Author: 성용미 (VRT09)
Title: Thank You, My Bestfriend
Genre: Friendship
~~~
"Reina,coba pakai ini!" Kata Fany sambil meletakkan mahkota bunga di kepala Reina.
"Untukku? Terima kasih Fany!" Balas Reina sambil tersenyum lebar. "Fan,kamu mau janji nggak?"
"Janji apa?" Fany menjawab sambil merebahkan dirinya diatas padang ilalang.
"Kalau sudah besar nanti,kita harus main lagi ya, di padang ilalang ini" pinta Reina sambil menawarkan kelingkingnya.
Fany tersenyum. "Pasti! Kita juga harus terus bersama ya sampai besar nanti!" Ia mengaitkan kelingkingnya, sebagai tanda ia telah berjanji dan akan memenuhinya.
"Terimakasih Fany! Aku janji,kamu akan selalu jadi sahabat terbaikku!" Reina memeluk Fany erat.
~~~
Penonton ramai menyemangati Fany. "FANY! FANY! TIFFANY REGINA PASTI MENANG!" Sorak pendukung dari sekolah Fany.
"Daaan, Tiffany melakukan tusukan telak ke dagu! IPPON! TIFFANY REGINA DARI INDONESIAN FOREIGN HIGH SCHOOL, MENANG!" Komentar MC menutup pertandingan final Kejuaraan Kendo Nasional Putri.
Medali diserahkan oleh juri. Fany tersenyum kecil sambil mengangkat medali emasnya. Ia terlihat seperti mencari seseorang.
Sementara itu, di dekat pintu stadion, berdiri seorang perempuan yang sedang menyelamati temannya dari jauh. 'Selamat, Fany. Aku tau kamu pasti bisa walaupun tanpaku' pikirnya sambil tersenyum sedih. Ia berbalik dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan stadion.
"Reina!". Panggilan itu menghentikan langkah perempuan tersebut.
Fany berlari dari tempat peserta menghampiri Reina. "Kenapa kamu tidak menonton dari bangku penonton? Aku mencarimu daritadi tau" Fany mengelap keringatnya sambil berusaha mengatur napasnya.
"Maaf Fan, tadi aku telat. Lagipula tempat duduknya sudah penuh terisi. Jadi aku melihatmu dari sini saja,hehehe" jawab Reina sambil memaksakan senyum cerianya.
"Ooh. Tapi tadi kamu lihat kan pertandingan terakhirku? Lihat! Ini medali emas pertamaku. Akhirnya aku bisa memperlihatkannya kepadamu" dengan gembira Fany memperlihatkan medali emasnya.
"Tentu. Kamu keren! Sekali-kali ajari aku kendo ya,pasti aku bisa lebih hebat darimu" Reina berusaha mengimbangi rasa bahagia Fany.
Lalu, muncul beberapa adik kelas mereka, "Kak Tiffany, selamat ya! Kakak hebat sekali tadi" ucap salah satu dari mereka sambil menjabat tangan Fany.
"Hahaha,bisa aja kalian. Kalian pasti bisa lebih hebat dari aku. Iya kan,Rei?" balas Fany,sambil menoleh kearahku.
Para adik kelas itu baru menyadari keberadaan Reina dan langsung buru-buru permisi, "Amin, kak. Kami duluan ya,sekali lagi selamat ya kak! Daah!"
"Ah iya! Medali ini aku berikan untukmu, sebagai kenangan kemenangan nasional pertamaku,hehe" ujar Fany sambil mengalungkan medali emasnya kepada Reina.
"Eeh? Jangan! Ini kan medali emas nasional pertamamu" Reina berusaha melepas medali di lehernya,tapi ditahan oleh Fany.
"Aku mau medali itu jadi kenangan untukmu,supaya kamu selalu ingat aku. Lagipula aku akan terus berusaha menghasilkan medali emas lainnya" Fany menurunkan tangannya sambil tersenyum.
"Terimakasih Fan. Maaf ya,aku nggak bisa memberikan apa-apa atau membanggakanmu.." Reina mulai menunduk dan terisak. "Eeh jangan nangis! Nggak apa-apa kok" Fany berusaha menenangkannya.
"Kidding!" Tiba-tiba Reina menunjukkan wajah lucu sambil menjulurkan lidahnya.
"Aaah,Reinaaa. Aku kira kamu beneran nangis,huh" seru Fany sambil berbalik.
