Minggu, 04 Desember 2011

가을의 꽃 (Autumn’s Flower) pt 1

HEYYA Akhirnyeu ff gue dipost juga ya-_-V Ehyaaaaa tapi ini baru pt1 loh ya pt2 gatau kapan-_- This ff-just called it a present from me to u guys hehe :D Enjuoyyyyy!

Cast: Hwang Raekyo, Kim Junsu, Lee Hoya, Yun Jiae, Melanie, Lee Byunghun, etc.
Genre: Romance, Comedy
[WARNING] Do not imagine me as Raekyo cause you will –surely- get sucks of it. Imagine her as someone you think fit to her personality. Enjoy this fanfic till the end no matter what you think of it hehe~ ^^
기억하니 처음 만났던? 어색하고 낯선 시간들~
Angin bertiup begitu kencangnya. Disambut hujan yang turun dengan derasnya. Di jalan, orang-orang menunggu dengan bosannya. Di sekolah, murid-murid melihat dengan kantuknya. Di bawah AC yang dingin di kelas 10-A Seoul High School, murid-murid berseragam putih hitam terdiam. Berharap bel segera berbunyi. Dengan mencoba untuk bertahan, Hwang Raekyo mengusap matanya.
“Diperoleh persamaan 3y= 5x : 6 + (-1) x 6%. Ada yang tidak mengerti sampai sini?” Ujar Kim Seonsaengnim (Guru) disambut gelengan para murid. Sumpah. Gue. Mau. Pulang. Batin Raekyo. Ia mencoba memper- hatikan gurunya itu dengan mata hampir tertutup.
“Sepertinya Hwang Raekyo ingin mencoba mengerjakan di depan, silahkan maju.” Kata Kim Seonsaengnim kemudian. Seluruh mata tertuju padanya. Mata Raekyo langsung melotot dengan sukses.
“E-eh? Ne?” Raekyo menegakkan posisi duduknya dengan gugup.
“Sepertinya kamu ingin mencoba mengerjakan, ayo maju.”
“Animnida Seonsaengnim… Lain kali saja.” Raekyo nyengir.
“Sudahlah, coba saja dulu.” Bantah Seonsaengnim.
Na. Jinjja. Jukyeotda. Batin Raekyo cemas. Ia berdiri dengan ragu. Kaki- nya ia langkahkan selambat mungkin, berharap di langkah berikutnya bel berbunyi.
KRIIIIIINGGG
Belum sempat menggapai spidol dari tangan Seonsaengnim, doanya
terkabul.
YEAH! Seru semua murid. Mata mereka yang setengah melek, muncul kembali.
“Sampai disini pelajaran kita. Selamat akhir pekan, Yedeul ah (anak-anak). Kamsahamnida.” Seonsaengnim meninggalkan kelas.
19.15. Raekyo melirik jam tangannya. Better than I thought, batinnya. Ya, bagi murid SMA di Korea, pulang jam segini adalah suatu keberun- tungan. Karena, ya, kadang mereka bisa saja pulang hingga larut ma- lam, bahkan sampai pukul 22.15 –itu rekor Raekyo-. Jadi, jangan heran kalau Raekyo senang.
“Raekyo-ah! Kamu langsung pulang?” Sapa Melanie, cewek blasteran Korea-Amerika berambut pendek sebahu.
“Molla. Neo?” Balas Raekyo singkat.
“Geurae… Temenin aku yuk! Kamu naik kereta ke Hongdae kan? Nanti kita berhenti di Apgujong sebentar ya.” Pinta Melanie.
“Eodisseo? Leegayo’s pasti. Keutchi?”
“Ehehe.” Melanie nyengir.
“Kalo gitu gue males ah. Malam ini ada High Kick 3. Guest starnya kata- nya Junhyung-nim. Gue mau langsung pulang aja deh.” Kata Raekyo sambil merangkul tas sekolahnya.
“Raekyo ah!” Panggil seseorang.
“Eo, Jiae ah. Wasseo?” Balas Raekyo. Gadis bernama Jiae itu berjalan ke arahnya.
“Mel aaaah!” Ia menyapa Melanie dan merangkulnya.
“Jiaeeee. Kelasmu gimana?”
“Ancur. Tidur semua. Kelasmu?”
“Tambah parah. Kim Seonsaengnim bener-bener ngedongengin sekelas tadi.”
“Hahahahaaha. Eo. Jinjja chuweo. Yah! Hwang Raekyo, lo mau kema- na? Pulang?” Tanya Jiae.
“Geurom. Kemana lagi.” Jawab Raekyo.
“Hhh… Shh… Gak mau ke Leegayo’s? Katanya ada CD baru loh.” Kata Jiae.
“Gak tertarik. Senin aja deh.”
“Ah! Sial. Eonnie dirumah. Pasti ntar dia ngadu macem-macem sama eomma kalo gue pulang telat.”
“Eonnie? Aeyeonie eonnie? Jinjja?” Melanie teperanjat,
“Eo. Kenapa kaget banget sih. Biasa aja kali.”
“Aeyeon eonnie kan biasanya di Jepang. Tumben aja dia ada di rumah.” Kata Melanie.
“Aaah. Udah ya. Gue pulang dulu. Eomma udah SMS tadi. Everybody annyeeeeoong!” Raekyo melambaikan tangannya di depan wajah ke- dua temannya itu. Dan meninggalkan mereka dengan tatapan tertegun.
                                                ***
“5…5…4!” Raekyo menekan tombol pada mesin soft drink dan meng- ambil sekaleng soft drink dari lubang bawah mesin itu. Ia meneruskan berjalan ke arah tangga, lalu menuruni tangga itu. Kartu bertuliskan Korail ia pegang erat-erat. Kedua tangannya ia masukkan ke kantung jaket hitamnya yang tebal. Menunggu kereta selanjutnya.
5 menit lagi. Ia melihat papan bertuliskan waktu sisa kereta selanjut-nya akan sampai.
BRUK!
Tiba-tiba seseorang menyenggolnya.
“Aish….” Raekyo memegangi pundaknya. Ia yakin bahwa yang me- nyenggolnya tadi laki-laki. Sekuat itu, tidak mungkin perempuan. Baru ia mau menoleh dan memarahinya.
“Choisonghamnida. Aku benar-benar tak sengaja. Jeongmal choisong- hamnida.” Dihadapan Raekyo berdiri seorang laki-laki dengan postur tubuh sempurna, berambut pendek, dan memakai seragam putih biru dengan jaket baseball. Ia membungkuk dan mengulurkan tangannya pa- da Raekyo, bermaksud membantunya berdiri. Raekyo menyambut ulu- ran tangannya dan berdiri.
“Jeongmal choisonghamnida. Aku buru-buru tadi.” Kata laki-laki itu pe- nuh rasa bersalah.
“A…Anieyeo. Gwenchanhayo.”
Kereta selanjutnya sudah sampai. Semua orang yang menunggu sedari tadi bergegas masuk.
“Kamu masuk duluan saja.” Kata laki-laki itu mempersilahkan Raekyo.
“Ah? N-ne. Kamsahamnida.” Raekyo memasuki kereta itu dengan gu- gup. Ia melihat sekeliling.
Sial. Penuh!, batin Raekyo. Ia terpaksa berdiri sepanjang perjalanan. Padahal masih 4 stasiun lagi. Terpaksa ia meratapi nasibnya. Seseorang berdiri di sampingnya. Raekyo seperti melihat tubuh yang ia kenal. Ah! Laki-laki itu!
“Hfff. Eh, kamu lagi.” Kata laki-laki itu. Raekyo hanya nyengir. Disambut cekikikan laki-laki itu.
“Kamu mau kemana?” Tanya laki-laki itu.
“Pulang. Ke Hongdae, kamu?”
“Oooh… Aku ke Apgujong. Ngomong-ngomong, kamu SMA?”
“Aku? Iya… Kelas 10, kamu?”
“Oh? Kau hoobae ku berarti! Aku kelas 12.”
“Oh? Jinjja? Sunbae, annyeonghaeseumnikka. Kekeke.” Canda Raekyo.
“Hahahaha, tak perlu seperti itu juga. Mmm… Namamu siapa?”
“Aku… Hwang Raekyo. Sekolah di Seoul High School, sunbae?”
“Aku Lee Howon. Panggil aku Hoya saja tapi. Aku di sekolah Namwon.”
“Oooh… Hoya sunbae….”
“Eh, ngomong-ngomong, kau tahu Leegayo’s?” Tanya Hoya.
“Ah? Itu… Tentu. Kenapa memang?”
“Oh…. Itu milik kakakku. Kalau kau mau kesana dan beli sesuatu, bilang saja. Aku akan memberi diskon kalau bisa.”
“Hah? Sunbae… serius?” Raekyo terbelalak.
“Ahahaha, kyeo. Geureomyeo… Serius.”
“Jinjja? Ah… Geurae. Mungkin lain kali aku akan datang, tapi bener ya sunbae.”
“Ne.”
The train has arrived at Apgujong Station.
“Ah, aku harus pergi. Sampai ketemu lain kali, Raekyo-ssi. Heuheuheu.” Hoya keluar dari kereta dan menunggu hingga pintu kereta tertutup, lalu melambaikann tangan pada Raekyo. Raekyo membalasnya dengan gugup.
                                                          ***
Raekyo menyusuri jalan menuju rumahnya. Senyum masih menghiasi wajahnya karena pertemuan dengan seorang laki-laki bernama Lee Hoya. Nama itu  terus menghiasi pikirannya, begitu juga wajahnya.
“BAM!”
“AAAAA!”
“Eu kyang kyang kyang eu kyang kyang.” Suara tawa yang tampak fa- miliar membuat Raekyo menoleh ke arah makhluk yang membuatnya terperanjat itu.
“Bacot lu eu kyang kya eu kyang kya. Gue jadiin lo eyang eyang juga ye elah.” Raekyo menjitak kepala Kim Junsu, laki-laki yang berusia 18 ta- hun yang mengusik hidupnya akhir-akhir ini sejak 3 tahun lalu.
“Yeuh, santai sih. Eh, baru pulang lo? Tumben.”
“Nape? Gak suka?”
“Enggak sih.”
“Kangen?”
“Dih apaan. Ngapain kangen? Penting?”
“Pentinglah.”
“Penting tuh yang buat motong kertas.”
“Itu gunting, pinter.”
Raekyo segera berjalan cepat, meninggalkan Junsu yang sedang berpi- kir. Mungkin antara bedanya Penting dan Gunting. Atau berpikir kenapa Raekyo bisa mengerti jayusannya.
“Ya! Jamkaman!” Junsu berlari menyusul Raekyo
“Ah, wae?” Raekyo merengut.
“Lo akhir- akhir ini sibuk ya?” Tanya Junsu sambil mengikuti Raekyo yang terus berjalan.
“Hmm.”
“Sekolah?”
“Hmm.”
“PDKT?”
“Eung?” Raekyo menatap Junsu aneh. Junsu mengangkat kedua tangan- nya.
“Just prediction.”
“Peduli apa lo?”
“Semua.”
“Kok bisa?” Raekyo berjalan lagi.
“Geunyang….” Jawab Junsu bingung.
Sesaat hening.
“Eh! Lo besok mau ke Leegayo’s gak?” Ajak Junsu membuyarkan suasana.
“Besok? Ngapain?”
“Ngapain kek. Gue denger Urban Zakapa ada album baru.”
“Mmmm… Gimana yaaaa.”
“Ayolaaaah.”
Tiba-tiba ia terbayang kata-kata Hoya tadi. “Kalau kau mau kesana dan beli sesuatu, bilang saja. Aku akan memberi diskon kalau bisa.”
“Boleh deh, jam berapa?” Jawaban Raekyo membuat Junsu terkejut.
“Jin……jjaro?” Pekikan Junsu dibalas anggukan Raekyo.
Lumayan, tadi belom sempet minta kontak. Siapa tau besok ada~ Batin Raekyo. Ia terkikik senang.
“Heh? Ngape lu?”
“Apasih, gak suka aja. Mau ditemenin kagak?”
“Eeeeh iye iye. Jam 10 ketemu di stasiun yak.”
“Iye. Gue balik  dulu ye. Jangan molor lu besok! Kapok gue, lo janji jam 9 eh baru dateng jam 3 gara-gara main game. Bulukan tau gak. Jam setengah 11 belom dateng lo gue tinggal.”Omel Raekyo.
“Heheeee iya iya kali ini kagak deeeh.” Junsu cengengesan. Setelah itu, Raekyo meninggalkannya dan masuk ke dalam rumah. Membuat Junsu berpikir, Cuma gue yang ngerasa, atau dia berubah?
                                                          ***
 속일수 없이 커진 맘이나를 미치게 해~
 “HWANG RAEKYO! IREONA!!!!” Nyonya Hwang menggedor pintu kamar anaknya itu dengan tak sabar.
“Ah… Mwoya….” Gumam Raekyo yang masih ¾ tidur itu.
“HWANG RAEKYO! BANGUN ATAU EOMMA MASUK SEKARANG!”
“Aaah… Arasseo, arasseo!” Raekyo menggapai gagang pintu kamarnya dengan sukses. Lalu membukanya.
“Wae?” Raekyo bertanya dengan malas.
“Katanya kamu mau pergi kan? Mandi sana, terus sarapan. Nanti kalau Junsu datang, malu kamu masih teler begitu. Ntar Junsu gak naksir lagi sama kamu.”
“Mwoya…. Junsu kan gak naksir aku. Lagipula kita janjian jam 10… Se- karang itu masih jam 7! Sejam lagi aja deh eomma…. Ya….. Jebal…”Rengek Raekyo.
“Halah. Kamu sejam sejam ujungnya 5 jam juga. Mandi sana. Eomma masak Kimbap Kimchi tuh, nanti kakakmu keburu ngabisin.”
“Ah…. Arasseoyeo….” Dengan terpaksa Raekyo berjalan ke kamar mandi.
                                                          ***
“ANDWAEEEEE!” Seru Raekyo kepada Oppanya yang baru saja akan
mengambil kimbap.
“Mwo? Anak ini pelit sekali, kalo pelit kuburan sempit.”
“Gue kalo mati maunya dikremasi sih.”
“Hish.”
“Byunghun aaah. Bantu eomma di dapur dong.”
“Eommaaaaa… Panggil aku Ljoe! Biar keren.” Rengek Byunghun.
“Keran keren keran keren. Sok lu. Jono aja belagu.” Ledek Raekyo.
“Dampret lu.” Byunghun segera ke dapur.
“HWANG RAEKYOOOO!” Teriak seseorang dari luar. Raekyo yang se- dang menikmati kimbapnya itu terperanjat.
“MWO? NUGUYA?” Balas Raekyo.
“NA YAAA!”
“Eo apakah itu Kim Junsu?” Gumam Raekyo. Lalu segera bangkit dari duduknya. “NEEEE JAMSHIMANYEO!”
“Mwo? Ini kan baru jam 8, lu udah dateng?” Tanya Raekyo pada Junsu, yang sudah berdiri di depan rumahnya.
“Ah elu.. Hhh… Nawarin masuk kek, nanyain kabar kek, eh ini malah kayak ngusir gitu.” Jawab Junsu dengan napas terengah.
“Eung…”
“Raekyo ah… Kenapa kamu keluar? Oh? Junsu sudah datang rupanya. Aigoo… Kelihatannya kamu lelah sekali, silahkan masuk!” Tiba-tiba Nyonya Hwang datang dari dalam.
“Ah….Ne, Nyonya Hwang. Gomapseumnida.” Balas Junsu ramah.
“Apa kata eomma, Junsu pasti datang lebih pagi, kan? Untung eomma
Bangunin kamu tadi.” Omel Ny. Hwang pada anaknya.
“Aniya! Dia bilang jam 10 kemarin!” Seru  Raekyo, tak mau dimarahi.
“Ah… Sudah, sudah. Ngomong-ngomong, kalian mau langsung pergi? Eh, Junsu-ya, kamu sudah sarapan belum?” Tanya Ny. Hwang.
“Chaegayeo? Ne… Sudah tadi, Nyonya Hwang. Kamsahamnida.” Jawab Junsu.
“Yah? Uri kayeo? Jigeum?” Tanya Raekyo.
“Ne. Sebaiknya…” Jawab Junsu.
“Arasseo. Aku ambil tas dulu. Jamkamanyeo.” Raekyo masuk ke dalam, dan kembali muncul di hadapan Junsu secepat kilat.
“Eomma. Na kalkeyeo. Annyeonghaseyo, eomma.” Pamit Raekyo pada ibunya.
“Nado kalkeyeo, Nyonya Hwang. Annyeonghaeseumnikka.” Pamit Junsu pada Ny. Hwang.
“Arasseo. Hati-hati kalian berdua.” Kata Ny. Hwang sambil melihat mereka berdua berjalan, hingga ke titik dimana ia tak bisa melihat keduanyalagi.
                                                            ***
“Nih. Kartunya. Jangan ilang sampai kita di Apgujong.” Raekyo menyerahkan kartu untuk menaiki Korail kepada Junsu.
“Gomawo. Lo gak beli? Lo udah punya?” Tanya Junsu.
“Isseoyeo. Gue punya kartu khusus sendiri.” Balas Raekyo. Lalu keduanya menuruni tangga untuk menuju ke pintu kereta api.
“Rame banget.” Gumam Junsu sambil memperhatikan orang-orang yang menunggu kereta dengan berbagai cara, ada yang mendengarkan lagu, membaca buku, atau sekedar melamun.
“Weekend. Pasti rame.” Kata Raekyo.
“Rata-rata mereka kemana, emang?”
“Incheon, mungkin? Atau Apgujong.”
“INCHEON? Michyeosseo? Itu kan 2 jam dari sini.”
“Anything’s possible right now. Eh, keretanya dateng!”
Mereka segera menaiki kereta itu. Untungnya, beberapa kursi kosong. Jadi, mereka bisa menikmati perjalanan dengan nyaman.
                                                     ***
The train has arrived at Apgujong
Raekyo dan Junsu segera turun dari kereta itu.
“Ya! Lo tau kita harus kemana abis ini?” Tanya Junsu.
“Tenang. Gue udah hafal seluk beluk disini. “
Raekyo terus berjalan tanpa memperdulikan Junsu dibelakang. Semen- tara Junsu terus mengikutinya dengan khawatir. Raekyo menaiki tangga, untuk keluar dari stasiun. Lalu ia belok kanan dan menemukan gang sempit, ia menyusurinya. Setelah menemukan ujungnya, ia menyebrang dan berdiri di depan sebuah bangunan modern. Ia tersenyum puas. Here it is!, batinnya.
“Yah! Kim Junsu! Kita sampai.” Ia menoleh ke belakang. Shit! Where’s that fckin grilled duck gone?, ia tak dapat melihat cowok itu di bela- kangnya. Terpaksa, ia menyusuri jalan yang telah ia lewati. Akhirnya ia menemui Junsu tengah membeli minuman di sebuah mini market. Ia menghampirinya dengan tak sabar.
“Hey! Lo kemana aja woy? Gue udah nyampe tadi, eh lu ngilang.” Omel Raekyo kesal.
“Mian. Gue haus parah men. Elu lagian jalan udah kayak dikejar setan aja. Paling tokonya juga baru buka.” Junsu meneguk Soda-nya.
“Setannya elu. Udaaaaah cepetan ayoooo.” Raekyo menarik tangan Junsu dengan tak sabar hingga ia hampir tersedak.
“Iye iye.” Junsu mendengus kesal.
                                                          ***
Leegayo’s Music Store adalah sebuah toko musik yang berada di kawa- san Apgujong, Seoul. Toko tersebut cukup terkenal karena keprofesio- nalitas para pegawainya, lengkapnya koleksi CD, DVD serta VCD, dan juga tempatnya yang nyaman dan asik. Kebanyakan dari pengunjung toko ini adalah remaja, karena kebanyakan disini menjual CD, VCD dan DVD untuk remaja seperti CD K-pop, DVD Konser ataupun VCD Film remaja. Pemilik toko ini bukan lain adalah Lee Hodae, remaja berusia 22 tahun yang awalnya hanya membuat rental VCD kecil-kecilan kini me-rambah menjadi Music Store yang super lengkap. Leegayo’s pun sampai terkenal keluar Seoul, karena kabarnya para selebriti Korea sering me- nyempatkan diri untuk datang ke toko tersebut. Hingga Leegayo’s men- jadi Music Store favorit di kalangan masyarakat.
KREK!
Hwang Raekyo membuka pintu toko itu dan berjalan masuk, diikuti Kim Junsu dibelakangnya yang langsung clingak-clinguk dan berjalan ke ba- gian Korean Jazz. Sementara, Raekyo berjalan ke meja kasir.
“Annyeonghaseyo, agasshi. Ada yang bisa kami bantu?” Sapa salah satu pegawai dengan ramah. Raekyo melirik name tag di saku kanan baju- nya. Shin Wanhee.
“Wanhee sshi, apa baiknya saya memanggil anda begitu? Apa disini ada Lee Hoya?” Tanya Raekyo ramah.
“Aaah. Lee Howon-nim.” Koreksi Shin Wanhee. “Akan saya panggil.
Tunggu sebentar.”
Sementara Shin Wanhee memanggil atasannya itu, Raekyo mengambil sebuah tempat CD yang terletak di counter kasir.
The Sunlight, bacanya. Ia membolak-balikan tempat CD itu dan terpaku pada sepatah kata yang tertuliskan di bagian bawah tempat itu.
Love is not finding you. You are the one that must find love.
Interesting.” Gumamnya.
“Maaf, anda mencari saya?” Raekyo mengangkat kepalanya ketika mendengar suara ngebass yang familiar itu.
“Ah… Ye…” Jawab Raekyo gugup. Ia meletakkan tempat CD yang dipe- gangnya perlahan di tempatnya semula.
“Oh?! Hwang Raekyo ssi?” Cowok itu kaget. Raekyo hanya membalas- nya dengan cengiran.
“Annyeonghaseyo, sunbaenim.” Sapa Raekyo ramah.
“O-oh… Kau benar-benar datang ternyata.”
“Aku bukan orang yang berkata di mulut saja.”
Well, baguslah kalau begitu. Kamu ingin mencari apa?” Tanya Hoya ra- mah. Ia keluar dari meja kasir dan mempersilahkan Raekyo untuk me- lihat-lihat toko itu.
Something that abstract but also have deep meanings.
“Hahahaha… Emang ada hal macam itu? Other else?”
“Okay… How boutSomething that fits about autumn?”
“Musim gugur?” Raut wajah Hoya berubah. Seperti mempunyai masa lalu tentang musim gugur yang sangat pahit. Ia termenung sejenak. Raekyo bisa melihat raut wajahnya dengan jelas. Ia merasa tak enak
dan segera mengalihkan topik.
“Ah… Sepertinya tidak ada ya? Hahaha aku emang rada ngaco nih he- he.” Canda Raekyo. “ Kalau Ballad gitu, yang bagus apa ya?”
“Aaah… Ballad? Ada kompilasinya tuh. Lagunya enak-enak kok.”
“Kompilasi ballad? Wah! Korean or American?”
Both.” Jawab Hoya singkat, ia mencari-cari CD itu di rak yang berada di depannya. “Bentar ya, aku cari bentar. Kamu kalo mau liat-liat, gapapa kok.”
“Arasseo.” Raekyo lalu berjalan ke bagian Korean Pop. Ia menggapai se- buah album berwarna merah muda dengan gambar cewek-cewek de- ngan dandanan retro. Jujur, ia dulu sangat tergila-gila dengan Kpop, tapi, entah kenapa, ia merasa bosan. Ia mulai tertarik pada band under- ground, vocal group, Korean jazz dan bahkan musik pop Amerika. Jadi, ia sudah agak samar tentang boyband atau girlband baru di negerinya itu.
“Ya!” Panggil seseorang pelan. Junsu.
“Mwo?”
“Siapa cowok itu? Lo kenal?” Junsu menghampiri Raekyo. “Ia tak mungkin pegawai, dia nggak  pake seragam.”
“Dia orang baik.” Jawab Raekyo asal.
“Yah… Jinjja… Geu namjaga… Neo ara? Lo jangan bikin gue bingung dong, Rae.” Rewel Junsu.
“Ah… Mwo… Bersikap baik saja, karena kalau tidak, ia akan menarik diskonnya dari kita.” Raekyo balik  badan. Tak tahan dengan rengekan Junsu yang sangat mengganggunya.
“Diskon? Geu namjaga? Dia…. Ngasih kita diskon? Geu namja nuga?” Seru Junsu tak sabar hingga membuat Raekyo membekap mulutnya.
“Ishh… Anak ini. Shikkeuro. Ini tempat umum. Gue gak mau malu gara- gara lu bawel. Diem ah.” Omel Raekyo dengan tangannya yang masih membekap Junsu. Andai aku bawa sapu tangan atau masker ya Tuhan…., batinnya.
“Hoobaenim. Aku sudah menemukannya.” Hoya berjalan ke arah Raekyo sambil memegang sebuah kotak. Raekyo melepaskan bekapannya pada Junsu dan memperbaiki poninya.
“Ah… Geurae? Boleh aku melihatnya?” Hoya menyerahkan tempat CD itu pada Raekyo, lalu memandang Junsu. Junsu membalasnya dengan tatapan sinis.
“Orang ini… Temanmu?” Tanya Hoya, bermaksud bertanya tentang Junsu.
“Anieyeo. Dia hanya orang tersesat yang mengikutiku karena tak tahu mau kemana.” Jawab Raekyo cuek. Hoya hanya menganggukan kepala sambil menahan ketawa. Junsu mendesah kesal.
“Eh? Ada 2AM dan 4MEN juga?” Tanya Raekyo terkejut.
“Ne… Mereka kan salah satu penyanyi Ballad terbaik di Korea.”
“The Script, Taylor Swift, Kelly, Miley… Kinda interesting.” Gumam Rae- kyo. “Aku beli ini, deh.”
“Ah… Jinjja?” Hoya menghela napas senang. “Aku senang kamu memilih apa yang aku sarankan.”
“Aku percaya sama kamu, Sunbaenim.”Raekyo tersenyum penuh arti. Junsu hampir muntah mendengarnya.
“Hey, aku beli ini ya. Bayarnya tolong disatukan.” Junsu memberikan sebuah CD pada Hoya.
“Ah… Ne…” Hoya hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu ia berjalan di meja kasir diikuti Raekyo dan Junsu.
“Semuanya jadi 15000 won.” Ujar Hoya.
“Ne? 15000 won? Kok….” Raekyo dan Junsu terbelalak.
“Sudahlah. Kamu lagi beruntung.” Hoya tersenyum pada Raekyo.
“Aaah…” Wajah Raekyo tersipu. Ia mendadak salah tingkah. Aaaah mannn what the hell is wrong with me?, batinnya bingung.
“Biar saya yang bayar.” Kata Junsu lalu mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya.
“Kim Junsu….” Raekyo tersentak.
“Gwenchanha. Ayo pulang.” Junsu mengambil barang yang mereka beli dan berjalan keluar dari toko. Meninggalkan Raekyo dan Hoya.
“Sunbaenim… Neomu neomu kamsahago… Aku gak tau gimana ngeba- lesnya. Jeongmal kamsahamnida.”
“Gak usah.” Jawab Hoya sambil terus tersenyum. “Aku boleh… tanya?”
“Ah, tentu. Tentang apa?”
“Laki-laki itu… Namjachingu mu?” Tanya Hoya canggung.
“A-A-Anieyeo! Dia hanya temanku, kok. Sebatas teman.”
“Oh…. Baguslah.” Gumam Hoya berusaha pelan. Tapi tampaknya ia ter- lalu lega hingga terdengar oleh Raekyo.
“N-Ne?” Raekyo terkejut akan apa yang terdengar olehnya.
“Anieyeo. Aku hanya lega kamu hanya berteman dengannya.”
“W-wae?”
“Geunyang….”
Lalu hening sejenak. Raekyo tak dapat mengontrol air mukanya yang terlihat memerah. Dan Hoya terus menghembuskan napas, tanda ia gu- gup.
“Ngomong-ngomong… Bisa aku minta nomor Sunbae?” Tanya Raekyo memecahkan keheningan.
“Aaah… Geureomyeo…” Raekyo memberikan Hpnya kepada Hoya, dan Hoya mengetik nomornya.
“YAH! Hwang Raekyo! Sudah mendung. Mau pulang jam berapa kau ini?” Seru Junsu tak sabar.
“Arasseo! Sebentar lagi…” Jawab Raekyo. “Aku…Sms nanti malam. Su- paya Sunbae bisa menyimpan nomorku.”
“Hmm. Aku tunggu.” Angguk Hoya.
“Geurom…” Raekyo melambaikan tangannya seraya keluar dari toko itu. Tapi, hari bahagianya harus terpotong karena ia masih harus ber- hadapan dengan makhluk menyebalkan dari langit ke tujuh. Kim Junsu.
                                                          ***
Raekyo gak abis pikir. Dia rasa Tuhan telah memberi hidayah kepada se-orang Kim Junsu yang biasanya koarkoerkwekwek pidato gak jelas jadi gak bersuara kayak koala gini. Dari pas keluar Leegayo’s sampai pas udah di stasiun Hongdae pun dia masih adem ayem. Raekyo bener- bener heran seheran-herannya heran.
“Junsu ah.”
“Hmm”
“Kita, ehm, aku sudah sampai.” Kata Raekyo ketika mereka sudah sam- pai di depan rumah Raekyo dan Junsu masih terus berjalan. Kalo dia mau ngeloyor pulang sih bagi Raekyo sebodo amat, tapi kan belanjaan Raekyo dibawa Junsu. Kalo kebablasan Rae juga yang rugi.
“Aaaah. Ne.” Junsu menghentikan langkahnya dan berjalan ke arah Raekyo. Ia menatap cewek yang 13 cm lebih pendek darinya itu lekat-
lekat. Raekyo menjulurkan tangannya.
“Punyaku.” Katanya singkat. Junsu terbangun dari lamunanya. Ia me- ngeluarkan CD milknya lalu memberikan kantong plastik itu kepada Raekyo.
“Geurom…” Raekyo melambaikan tangannya lalu membalikan badan.
“Apa…” Junsu menggenggam lengan Raekyo. Seperti memintanya un- tuk tinggal. Lalu, ia mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perta- nyaannya. “Kau menyukai laki-laki itu?”
Raekyo terpaku. Ia tak tahu apa yang harus dikatakan. Mengapa Junsu menanyakan semua ini? Apakah salah jika dia menyukai Lee Hoya? Atau Junsu tau suatu hal tentang cowok itu?
“Gue… Nggak tau.” Raekyo membalikkan badannya agar dapat me-natap Junsu. “Kenapa lo peduli?”
Junsu hanya membalas tatapan Raekyo dengan mulut yang membisu.  
                 
말해주지 못했던 말... 사랑~

“Kenapa lo peduli?” Tanya Raekyo sekali lagi. Dengan suara agak me-
ninggi.
“Anieyeo. Gue… Cuma nanya.” Junsu melepaskan genggamannya. Rae-kyo menatapnya heran.
“Lo masuk sana, udah malem. Gue… Pulang dulu ya.” Kata Junsu sebe- lum membalik badannya dan berjalan pulang. Raekyo yang heran hanya masuk ke rumahnya.
KREK!
“Raekyo? Kamu sudah pulang? Baru aja kita mau makan, kamu pasti la- par kan? Ayo makan dulu.” Appa melihat Raekyo yang baru masuk ke rumah.
“Animnida Appa, aku nanti saja. Mau mandi dulu.” Tolak Raekyo sopan lalu segera menaiki tangga.
“Raekyo sudah pulang?” Tanya Eomma sambil membawa sepanci sup yang baru selesai dimasaknya.
“Ye. Tapi dia menolak untuk makan dan langsung ke kamar. Ada apa ya?” Tanya Appa penasaran.
“Ah, mungkin dia sedang senang.” Tebak Eomma lalu segera berjalan ke meja makan dan meletakkan panci itu.
“Eh? Senang?” Appa mengikutinya. “Ada apa? Memang dia pergi de- ngan siapa tadi?”
“Kim Junsu.” Sambar Byunghun tiba-tiba.
“Ne?! Kim Junsu ga? Anak Kim Daehan itu?” Suara Appa agak meninggi.
“Ne, yeobo ya. Wae? Memangnya kenapa?” Tanya Eomma sambil me- letakkan mangkuk-mangkuk berisi nasi di meja.
“Anieyeo. Dia orang kaya kan? Hebat saja Raekyo bisa memilih teman secanggih itu.” Sangkal Appa lalu duduk.
“Aigoo… Mereka berteman bukan karena harta, tapi memang mereka cocok dengan satu sama lain, yeobo ya.” Ujar Eomma lalu duduk di se- belah Appa.
“Kecuali Junsu suka sama Raekyo.” Gumam Byunghun tiba-tiba.
“NE?!”

To be continue.....

Birthdaygurl XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar