Yeorobundeul~ Inilah chapter terakhir dari Autumn's Flower~ Kekekeke mian author ngibulin yeorobundeul eheheheh~ Tapi yang ini bener-bener official last chap dah ini suer hehe ^^V Yaudah deh ya enjoy the last part!
Cast: Hwang
Raekyo, Kim Junsu, Lee Hoya, Yun Jiae, Lee Byunghun, Jung Eunji, Melanie, etc.
Genre:
Romance, Angst
[WARNING] Do not imagine me as
Raekyo cause you will –surely- get sucks of it. Imagine her as someone you
think fit to her personality. Enjoy this fanfic till the end no matter what you
think of it hehe~ ^^
Pintu kamar Raekyo dibuka. Lalu, laki-laki itu
membuka tirai kamar Raekyo sehingga membuat gadis itu terpaksa membuka kedua
matanya.
“Aaah… Waeeee…. 5 menit lagi, 5 menit lagi.”
Raekyo menelungkupkan kepalanya ke dalam selimut dan mencoba untuk kembali tidur. Tapi tentu
laki-laki itu tidak akan membiarkan gadis malas itu molor lagi. Ia membuka
selimut itu dan menemukan sepasang mata gadis itu tertutup rapat.
“Hwang Raekyo… Sudah 2 tahun lebih aku
mengenalmu, tapi sifat
malasmu yang satu ini gak ada bedanya juga.
Ckckck…”
Mata Raekyo terbuka.
“Oppa……… Hehe bentar lagi deh ya hehe… Capek nih
aku kemaren pulang malem.”
“Heh, calon mahasiswa Seoul National University masa males-malesan gitu. Ntar kalo udah
disana keteteran loh…” Kata laki-laki itu.
“Tau deh, yang udah senior. Sunbaeku yang satu ini ya dasar…”
Raekyo bangkit lalu duduk di kasurnya, mencoba mengumpulkan nyawa-nyawa nya.
“Lee Howon-ssi, apa kau sudah sarapan?” Seru Nyonya Hwang, tak
berapa lama, beliau sudah berdiri di ambang pintu kamar Raekyo.
“Ne, ajumeoni. Nanti saja, sama Raekyo.” Jawab laki-laki yang
ternyata Hoya itu sopan.
“Oh ya, dia sudah bangun belum?” Nyonya Hwang mengalihkan
pandangannya ke kasur Raekyo. “Aigoo… Anak ini. Kau tahu kan hari ini hari
apa?”
“Eo? Hari ini? Hari ini….” Raekyo mengerutkan dahinya. Lalu
matanya terbuka lebar. “OHMYYY… HARI INI GRADUATIONKU YA? OMONA AKU LUPA
EOMMA….”
Raekyo loncat dari kasurnya panik lalu gasar-gusur sana-sini
untuk mengambil baju yang akan ia
kenakan.
“Aku mandi dulu, oppa, eomma!” Raekyo ngeloyor cepat ke kamar
mandi sementara dua orang yang menyaksikan sedari tadi hanya tertawa lepas.
***
Raekyo
duduk di kursi makannya. Ia hari ini tidak mengenakan seragam, hanya mengenakan
kaos berlengan pendek dan jumper selutut. Rambutnya yang biasanya menutupi
punggung, ia ikat rapi. Ia meletak- kan ransel kecilnya di kursi kosong di
sebelahnya lalu mengambil lauk yang tersedia di meja makan.
“Cie yang
udah mau lulus….” Goda Byunghun jahil. Yang digoda hanya tersenyum kecil sambil
mengambil telur dadar dari piring besar
di tengah meja.
“Enak
banget sih lo masuk Seoul National. Sirik gue.” Ujar Byunghun dengan nada iri.
“Ah gak
juga kali, Hanyang kan juga bagus.” Raekyo merendah lalu melahap sarapannya.
“Tapi lo
enak, satu universitas sama namjachingu lo. Bisa ngeceng tiap hari.” Balas
Byunghun asal. Yang disindir hampir tersedak, dua-duanya.
“Oppa, kan
kita udah bilang berkali-kali kalo kita tuh gak pacaran. Ih masih aja ngeyel.”
Ceplos Raekyo setelah meneguk air putih.
“Majayeo
Hyung-nim. Kita hanya teman, gak lebih.” Tambah Hoya.
“Ah tapi
kelihatannya gak gitu.” Kata Byunghun tetap pada pendirian nya.
“Jinjja.”
Raekyo tak menghiraukannya dan terus makan. Sementara Hoya hanya menggelengkan
kepalanya.
“Raekyo ah,
sudah jam setengah 7, nanti kamu terlambat.” Nyonya Hwang melihat jam di
dinding ruang makan.
“Aah… Ne
eomma.” Raekyo mempercepat makannya, begitu juga Hoya.
“Aku pamit
dulu eomma.” Ujar Raekyo setelah selesai merampungkan sarapannya, lalu ia
berdiri. Raekyo mengambil tasnya lalu memberi isyarat pada Hoya bahwa mereka
harus segera pergi.
“Saya juga,
Ajumeoni.” Hoya berdiri lalu merapikan bajunya.
“Ne,
hati-hati kalian berdua.” Ucap Nyonya Hwang.
“Arasseo
eomma. Sampai nanti. Dan jangan telat, Oppa!”
“Cih… Anak
ini. Arasseoyeo!” Cibir Byunghun dibalas desisan Raekyo.
“Kami pergi
dulu Ajumeoni, Byunghun Hyung. Annyeonghaeseumnikka semuanya.” Hoya menundukkan
badannya 90 derajat, diikuti Raekyo. Lalu mereka berjalan pergi.
***
“Kau sudah
siap untuk hari ini?” Tanya Hoya sambil menekan layar touch handphonenya.
“Hmm….”
Angguk Raekyo. “Lagipula aku hanya menerima ijazah dan mendengarkan sambutan
saja.
“Tapi tetap
saja, ada pengumuman nilai terbaik kan?”
“Kalau soal
itu… Aku yakin aku nggak bakal dapet. Paling Soo Daehan atau Hyu Taeyoung yang
juara olimpiade itu yang bakalan dapet.”
“Heh,
jangan pesimis gitu, kamu pasti ada peluanglah buat dapet.” Sangkal Hoya.
“Ya,
mungkin.” Gumam Raekyo, lalu mereka masuk ke kereta menuju Seoul High School.
***
“Kami
sangat bahagia dan bangga pernah belajar disini. Di sekolah unggulan dengan
guru-guru yang unggul pula. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada guru-guru yang telah mendidik kami selama 3 tahun
disini. Tanpa guru-guru, kami tidak akan bisa berdiri di sini seperti sekarang.
Juga terima kasih kepada teman-teman sekalian yang telah memberikan kenangan
terindah…” Choi Younggwang memberikan pidato sebagai perwakilan murid-murid
kelas senior di atas podium.
“Nggak
kerasa ya, sekarang kita udah lulus…” Melanie mengusap aimatanya yang
tak sanggup ia tahan.
“Iya,
rasanya cepat sekali.” Timpal Jiae.
“Kalian
janji ya, kita harus tetap sering kontak walaupun kita udah gak satu sekolah
lagi. Janji?” Tanya Melanie.
“Janji.”
Raekyo dan Jiae mengangguk pelan.
“Selanjutnya,
akan kami umumkan 3 nilai terbaik ujian kelulusan Seoul High School.” Kata
pembawa acara. “Juara ketiga, Hyu Taeyoung. Juara kedua, Yun Jiae.”
Keduanya,
Melanie dan Raekyo menatap si pemilik nama dengan mulut terbuka lebar. Si
pemilik namapun terpaku dengan matanya yang membesar.
“Juara
kedua, Yun Ji Ae.” Ulang pembawa acara.
“Ottokhanya?”
Tanya Jiae dengan suara bergetar.
“Lo harus
maju, babo-ya!” Raekyo mendorong tubuh Jiae pelan, lalu Jiae berlari ke atas
panggung dengan senyuman cerah.
“Dan juara pertama,
Soo Daehan. Masing-masing juara akan mendapat piala dan piagam dari Seoul High
School. Chukhahamnida!”
Terdengar
tepung tangan yang riuh. Raekyo membalikkan badannya, menatap gedung sekolah
yang telah menjadi sarana belajarnya selama 3 tahun. Di wajahnya terukir senyum
penuh arti.
***
“HANA… DUL…
SET!!!!!”
Topi-topi
wisuda para ‘mantan’ murid Seoul High School bertebaran di langit biru. Para
murid berpelukan satu sama lain, kadang ada yang membisikkan pesan kepada orang
yang dipeluk. Para orangtua dan kerabat yang menyaksikkan bertepuk tangan, ada pula
yang menangis.
Usai
memeluk Jiae dan Melanie, Raekyo beralih kepada Eomma, Appa,
serta Oppanya
yang telah menyaksikkan.
“Eomma….”
Raekyo memeluk Eommanya.
“Eomma
bangga sama kamu, Rae.” Nyonya Hwang memeluk anaknya hangat, dengan penuh rasa
keharuan. Lalu, Raekyo beralih kepada Tuan Hwang, sang Appa.
“Appa…”
Raekyo memeluk Tuan Hwang.
“Charanda,
uri Raekyo.” Tuan Hwang mengelus punggung Raekyo. Lalu, ia beralih pada
kakaknya.
“Oppa…”
Byunghun tersenyum kecil, lalu memeluk adiknya.
“Charanda,
Raekyo ah.” Bisiknya. “Sekarang, lihat ke sebelah kananmu.”
Raekyo
melepaskan pelukannya, lalu mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan. Matanya
berbinar. Seutas senyum terukir di wajahnya. Lalu, ia kembali menatap Byunghun.
Byunghun memberi isyarat agar adiknya menghampiri orang itu.
“Lakukan
apa yang harus kau lakukan, adikku.”
Tanpa
buang-buang waktu, Raekyo menghampiri laki-laki itu lalu memeluknya erat.
Laki-laki itu membalas pelukannya dengan lebih erat. Keduanya tersenyum, lalu
berjalan menyusuri halaman sekolah dengan bergandengan tangan, sambil terus
bercengkrama.
Byunghun
menatap pemandangan itu dengan tersenyum lega.
***
Sepasang
sepatu berjalan menyusuri dedaunan yang telah jatuh dari peranakannya.
Daun-daun tua itu berserakan dimana-mana. Sepasang sepatu itu tetap berjalan,
menyapu dedaunan itu dengan langkahnya. Langkah sepatunya dapat terdengar
karena suasana yang sepi. Setelah mencapai tujuannya, laki-laki itu bersimpuh.
Di depan sebuah batu nisan, ia meletakkan satu buket bunga besar. Ia mengusap lembut
batu nisan itu. Wajahnya tersenyum penuh arti.
“Seperti
janjiku Gommie ah, aku datang lagi.” Katanya sambil tetap mengusapnya pelan-pelan.
“Memberikan bunga musim gugur, bunga favoritmu, bukan?”
Ia merogoh
sakunya, dan mengeluarkan secarik kertas. Di kertas itu tertulis;
“When the
head forgets, the chest remember.”
“Geurae,
nan eonjena dangsineul gieok halkkeyo…” Ucap laki-laki itu, sambil tetap
bersimpuh dan tersenyum.
***
Raekyo’s
Diary
11th
of November
Aku, Junsu,
dan Hoya Oppa, bagaikan amplop dan perangko. Kami bertiga tidak bisa
dipisahkan. Ingat itu, TIDAK BISA dipisahkan. Canda, tawa, tangis, gurauan
mereka adalah makanan sehari-hariku. Aku tidak bisa hidup tanpa semua itu.
Sungguh,
aku mencoba untuk menghilangkan perasaan ini. Agar kedua orang yang aku sayangi
tidak terluka. Aku tahu ini konyol, tapi, ada hal yang lebih penting daripada
pacaran. Aku kira, Junsu dan Hoya Oppa adalah teman dan kakak yang baik bagiku.
Bukankah begitu? Jadi, apabila perasaan itu muncul kembali, 2 atau 3 tahun
lagi, kepada siapapun aku merasakannya, aku akan memperjuangkannya. Aku tak
akan melepaskannya. Aku akan menjaganya.
Tapi kini,
berteman saja cukup bukan? Memang kadang, perasaan itu sering muncul. Tapi, aku
akan mencoba mempertahankannya. Demi persahabatan kami bertiga.
Hahahahaha,
mungkin itu saja ceritaku hari ini. Udara hari ini sangat dingin, musim gugur
akan berakhir! >< Tapi, salju akan turun. Aku,
Hoya Oppa
dan Junsu akan melihat first now bersama minggu depan. Aaaah aku tidak bisa
menunggu lagi! ^^
Tapi, besok
aku ulangan kimia. Aaaah merusak suasana saja-_- Dosen- dosen sungguh baik,
memberikan hadiah sebelum liburan berbentuk ulangan. Karena lusa aku ada ulangan
fisika dan sejarah. Aigoo… Aku harus minum coklat panas untuk menambah energi
hahaha:9
Ah, siapa
itu? Ribut sekali di luar. Tunggu, apakah itu Hoya Oppa dan Junsu? Ada ap… OH
IYA! Hoya Oppa janji akan memberikan pelajaran tambahan Kimia dan Fisika. Sementara
Junsu mengajarkanku sejarah. Aihu… Menjadi mahasiswi tidak mudah rupanya -.-
Kalau
begitu, sudah dulu ya! Aku harus belajar tekun agar Eomma dan Appa memberikanku
laptop baru, hahahahaha.
PPYONG!,
Ram-kki^O^
*gabungan nama panggilan dari Hoya Oppa dan Junsu. Hoya Oppa memanggilku Tokki
(kelinci) dan Junsu memanggilku Daramjee (tupai). Kyeopta, keutchi? Keke^^
***
When I hear the sound of spring coming, I
walk on the path with the bloomed flowers
When the rainy summer comes, I walk as I see the rainbow
When autumn passes and winter comes, with the warmth from our hands
We walk together How great is your love…
When the rainy summer comes, I walk as I see the rainbow
When autumn passes and winter comes, with the warmth from our hands
We walk together How great is your love…
(How Great Is Your Love – 소녀시대)
~끝~ ;-)~
Dadah semua, sampai ketemu di ff lainnya ehehehe ^^ Tak tunggu lanjutan ff-ff kaliaaaan :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar