketemuan sama Jaejoong-ssi? Katanya pulang malem ya? Ngapain aja kamu?”, tanyanya. Seringaian menyebalkan muncul dari wajahnya.
“Oppa, pinjem gitar.”, ucapku sambil mengambil gitar dari pangkuannya. Aku memainkan lagu apa saja, untuk mengalihkan perhatian.
“Yoora-ya, ayo jawab pertanyaanku! Kenapa ga mau jawab? Atau jangan-jangan kamu nyembunyiin sesuatu ya?”, tanyanya curiga. Kenapa oppa harus bertanya sih? Aku maluuuuu XD
“A-aku ga ngapa-ngapain kok. Cuma dianterin pulang aja.”
“Halah bohooong. Kamu tuh ga bisa bohong sama oppa.”, ejeknya sambil mengacak-acak rambutku.
“Baiklah, aku kalah, Jung Yonghwa-ssi.”
“Nah, sekarang ceritakan semuanya!”, aku pun menceritakan semuanya dari awal sampai akhir.
“Hati-hati, Yoora-ya. Kau tahu kan Cassie itu gimana? Oppa takut kamu kenapa-napa.”, aku mengerti maksudnya.
“Aku bukan pacarnya kok. Aku bukan siapa-siapanya.”
“Hmm… Sudah sana mandi.”
“Ne.” , kataku sambil pergi ke kamarku. Aaaah aku tidak sabar besok!
Friday, 26th December 20XX 5:45 PM
“Umma, Appa, Oppa, ayo berangkaaat!”, teriakku. Kau tahu? HARI INI TVXQ FAN PARTY!! Aku sudah semangat ’45. Bahkan tadi malam aku tidak bisa tidur! Akhirnya, aku sekeluarga sampai di gedung itu.
“Yoora-ya, tiketnya di kamu kan?”, tanya umma padaku.
“Lah? Kok di aku? Kan di umma tadi.”
“Kan tadi udah umma kasih ke kamu waktu umma mau ngambil sepatu.”
“Hah? Iya apa? Huaaaaaa tiketnya hilang umma! Gimana dong?”, aku pun menangis karena tiketnya hilang. Aku ingin sekali menonton TVXQ Fan Party. Bagaimana ini?
“Yasudahlah kita pulang saja.”, kata appa sambil menggandeng tangan umma keluar. Yonghwa oppa pun merangkulku sambil mencoba menenangkanku. Aku tidak mau pulang. Akhirnya kami menonton mereka dari layar besar yang disediakan di lobby gedung itu.
7:00 PM
Jaejoong POV
Aku bersiap untuk naik ke atas panggung. Memberku juga sudah siap. Setelah berdoa, kami pun naik ke atas panggung dan perform. Lagu pertama, Hug. Aku melirik sekilas ke arah sana. Tidak ada?

TBC

Gimana? Penasaran ga? Kalo ga menarik bilang aja, nanti chapter depan langsung gue tamatin. Kalo penasaran ya gue lanjut kekekeke. Eh iya, gue ga jadi pake L soalnya nanti gue diamuk aul-_- jadi gue pake Jonghyun aja gapapa ya~ Rai maaf ya pinjem bias lo hehe-_-v
Sekian. Annyeong!
-Jung Yoora-

No Pain No Gain Chap.1


Cast: TVXQ members, Jung Raewon, Park Hyunsoo, Kim Hyora, Jung Yoora, Hwang Raekyo etc.
Genre: Random.
 Note: Ini FF tanpa editing sama sekali ya karena Yollaul udah maksa aku ngepost yang ada pas aku gatau harus nulis apa lagi-_-. Dan yang ada cuma ini. Ini dijamin gak jelas.
***
“Kalian hebat hari ini!” Yunho memeluk keempat membernya secara bersamaan.
“Kau juga hebat hyuung” Junsu balas memeluk Yunho.
“Hyung-appa! Karena kita hebat ayo kita makann!” Changmin menarik kaos putih yang dipakai Yunho.
“Ya! Kau tidak nyambung!” Junsu menarik Changmin untuk menjauh dari Yunho.
“Biar saja.. aku kan masih dalam masa pertumbuhan” Changmin mencengkeram tangan Junsu.
“Sudah jangan bertengkar..” Jaejoong menarik tangan Changmin dan memberinya sekotak makanan yang disambut dengan senang hati oleh Changmin.
TOK!TOK!
“Permisi..” Kim Youngmin masuk kedalam ruangan yang ditempati member TVXQ untuk beristirahat selesai konser diikuti 5 yeoja SMA.
“Hem.. Saya kesini mengantarkan asisten pribadi kalian masing-masing yang baru” Youngmin memberi isyarat kepada 5 yeoja untuk mendekat. Satu diantaranya yang paling tinggi sudah meneteskan air mata bahagia. Satu yang paling manly tampak tersenyum tidak santai. Satu yang paling kurus yang kalau dilihat-lihat mirip Ryewook Super Junior melebar-lebarkan matanya (?) dan mengigit bibir bawahnya gugup. Satu yang matanya paling kecil atau sipit membuka mulutnya tanpa bersuara. Dan satu yang paling tengil memejamkan matanya menahan teriakkan yang akan keluar dari mulutnya. Ini pertama kalinya mereka bertemu 5 member TVXQ dengan jarak sedekat ini.
“Yang ini Jung Yoora. Akan menjadi asisten Jaejoong” Youngmin menunjuk yeoja paling tinggi dengan mata sembab.
“Yang ini Park Hyunsoo. Akan menjadi asisten Yunho” Youngmin menunjuk yeoja manly.
“Yang ini Kim Hyora. Akan menjadi asisten Yoochun”
“WOW MIRIP RYEWOOK!” Changmin berteriak lumayan keras saat yeoja paling kurus ditunjuk oleh Youngmin.
PLAK!
Jaejoong memukul kepala Changmin pelan karena menurutnya Changmin tidak sopan memotong pembicaraan orang lain.
“Yang ini Hwang Raekyo. Akan menjadi asisten Junsu” Youngmin menunjuk yoeja paling sipit.
“Dan yang terakhir Jung Raewon. Akan menjadi asisten Changmin” Youngmin menunjuk yeoja yang wajah nya kurang bersemangat.
“Changmin kau harus ingat Raewon itu asistenmu bukan baby sitter” Jaejoong mengelus rambut tebal Changmin yang sedang asik mengunyah ayam goreng.
“Hn...” Changmin yang terlalu sibuk hanya menjawab seadanya.
“Sekarang kalian bisa berkenalan dulu satu sama lain setelah itu istirahatlah. Saya permisi” Youngmin membungkukkan badannya dan keluar.
“Jung Yunho..” Yunho mengulurkan tangannya kepada Yeoja yang ditunjuk Youngmin akan menjadi asisten pribadinya.
“Park Hyunsoo....” Hyunsoo melongo dan menerima uluran tangan Yunho.
“AAAAAA! Hyunsoo-sshi jangan terlalu kencang menjabat tanganku. Santai saja..” Yunho mengibas-ngibas kan tangannya kesakitan.
“M-mian..” Hyunsoo masih melongo.
“Yoora-sshi.. kenapa kau menangis?” Jaejoong menyodorkan saputangan biru miliknya. Yoora yang diperlakukan seperti itu oleh Jaejoong merasa kakinya melemas.
“Aku.. terlalu bahagia” Yoora menghapus air matanya sendiri dengan sapu tangan Jaejoong.
“Hem... ternyata benar juga ya kata Changmin kau mirip Ryewook. Eh... ada semut dileher mu” Yoochun mengulurkan tangannya ke leher Hyora untuk membantunya menyingkirkan semut dileher yeoja itu.
“GELIIII BABO!” Hyora menampar pipi Yoochun dan menutup mulutnya sendiri saat menyadari apa yang ia lakukan. “Mianhae.. aku memang refleks seperti itu jika ada yang menyentuh leher ku” Hyora membungkukkan badannya meminta maaf pada Yoochun.
“Ahhh.. Gwenchana” Yoochun tersenyum maklum.
“Eu kyang kyang kyang kyang~ Bahagia sekali aku mendapat asisten yang sama-sama sipit” Junsu menunjuk-nunjuk mata Raekyo. Sebenarnya Raekyo agak tersinggung namun kalau Junsu yang berkata seperti itu dia tidak akan marah.
“Ne.. kita senasib wuakakaka” Raekyo mengeluarkan suara ketawa khas nya.
“Raewon ambilkan minum!” Changmin memanggil Raewon dengan suara cemprengnya. Raewon yang tak mau tuli segera mengambil apa yang diminta Changmin.
“Ini minummu..” Raewon meletakkan minuman Changmin diatas meja sambil tersenyum terpaksa semanis mungkin.
“Suapi aku.. aku mau main game” Changmin menyodorkan kotak makanan yang masih utuh beserta sumpit dan mengambil PSP nya.
“Ne.. ini.. aaaa~” Raewon menahan emosinya sekuat tenaga. Ia mengisyaratkan Changmin untuk membuka mulut nya. Raewon menyuapi Changmin sedikit kasar namun Changmin tidak menyadari sikap Raewon. Changmin menghabiskan seluruh makanannya dengan disuapi Raewon.
‘Kalau bukan demi Yunho-oppa aku tak mau menjadi baby sitter bayi setan ini’ Raewon mengaduk-aduk makanan Changmin.
***
“Yoora-sshi, tolong ambilkan minumku disana” Jaejoong menunjuk kearah botol minum hello kitty nya. Saat ini dia sedang dimake-up maka ia harus meminta bantuan Yoora untuk mengambil botol minumnya.
“Ne.. tunggu sebentar” Yoora mengambil dan menyerahkan botol minum Jaejoong. Yoora mematung memandangi Jaejoong yang notabene nya adalah bias utamanya. Dia merasa menjadi manusia paling beruntung menjadi asisten pribadi dari seorang Yongwoong Jaejoong.
“Yoora-sshi.. gomawo bantuannya” Jaejoong mengembalikan botolnya ke Yoora untuk diletakkan ketempat semula. Yoora hanya tersenyum dan membungkukkan badannya.
BRAK!
Yoora melongo menatap yeoja dihadapannya. Baju nya basah sekarang karena yeoja dihadapannya menabrak dirinya yang sedang memeangi botol.
“M-mian.. Yoora aku tidak sengaja” Hyunsoo mengambil tisu dari saku jaketnya.
“Hyunsoo-sshi berapa kali aku katakkan padamu kalau kau tidak pernah bisa santai? Ha?” Yoora menatap tajam mata Hyunsoo yang merasa bersalah.
“Tadi Yunho-sshi meminta ku segera mengambil ponsel nya karena ada hal penting. Jadi aku sedikit terburu-buru” Hyunsoo mulai emosi karena ia merasa telah meminta maaf.
“Ya! Kalian... sudahlah. Yoora-sshi ganti baju mu dan Hyunsoo-sshi maafkan aku karena membuatmu panik” Yunho berdiri diantara Yoora dan Hyunsoo. Mendengar perintah Yunho, Yoora pergi dari tempat itu setelah membungkukkan badannya.
‘Aisssh... Hyunsoo-ah kau membuatku malu didepan Jaejoong oppa’ Yoora meremas ujung kemeja tosca-nya.
***
“Changmin-sshi ini semua pesananmu” Raewon meletakkan kantong makanan yang berjumlah 4 kantong besar di setiap tangannya.
“Ahhh.. Gomawo Raewon-ah.. Dihari kedua Maximum concert ini aku harus lebih semangat makanya aku memesan semua makanan ini” Changmin mengobrak-abrik kantong makanan dihadapannya.
‘Apa-apaan memanggilku dengan –ah sok kenal sekali dia. Dan sepertinya bayi setan ini tidak hanya banyak makan saat konser. Demi Yunho-oppa...’ Raewon menatap sinis Changmin yang sedang sibuk.
“Raewon-ah.. mau ikut makan? Tapi aku tidak memaksa..” Changmin menawarkan Raewon dengan harapan Raewon menolak tawarannya.
“Tidak usah.. gomawo untuk tawarannya” Raewon duduk dikursi lain didekat Changmin.
‘Untung hanya 3 bulan menjadi asistennya. Aku tidak membayangkan kalau selamanya’ Ia memijat kepalanya dan memejamkan matanya karena terlalu pusing dengan pekerjaan barunya. Bagi seorang Cassiopeia sejati harusnya ini pekerjaan menyenangkan. Raewon memang seorang Cassiopeia tapi sejak awal ia menjadi Cassie, Choikang Changmin memang member yang paling dibencinya karena sifat anehnya.
“Yaaaa... kau makan tidak bilang-bilang! Eu kyang kyang~” Junsu tiba-tiba muncul disamping Changmin dan merebut burger ditangan Changmin disusul Raekyo yang menekuk wajahnya.
“Junsu-sshi.. ayo selesaikan dulu make-up mu. Nanti kau terlambat” Raekyo menarik-narik tangan Junsu putus asa.
“YA! JANGAN DIAMBIL!” Changmin menubruk tubuh Junsu dan merebut kembali burgernya.
“Yah.. pelit sekali. Aku tidak mau dimake-up sebelum PSP ku kembali” Junsu melipat tangannya didepan dada.
“Sekarang kau make-up dulu nanti biar aku cari PSP mu.. ne?” Raekyo mengepalkan tangannya dibalik tubuhnya.
“TIDAK MAU” Junsu melemparkan sapu tangannya seperti anak kecil.  

***
“Yoochun-sshi.. ini baju mu” Hyora mengantarkan satu set pakaian yang terdapat label nama ‘Micky’.
“Ahh.. gomawo Hyora-sshi.. aku permisi” Yoochun pergi keruang ganti.
BRUK!
Yoora muncul dari pintu masuk ruang istirahat dengan wajah kusut dan jalan yang menghentak-hentak.
“Yoora! Kau kenapa? Kusut sekali” Hyora menatap Yoora bingung.
“Kau tau? Hyunsoo membuatku malu didepan Jaejoong-oppa! Dia menabrakku dan membuat bajuku basah begini” Yoora menyambar hoodie dikursi rias.
“Hahaha.. lalu Jaejoong-oppa bilang apa?” Hyora duduk dikursi yang tadi diduduki Yoochun.
“Hem.. tidak bilang apa-apa sih. Tapi tetap saja memalukan” Yoora menjawab tanpa menatap Hyora dan pergi keruang ganti lain.
***
“SEMUA SIAP SEKARANG!” Lee Jongmin meneriakkan semua member TVXQ untuk bersiap-siap memulai konser hari kedua mereka.
“Ne! Tunggu sebentar.. semuanya kesini!” Yunho melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan semua yang ada disana untuk berkumpul.“Semoga konser hari ini berjalan lancar dan memuaskan” Semua orang menumpukkan tangannya ditengah.
“Hana.. dul.. set! TVXQ JJANG!” Dengan kompak mereka meneriakkan kata yang sama sambil mengangkat tangan mereka. Yunho menepuk punggung keempat membernya dan tersenyum.
“Huaaah ternyata menjadi fans biasa lebih mudah dari pada menjadi asisten ya..” Hyunsoo membantingkan tubuhnya ke sofa panjang.
“Benar sekali! Apalagi aku mengurus bayi kelaparan seperti tadi” Raewon menarik salah satu kursi rias dihadapannya dan duduk.
“Kau tau? Tadi aku sempat panik karena asma Yoochun-oppa kambuh..” Hyora mengacak rambutnya.
“Itu belum ada apa-apanya dibandingkan Junsu-oppa yang marah karena PSPnya hilang dan karena itu dia tidak mau dimake-up sampai akhirnya Jaejoong-oppa marah pada Junsu-oppa” Raekyo melebarkan mata sipitnya.
“Tidak jauh beda kalau begitu. Tadi Jaejoong-oppa juga marah-marah padaku karena cermin hello kitty kesayangannya hilang” Yoora menutup wajahnya dengan sapu tangan.
“AAAAAH.. AKU JADI INGIN CEPAT-CEPAT LIBUR MUSIM DINGIN BERAKHIR” Hyunsoo melemparkan tisu dengan frustasi.
“Yahh... aku sih tidak ingin cepat-cepat berakhir. Aku masih ingin berjuang mengurus bayi setan untuk sering-sering melihat Yunho-oppa” Raewon menatap keempat temannya yang sudah tidak tertarik untuk mengobrol lebih lanjut.
***
Yoora, Hyunsoo, Hyora, Raekyo dan Raewon duduk diruang keluarga apartemen TVXQ. Saat ini baru pukul 5 pagi. Namun karena mereka asisten dari artis yang sangat sibuk maka mereka sudah harus siap untuk beraktifitas.
“Jadwal hari ini...” Yunho membolak-balikan kertas ditangannya. “Aku dan Yoochun ada shooting untuk CF baru di Myeongdo. Junsu ada latihan untuk musikal di gedung SBS kalau Jaejoong Photoshoot untuk majalah high cut. Sedangkan Changmin shooting untuk CF di Namsan Tower” Yunho meletakkan kertas dilantai. “Jadi kalian ber lima akan berspisah-pisah sesuai kegiatan kami”
‘MWO? Kalau Yunho-oppa dan Changmin-oppa berpisah berarti seharian ini aku tidak bertemu Yunho-oppa dong? Aissssh.. sehari bersama bayi setan’ Raewon menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
“Ohiya.. untuk Changmin mungkin akan sampai besok pagi, karena sesuai naskah, settingnya siang, sore dan tengah malam” Y    unho menatap Raewon santai sementara Raewon melebarkan matanya keukuran maksimal.
“Hyung-umma.. kalau begitu nanti malam jangan masak yang enak ya karena tidak ada aku” Changmin memeluk Jaejoong dari samping dan dibalas tatapan tidak setuju dari Yunho, Junsu dan Yoochun.
“Tidak ada kau malah bagus berarti masakan Jae-hyung hanya dimakan kita berempat” Yoochun menjulurkan lidahnya dan dibalas dengan tepukkan kasar Changmin dijidat lebarnya.
***
Yoora mendudukkan dirinya tepat disamping Jaejoong. Mereka sedang dalam perjalanan ke gedung tempat photoshoot untuk majalah High Cut. Didalam van ini hanya ada Jaejoong, Yoora, Manager TVXQ, Han Jooyoung Coordi pribadi Jaejoong dan supir tentu saja.
“Jaejoong-sshi kau coba dulu topi ini! Sepertinya akan  kekecilan..” Jooyoung Coordi pribadi Jaejoong memberi Jaejoong topi winter berwarna putih. Dan tanpa basa basi Jaejoong memasangkan topi itu ke kepalanya.
“Ahh.. Joo-noona ini kekecilan sekali” Jaejoong mengembalikan topi itu.
“Yahh.. bagaimana ini? Kemarin aku meminta Eunjoon untuk mencarikan topi untukmu” Jooyoung menatap Jaejoong.
“Noona bagaimana sih? Mungkin dia mencari ukuran Changmin. Dia kan coordi pribadi Changmin jadi terbiasa dengan ukuran Changmin” Jaejoong menatap Jooyoung dengan tatapan protes.
“Mian Jaejoong-sshi.. nanti aku cari cara lain” Jooyoung merasa bersalah pada Jaejoong.
“Sebentar-sebentar... Yoora-sshi boleh tidak aku pinjam topi mu?” Jaejoong menunjuk topi yang dipakai Yoora.
“Eh? Ini? Tentu saja boleh.. “ Yoora tersenyum tipis dan memberikan topinya ke Jaejoong.
“Benar tidak apa-apa kan? Aku butuh sekali..” Jaejoong menatap Yoora dengan puppy eyes nya yang membuat Yoora merasa dirinya meleleh.
“T-tidak apa-apa kok” Yoora melebarkan senyumnya.
‘Ya! Jaejoong-oppa.. Apa kau benar-benar namja 21 tahun? Kau imut sekaliiii~’ Yoora memalingkan wajahnya menyembunyikan ekpresinya.
“Jeongmal gomawoyo...” Jaejoong memakaikan topi Yoora ke kepalanya sendiri.
***
“Ya! Kau payah sekali masa disini saja takut” Changmin bergerak-gerak dengan tangan kanan yang memegangi pagar Namsan Tower dan tangan kiri yang menarik-narik tangan Raewon.
“A-ku.. memang phobia dengan tinggi” Raewon memejamkan matanya dan menahan tubuhnya dari tarikan tangan Changmin.
“Hahahaha.. dasar payah! Masa kau kalah dengan anak kecil.. lihat itu! Buka matamu!” Changmin menunjukkan tangannya pada anak kecil yang sedang naik keatas kursi untuk mensejajarkan tubuhnya dengan pagar Namsan Tower. Raewon tidak membuka matanya sama sekali. Kakinya terasa lemas. Semakin Changmin menarik tangannya, kakinya semakin lemas dan tidak bisa digerakkan.
“Kau akan membantuku disini sampai besok pagi.. Kalau begini terus kau bisa stress.. makanya buka matamu dan biasakan dirimu dengan ketinggian seperti ini” Changmin masih setia memaksa Raewon untuk membuka matanya.
‘Demi Tuhan aku benci bayi ini! Aku takut sekali.. Apa yang harus aku lakukan?’ Raewon menggeleng-gelengkan kepalanya masih dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya bergetar dan tubuhnya terasa seperti lumpuh.
“Buka matamu! Cepat!” Changmin menarik tangan  Raewon lebih kuat dengan sekali sentak dan...
BRUK!
Raewon terjatuh karena tidak kuat menahan tubuhnya yang lemas dan sangat ketakutan.
“Raewon-ah! Raewon-ah!” Changmin duduk disamping Raewon dan menepuk-nepuk pipinya. Tak ada jawaban. 
tbc