"Yah,jangan ngambek dong. Kan aku cuma bercanda" rajuk Reina.
"Yaudah,tapi ada syaratnya" Fany berbalik sambil menunjukkan tampang serius. "Kau,harus pulang bersamaku hari ini,dan kutraktir! Deal?"
"Deal!" Reina tersenyum senang. "Tapi kamu ganti baju dulu sana,masa kemana-mana pakai baju kendo? Bisa dikira pengawalku nanti. Aku tunggu depan ruang ganti ya"
"Sip boss!". Fany langsung berlari menuju ruang ganti, sementara Reina berjalan santai menyusulnya.
Tanpa mereka sadari,beberapa pasang mata mengamati mereka dengan tatapan tidak suka.
Saat sampai didepan ruang ganti,samar-samar Reina mendengar namanya disebut.
"Apa-apaan sih si Reina itu?" Ujar Naya, salah satu teman ekskul kendo Fany. Ia tidak memperdulikannya,ia terus merapikan tasnya.
"Dia itu bukan siapa-siapa dibandingkan denganmu, Fany! Dia hanya memanfaatkan kepopuleranmu!" Tambah Riska, diikuti anggukan teman-teman Naya. Deg! Reina merasa jantungnya dihujani beribu es tajam.
"Benar. Apa sih istimewanya dia? Gadis biasa dengan kemampuan rata-rata. Sedangkan kamu, jagoan kendo yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Kok bisa ya,kamu dan dia berteman?" Timpal Naya lagi. Airmata Reina mulai meleleh, ia berlari kecil menjauhi ruang ganti.
BUGH! Fany menggebrak lokernya. "Kalian yang tidak tau apa-apa tentangnya lebih baik diam" ia langsung keluar dan mengejar Reina yang terlihat berlari menjauh.
"Reina!" Fany menghentikan Reina. "Kamu dengar pembicaraan mereka?"
Reina berbalik, "Ah? Memangnya pembicaraan apa?"
Fany bersyukur Reina tidak mendengarnya. Ia tidak tau bahwa Reina berpura-pura.
"Ooh,enggak,hehe. Ehiya, ayuk pulang! Kutraktir kau sepuasnya, hahaha. Tapi jangan banyak-banyak ya,hehe". Lalu Reina tertawa. Tawa yang menyembunyikan rasa sakit dibaliknya.
~~~
"Reina,mau ngegantiin aku piket nggak? Aku diajak makan malam sama pacarku nih, jadi harus siap-siap. Please~" rengek Karla.
"Ooh,yaudah. Nggak apa-apa kok" Reina menerima tugas Karla.
"Benar nih? Wah,makasih ya! Tolong bersihin papan tulis sama meja guru ya. Dah!" Karla meninggalkan Reina, yang tersenyum berat, dikelas sendirian. Sebenarnya ia tidak mau menerimanya,tapi apa boleh buat. Ia tak mau cari masalah dengan siapapun.
"Yo, Rei! pulang yuk. Loh,kamu piket hari ini?" Fany tiba-tiba masuk kedalam kelas saat Reina merapikan meja guru.
"Dia diminta Karla menggantikan tugasnya. Dia terlalu baik sih" jawab Raka yang muncul dari balik pintu.
"Lah? Sejak kapan kau disitu? Mau mengganggu Reina ya?" Fany langsung menghampiri Raka sambil berkacak pinggang.
"Enak aja. Aku ingin menanyakan soal ini padamu" tunjuk Raka pada buku Matematikanya.
"Sudah diluar kelas pun kau masih belajar? Rajin sekali,hahaha" tawa Fany.
"Aku kan tidak sepintar kau" jawab Raka dengan tampang malas.
Reina yang merasa dirinya tersisih buru-buru menyela, "Fan,kamu ajarin aja Raka. Aku kayaknya masih lama nih". Lagi-lagi ia memaksakan senyum.
"Nggak apa-apa nih?" Tanya Fany dengan tampang merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa kok. Udah,ajarin aja si Raka. Selamat belajar!" Jawab Reina sambil mendorong Fany dan Raka keluar kelas. "Eh tapi kesini sebentar deh Fan"
"Apa?"
"Kamu suka sama Raka ya?" Tanya Reina menggodanya. "Iih,nggak kok. Orang macam begitu kok disukain" jawab Fany dengan muka datar sambil melihat orang yang dimaksud.
"Hehehe. Tapi kalo jadian bilang-bilang ya" bisik Reina.
"Nggak bakal terjadi lah. Yaudah, kami duluan ya. Minggu besok jalan-jalan bareng ya! Dah Reinaa" Fany berjalan menjauh bersama Raka sambil melambaikan tangannya. Reina balas melambaikan tangan.
'Mereka cocok sekali. Apa Fany menyukainya? Tapi kalaupun iya,pasti dia bilang padaku. Tapi,bagaimana kalau dia juga menyimpan rahasia penting dan menunggu saat yang tempat untuk memberitau, sama sepertiku? Ah,pindah sekolah memang merepotkan, dan menyedihkan' pikir Reina.
~~~
"Huaaah,capek banget ya Rei!" Fany menjatuhkan dirinya ke kasur Reina setelah meletakkan bawaannya.
"Tapi aku senang banget loh hari ini,hehe" Reina terkekeh sambil duduk disamping Fany.
"Tapi kok aku bosan ya?" Fany yang bosan menjelajahi kamar Reina. Ia menemukan satu buku yang menarik. "Apa ini?"
"Eh,Jangaaan!" Reina mencegah Fany, tapi terlambat. Fany terlanjur melihat-lihat isi buku tersebut.
"REI! Kamu nggak bilang kalau kamu jago menulis!" Semprot Fany setelah membaca beberapa halaman yang berisikan tulisan khas Reina.
"Maaf,maaf Fan. Aku berniat memberitau kapan-kapan,hehe"
Fany mengambek, "Permintaan maaf ditolak. Ada satu syarat untuk diterima". Fany membisikkan sesuatu ke telinga Reina.
"Kau gila! Mana mungkin aku menulis cerita cinta antara aku dan Raka. Nggak mau" kali ini Reina yang balik mengambek.
"Yaudah. Kalo gitu ganti aja deh. Masukkan namaku ke ceritamu ya,Rei. Ya ya yaaa" Fany memasang puppy face-nya. Reina mengalah, "Iya iya. Namamu pasti kumasukkan kok,hehe"
"Yeay! Makasih Reinaaa"
Tiba-tiba terlintaskan ide di otak Fany, "Ehiya! Mau nggak,kalo sekarang kita ke padang ilalang? Ituloh,tempat biasa kita main dulu"
"Aku ingat. Tapi,tempatnya jauh kah?"
"Nggak. Kan waktu itu jauh karena kita berangkat dari rumahku. Deket kok,kalo dari rumah ini. Ayuk kita kesana!" Fany bangun dan langsung menarik Reina.
Setelah beberapa menit berlari dari rumah Fany,akhirnya mereka sampai di padang ilalang itu. Kenangan-kenangan indah terlintas kembali di hadapan mereka.
"Yeah! Padang ilalang!" Fany langsung berlarian di tempat itu.
"Sudah lama ya,sejak kita terakhir kesini,hehe. Alhamdulillah ya,janji kita terpenuhi" kata Reina sambil mengingat kembali kenangan mereka. "Fan, inget nggak dulu orangtua kita sempat kebingungan mencari kita. Ternyata kita ketiduran diantara ilalang-ilalang ini,hahaha"
"Iya! Inget banget,pas pulang udah kemalaman deh,hahaha" tawa Fany.
Mereka terus tertawa sambil bernostalgia kenangan-kenangan mereka saat kecil sampai mereka kelelahan,bertiduran diantara ilalang.
"Fany. Kamu kalau punya rahasia atau masalah,berbagi ya sama sama aku. Aku siap ngedengerin kok. Ini,mahkota bunga buat kamu, sebagai ganti mahkota bungamu yang dulu" ujar Reina sambil memberikan mahkota bunga buatannya kepada Fany.
Fany memakai mahkota bunganya, "Pasti. Tapi kamu juga ya,cerita kalau ada masalah. Cerita tentang cowok taksiranmu juga gak apa-apa,haha"
"Tentunya,hehe" Reina tersenyum kecil, karena teringat rencana kepindahannya.
'Maaf ya Reina,tapi ada satu rahasia yang belum bisa aku beritau' Fany berbalik,lalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.
~~~
Reina berjalan sambil memikirkan cara terbaik untuk memberitahu rencana pindah sekolahnya kepada Fany, ketika dia melihat sesuatu yang tidak disangkanya.
'Itu.. Bukankah itu Fany dan Raka? Apa yang mereka lakukan? Fany bilang kan dia tidak jadi pergi karena sakit..' Reina kaget saat melihat mereka di cafè yang biasa Fany dan ia datangi.
Fany dan Raka terlihat sangat akrab. Di wajah Raka terlihat semburat malu-malu sementara Fany tertawa-tawa. Reina kecewa melihatnya. Pikirannya menjadi kacau.
Tiba-tiba muncul anggota-anggota klub kendo perempuan disamping Reina, "Ternyata ada yang tidak update informasi ya?"
"Iya. Padahal bilangnya SAHABAT,kok tidak tau Fany sudah jadian dengan Raka? Cih,apaan tuh?" Celetuk Naya memberi penekanan pada kata 'sahabat'.
'Bohong! Mereka telah jadian? Tapi Fany bilang, dia tidak menyukai Raka. Tidak mungkin mereka jadian tanpa memberitahuku!' Pikiran Reina semakin kacau. Ia berlari meninggalkan pelataran café tersebut sambil menahan tangis.
~~~
"Reina!". Ia tidak memedulikan panggilan tersebut.
"Reina!". Ia masih mengacuhkan pemanggilnya.
"REINA! Kamu kenapa sih? Aku udah manggil daritadi juga" Fany menatapnya dengan curiga.
"Nggak kenapa-kenapa. Ada apa? Bukankah harusnya kau latihan kendo?" Jawab Reina berusaha dengan wajah sedatar mungkin,menahan tangisnya.
"Ini,dibuka saat sampai dirumah ya. Isinya sangat rahasia loh,haha. Aku kembali dulu ya, daah" Fany menyerahkan sebuah surat lalu langsung berlalu pergi.
Reina melipat amplop itu lalu memasukkan ke sakunya,tidak berniat untuk membacanya sama sekali. Ia berniat melanjutkan perjalanan pulangnya.
Ckiiit,BRAAKK!
Reina berbalik, ia melihat sekumpulan orang sedang mengerumuni satu tempat yang berlumuran darah dimana-mana. "Ada remaja perempuan muda yang tertabrak!"
'Remaja perempuan?!'
Dunianya serasa diremukkan.
~~~
Seluruh murid sekolah Fany sedang mengalami duka yang dalam. Semua menangisi kepergian Fany.
"Seseorang yang selalu menjadi kebanggaan sekolah ini,kini telah tiada. Namun, namanya akan selalu terpatri didalam hati kita, para guru dan murid Indonesian Foreign High School. Selamat jalan, Tiffany Regina. Semoga diterima di sisi Tuhan, yang Maha Esa. Amin" Kepala sekolah mengakhiri pidato perpisahannya untuk Fany.
'Fany...' Reina masih tidak percaya, Fany telah meninggalkannya untuk selamanya. Tatapannya kosong.
"HEH! Reina!" Naya dan kawan-kawannya mendatangi Reina sambil membentaknya. "Gara-gara kamu, kita semua jadi harus kehilangan Fany!"
"Saat itu dia izin pergi sebentar saat waktu ekskul, untuk menemuimu! Seandainya dia tidak menemuimu,pasti dia masih hidup sampai sekarang!" Lanjut Naya sambil terus menjatuhkan airmatanya.
"Pembunuh! Lebih baik kau saja yang mati! Mati sana!" Bentak Riska,dengan airmata semakin deras.
"Ayo kawan-kawan,kita tinggalkan pembunuh ini. Dia tidak layak untuk melanjutkan hidup" Naya dan kawan-kawan meninggalkan Reina sendirian.
Reina merdengar banyak orang membisikkan bahwa dirinya seorang pembunuh. Batinnya terkoyak.
'Benarkah aku seorang pembunuh? Benarkah aku layak mati?' Bayangan Naya dan Riska yang membentaknya kembali terpikir. Ia tak bisa lagi berpikir dengan jernih.
~~~
Reina melihat lagi keadaan dibawah jembatan.
Sangat ramai. Itulah yang terlihat olehnya.
Ia mulai memanjat pagar jembatan tersebut, bersiap untuk melompat.
BRUUM! TIIN! TIIIN!
Ia tidak bisa. Reina tidak berani melompat dari pagar jembatan. Ia terduduk di samping pagar.
"Anak bodoh! Melompat dari jembatan saja tidak bisa! Fany mati karena kau!" Rutuk Reina pada dirinya sendiri yang sedang menangis,sambil memukuli kepalanya dengan keras. Tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan pukulannya.
"Lebih bodoh lagi kalau kau mau bunuh diri!" Raka menahan tangan Reina.
"Apa yang kau lakukan disini? Aku tidak ingin Fany-ku terluka di alam sana" Reina melepaskan tangannya dari pegangan Raka.
"Maksudmu?"
"Kau kan pacaran dengan Fany. Aku tidak mau terlalu dekat dengan orang yang dicintai Fany" jelas Reina. "Walaupun ia tidak bilang langsung padaku.." Tambahnya lirih.
"Hah? Kau mengira aku pacaran dengan Fany? Aku yakin kamu belum membaca surat darinya" ujar Raka,mengingatkan Reina pada surat di sakunya.
Reina mengeluarkan surat Fany, "Tapi karena surat ini, Fany harus meninggal! Lebih baik aku robek saja!"
Namun lagi-lagi usaha Reina ditahan Raka. "Jangan! Didalamnya ada rahasia yang perlu kamu ketahui! Sekarang,bacalah" suruhnya.
Mau tak mau Reina membaca juga surat dari Fany,karena dia juga penasaran.
-' Hai Reina! Maaf aku harus memberitaumu lewat surat ini,aku rasa lebih baik kau membacanya sendirian dibanding bersamaku,supaya lebih mendalami tentunya,hohoho. Apa yang ingin kusampaikan adalah.... RAKA MENYUKAIMU! Hohohoho. Dia menyukaimu karena kebaikanmu. Aku senang ada yang menyadari kebaikanmu. Ah iya! Maafkan aku juga selalu membatalkan janji kita untuk jalan-jalan. Sepertinya kau sangat marah padaku karenanya. Maaf ya,itu karena aku sedang berusaha mengintrogasi Raka berturut-turut,akhirnya dia mengaku juga. Kau harus tau betapa keras kepalanya dia. Tapi setidaknya dia menyukai dan menyayangimu dengan tulus. Jadi,kalau suatu hari dia menembakmu,harap diterima yaaa!
Aku harap kau tidak marah lagi padaku ya. Aku sangat kehilangan saat kau menjauh. Kan kita sudah berjanji, akan selalu menjadi sahabat selamanya '-.
"Hah? Bohong. Ini.." Belum selesai berbicara,Reina menangkap pesan tambahan di surat itu.
'P.s: Raka ada bersamaku dan memintaku menulis bagian "Jadi,kalau suatu hari dia menembakmu,harap diterima yaaa!
" loh,hoho.'
Reina menengok kearah Raka,meminta penjelasan. Raka terlihat malu,sama seperti yang dilihatnya saat di café saat bersama Fany.
"Fany.. Maafkan aku. Maafkan aku yang terlalu egois untuk mengacuhkanmu,hanya karena hal sepele" Reina kembali meneteskan airmatanya.
"Sekarang kau sudah tau kan? Tapi aku tidak memintamu untuk menerimaku kok. Dan,aku yakin, Fany sedang tersenyum di alam sana,senang karena kau sudah mengetahui kebenarannya. Sekarang,ayo pulang" Raka berjongkok disebelah Reina,mengulurkan tangannya.
Reina menyambut tangan Raka. Ia berdiri,lalu mengikuti langkah Raka dari belakang. Diam-diam ia tersenyum. Kini,hatinya telah sedikit lebih lega.
~~~
Reina berdiri, sambil tersenyum, disamping panggung bersama suaminya, Raka, memegang sebuah buku.
"Wah! Ada buku bestseller baru! Judulnya.. 'Thank You, My Bestfriend' oleh Reina Salsabila" seorang anak membaca buku,yang sama seperti yang sedang dipegang Reina.
"Ceritanya bagus.. Aku ingin punya persahabatan seperti ini deh" Timpal temannya. Reina tersenyum melihat kedua anak itu.
'Terimakasih Fany,atas suratmu itu. Saat ini,aku telah mencapai cita-citaku yang tak pernah kuungkapkan. Menjadi penulis, dan membanggakanmu. Tolong doakan aku dari alam sana ya' ujar Reina dalam hatinya,sesaat sebelum memulai acara konferensi pers nya.
~The End~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar