Cast: Hwang Raekyo, Kim Junsu, Lee Hoya, Yun Jiae, Melanie, Hwang (Lee) Byunghun, etc.
Genre: Romance, Comedy
[WARNING] Do not imagine me as Raekyo cause you will –surely- get sucks of it. Imagine her as someone you think fit to her personality. Enjoy this fanfic till the end no matter what you think of it hehe~ ^^
Hwang Raekyo membaringkan tubuhnya ke kasur setelah selesai mandi. Aroma buah tercium jelas dari tubuhnya. Namun, ia tak merasa begitu senang malam ini. Masa lalu yang ia coba lupakan teringat jelas kemba- li.
“Kamu… Suka dia?” Tanya Yun Jiae kepada sahabatnya Hwang Raekyo.
“Mungkin… Perasaan seperti itu.” Jawab Raekyo ragu.
“Apa kamu yakin…”
“Tentang perasaan ini? Ya. Tentang perasaannya? Tidak.” Raekyo me- motong pertanyaan Jiae sekaligus menjawabnya.
“Dengar… Aku hanya takut kamu jatuh. Jatuh dan terasa sakit. Aku nggak mau kamu kayak gitu.” Jelas Jiae.
“Memang kenapa? Kamu tahu sesuatu?”
“Kupu-kupu dan merpati gak bisa bersama-sama. Sebesar perasaan kupu-kupu pada merpati gak akan bisa ngerubah takdir kalau mereka emang gak bisa buat bersama.”
“Maksudmu?”
“Semut yang ada di padang rumput gak akan kelihatan sama rusa. Dan pada akhirnya rusa itu akan menginjak si semut walaupun si rusa gak bermaksud gitu.”
“Aku…”
“Hentikan perasaan itu, Raekyo ah. Itu yang terbaik.”
“Aku mencoba. Karena meski aku terus berharap, aku akan terus menjadi kupu-kupu dan semut di matanya.” Renung Raekyo. Masa lalu itu kembali teringat dengan jelas.
“Ini tolong sampaikan padanya.” Pinta cowok sipit itu pada Park Myungeun sambil memberikan amplop berwarna pastel padanya.
“N-n-ne.” Jawab Myungeun gugup. Ini pertama kali dalam hidupnya co- wok sekece itu meminta bantuan padanya.
“Gomawoyo. Aku gak tau cara ngebalasnya. Jeongmal gomawo.” Kata cowok itu lalu menghilang entah kemana.
BRUK!
Myungeun menabrak seseorang. Cukup keras hingga buku yang Ia bawa terjatuh.
“Aigoo… Mianhamnida…” Kata seorang cewek yang sepertinya tadi ia tabrak, lalu membantu Myungeun berdiri.
“Ah? Myungeunie? Park Myungeun?” Kata cewek itu.
“Eo. Raekyo ah.” Myungeun membereskan buku-bukunya yang berse- rakan tak karuan di lantai.
“Ah. Biar aku bantu.” Kata Raekyo lalu membantu temannya itu. Sam- pai matanya tertuju pada suatu benda dan mengambilnya. “Ige mwoya?”
“Aaaah. B-b-bukan. A-a-amugotdo.”
Raekyo membuka amplop yang dipegangnya. Dibaca isi secarik kertas di dalamnya.
“Ini buat siapa?”
“A-a… Mmm… J-j-ji-jiae…”
“Jiae?” Gumam Raekyo sambil membaca surat itu.
Dolphinator, batinnya. Matanya menyipit. Ia seperti mengenal nama
Itu.
“Ini…” Kata Raekyo gemetar,”ini… Dari… Kim… Junsu?”
“B-b-bukan! I-ini… D-dari…” Myungeun panik. Ia mencoba untuk me- nyangkal semuanya. Tapi sudah terlambat.
“Aku tau siapa ini! Aku tau! Kamu nggak usah bohong sama aku. Aku tau yang sebenarnya.” Seru Raekyo, “dan aku mengerti kenapa dia bi- lang itu.”
“Dia? Dia siapa? Bilang apa?” Tanya Myungeun penasaran sementara Raekyo berjalan keluar ruangan dan mencari orang yang dimaksud. O- rang yang ia percaya dan membuat hatinya hancur berkeping-keping kini.
***
“JADI KAMU TAHU SOAL INI?” Teriak Raekyo.
“Soal apa? Apa maksudmu?” Tanya Yun Jiae bingung.
“Kim Junsu….. Kamu bilang agar aku melupakannya karena kamu tahu kan…. Kamu tahu kalau dia suka kamu!” Kata Raekyo dengan suara tinggi.
“Hah? Apa? Kim Junsu… Aku? Apa maksudmu Hwang Raekyo?”
“Dia menyukaimu Yun Jiae. Selamat, sebentar lagi impianmu akan ter- wujud. Dan terima kasih atas perasaan ini yang belum pernah aku rasa- kan. Juga selamat karena telah memanah ke sasaran yang tepat. Te-rima kasih telah membuat sasaran itu terasa sakit dan terluka.” Kata Raekyo lalu berjalan keluar karena tidak sanggup membendung rasa sakit yang akan tumpah dari matanya.
***
Dan kini rasa sakit itu kembali terasa. Rasa sakit itu kembali akan tumpah, dan kali ini tidak bisa lagi ia bendung.
Alunan lagu yang terdengar dari iPodnya membuatnya kembali meng- ingat nama itu. Kim Junsu. Hari-hari yang ia penuhi untuk memikirkan nama itu dan hari-hari yang ia habiskan untuk mengharapkannya.
I live my life pretending nothing has happened
When I'm longing for love
with the hurt he has left behind
I start to cry without knowing
When I'm longing for love
with the hurt he has left behind
I start to cry without knowing
Dia bahkan gak tau namaku, dia bahkan gak tau aku ada, batinnya sambil mengusap wajahnya.
“Gue emang bodoh. Mengharapkan sesuatu yang gak bakal terjadi. Gue bodoh. Gue bodoh. Gue bodoh. Gue bodoh…”
***
Kim Junsu membaringkan tubuh di kasurnya. Melihat ke langit-langit kamar dengan bingung.
“Kenapa dia berubah? Apa gue udah bikin dia kesel? Atau apa?” Gu- mam Junsu bingung. “Aish… Harusnya dulu gue yang ngomong lang- sung. Bukan ngasih kepercayaan sama orang lain. Toloool.”
***
TOK! TOK! TOK!
Pintu kamar Raekyo diketuk. Ia yang setengah tertidur menggapai gagang pintu kamarnya lalu membuka pintu dengan malas.
“Wae?” Katanya setengah bergumam.
“Gue mau ngomong. Bentar.” Kata seseorang yang ternyata kakaknya.
“Mwoeyeo? Gue masih ngantuk ah ntar aja.” Raekyo baru mau men tup pintu kamarnya ketika Byunghun menahannya.
“Kalo gitu besok ke Haetbit Gongwon.” Kata Byunghun cepat.
“Hah? Taman? Ngapain?” Tanya Raekyo bingung.
“Just come and you’ll know.” Kata Byunghun mentuntaskan omongannya lalu menutup pintu kamar adiknya.
“Oppa! Jamkaman!” Seru Raekyo. Ia tidak mengerti.
Mungkin lebih baik menunggu besok saja.
***
절대로 쓰레기를 버리지 않는다!
Plang itu membuat Raekyo yang awalnya ingin membuang kaleng minu- man yang ia pegang ke rerumputan itu mengurungkan niatnya dan ber- jalan ke tempat sampah dengan malas. Berkali-kali ia melihat layar handphonenya, berharap ada seseorang yang memberi kabar tentang apa maksud kedatangannya kesini. Ia melihat jam tangan Fossil ber- warna coklat di tangannya. 10.15, batinnya. Sudah setengah jam ia me- nunggu dengan tak pasti di taman itu. Hanya duduk dan sesekali terse- nyum jika ada yang menatap ke arahnya.
Sialan nih kayaknya gue dikerjain sama Byunghun Oppa. Kampret. Ba- tinnya kesal. Satu jam lagi Variety Show kesukaannya akan mulai. Dan guestnya kali ini adalah pelawak favoritnya. Bagaimanapun ia harus pu- lang tepat waktu agar tak ketinggalan. Itulah mengapa ia memutuskan untuk datang 10 menit lebih awal agar urusannya cepat selesai.
“Angyeong Sonyeo.” Ujar seseorang. Meski Raekyo tak tahu siapa yang menyebut, ia tahu panggilan itu tertuju padanya. Gadis Kacamata. Panggilannya semasa SMP. Ia menoleh ke sumber suara itu. Mendapati seseorang yang ia kenal disana. Seseorang yang pertama kali membuat hatinya sakit sekaligus tersipu. Seseorang yang membuat masa lalunya terukir manis dan juga pahit. Seseorang yang kini ia anggap bagian menyebalkan dalam hidupnya, tapi bagian penting dalam masa lalunya. Kim Junsu.
“Lo…” Raekyo tersentak. Ia bangkit dari duduknya dan menatap wajah di hadapannya lekat-lekat.
“Maaf gue harus pake perantara. Karena gue tahu lo pasti gak bakal ba les SMS atau ngangkat telpon dari gue.” Jelas Junsu.
Gapapa. Yang penting aku bisa ketemu kamu.
“Ada apaan emang? Cepetan ngomong. Ada Running Man bentar lagi.” Balas Raekyo tak sabar. Junsu melemparkan sebuah amplop pada cewek di hadapannya itu. Membuat si cewek tertegun.
“Itu. Amplop itu belom sempat jatuh ke tangan lo.” Junsu mengisyaratkan agar Raekyo membuka amplop itu.
Amplop berwarna asli biru itu sudah memudar seiring berjalannya waktu. Raekyo teringat jelas akan amplop itu. Karena amplop itu pernah berada di tangannya. Meski bukan untuk tujuan yang sama.
***
하지만 이제는 고백할께…. 너를 사랑해
Perlahan tapi pasti jemari Raekyo meraih amplop itu untuk membuka- nya. Ia raih secarik kertas yang pernah ia baca sebelumnya. Walau be- gitu, ia tetap membaca kertas itu dengan sunyi.
it’s been a long time, from the time when my heart gradually started to change,
and the time i began to feel alone
From some point whenever I saw you,
I hated the guy who was making you cry
and the time i began to feel alone
From some point whenever I saw you,
I hated the guy who was making you cry
Sometimes I wonder if it’s better if instead I protect you,
From now on, rather then letting you go – i’m beginning to want to love you
From now on, rather then letting you go – i’m beginning to want to love you
Sometimes I wonder if it’s better if instead I protect you,
I keep hearing it but I kept ignoring it because I was scared that i might lose you
But,
Baby, come to me now
and be my lady, for much too long, i’ve stood silently,
and hid my heart’s feelings of sadness
For the reason, the reason that we had to stay as friends.
I wanted to tell you many times
but I held onto my confession
But now I’ll confess
I love you.
I keep hearing it but I kept ignoring it because I was scared that i might lose you
But,
Baby, come to me now
and be my lady, for much too long, i’ve stood silently,
and hid my heart’s feelings of sadness
For the reason, the reason that we had to stay as friends.
I wanted to tell you many times
but I held onto my confession
But now I’ll confess
I love you.
Raekyo melipat kembali kertas itu dan memasukkan ke amplop biru yang ia pegang. Ia menatap Junsu dengan mata lembap. Menggigit bi- bir bawahnya, mencoba menahan apa yang ingin ia keluarkan.
“Itu semua bukan salah Myungeun. Itu semua salah gue, karena gue terlalu takut buat ngasih itu langsung ke lo. Itu semua salah paham. Yang gue maksud itu bukan Jiae.” Junsu melangkah maju perlahan. Menatap Raekyo yang menunduk. “Tapi… Lo.”
Mata Raekyo membesar. Ia memastikan topi fedora yang ia kenakan masi berada di atas kepalanya. Rambut sebahunya yang bergelombang berkibar seraya angin berhembus. Seakan-akan angin itu membawa kembali memori yang sempat terlupakan dan jatuh ke kepala Raekyo.
Semuanya berlalu terlalu cepat.
Tobecontinue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar