Selasa, 20 Desember 2011

가을의 꽃` (Autumn’s Flower) P6 - [END]

BBYONG!
Yeorobundeul~ Inilah chapter terakhir dari Autumn's Flower~ Kekekeke mian author ngibulin yeorobundeul eheheheh~ Tapi yang ini bener-bener official last chap dah ini suer hehe ^^V Yaudah deh ya enjoy the last part!


Cast: Hwang Raekyo, Kim Junsu, Lee Hoya, Yun Jiae, Lee Byunghun, Jung Eunji, Melanie, etc.
Genre: Romance, Angst
[WARNING] Do not imagine me as Raekyo cause you will –surely- get sucks of it. Imagine her as someone you think fit to her personality. Enjoy this fanfic till the end no matter what you think of it hehe~ ^^

Pintu kamar Raekyo dibuka. Lalu, laki-laki itu membuka tirai kamar Raekyo sehingga membuat gadis itu terpaksa membuka kedua matanya.
“Aaah… Waeeee…. 5 menit lagi, 5 menit lagi.” Raekyo menelungkupkan kepalanya ke dalam selimut  dan mencoba untuk kembali tidur. Tapi tentu laki-laki itu tidak akan membiarkan gadis malas itu molor lagi. Ia membuka selimut itu dan menemukan sepasang mata gadis itu tertutup rapat.
“Hwang Raekyo… Sudah 2 tahun lebih aku mengenalmu, tapi sifat
malasmu yang satu ini gak ada bedanya juga. Ckckck…”
Mata Raekyo terbuka.
“Oppa……… Hehe bentar lagi deh ya hehe… Capek nih aku kemaren pulang malem.”
“Heh, calon mahasiswa Seoul National University masa males-malesan gitu. Ntar kalo udah disana keteteran loh…” Kata laki-laki itu.
“Tau deh, yang udah senior. Sunbaeku yang satu ini ya dasar…” Raekyo bangkit lalu duduk di kasurnya, mencoba mengumpulkan nyawa-nyawa nya.
“Lee Howon-ssi, apa kau sudah sarapan?” Seru Nyonya Hwang, tak berapa lama, beliau sudah berdiri di ambang pintu kamar Raekyo.
“Ne, ajumeoni. Nanti saja, sama Raekyo.” Jawab laki-laki yang ternyata Hoya itu sopan.
“Oh ya, dia sudah bangun belum?” Nyonya Hwang mengalihkan pandangannya ke kasur Raekyo. “Aigoo… Anak ini. Kau tahu kan hari ini hari apa?”
“Eo? Hari ini? Hari ini….” Raekyo mengerutkan dahinya. Lalu matanya terbuka lebar. “OHMYYY… HARI INI GRADUATIONKU YA? OMONA AKU LUPA EOMMA….”
Raekyo loncat dari kasurnya panik lalu gasar-gusur sana-sini untuk  mengambil baju yang akan ia kenakan.
“Aku mandi dulu, oppa, eomma!” Raekyo ngeloyor cepat ke kamar mandi sementara dua orang yang menyaksikan sedari tadi hanya tertawa lepas.
                                                          ***
Raekyo duduk di kursi makannya. Ia hari ini tidak mengenakan seragam, hanya mengenakan kaos berlengan pendek dan jumper selutut. Rambutnya yang biasanya menutupi punggung, ia ikat rapi. Ia meletak- kan ransel kecilnya di kursi kosong di sebelahnya lalu mengambil lauk yang tersedia di meja makan.
“Cie yang udah mau lulus….” Goda Byunghun jahil. Yang digoda hanya tersenyum kecil sambil mengambil telur dadar dari  piring besar di tengah meja.
“Enak banget sih lo masuk Seoul National. Sirik gue.” Ujar Byunghun dengan nada iri.
“Ah gak juga kali, Hanyang kan juga bagus.” Raekyo merendah lalu melahap sarapannya.
“Tapi lo enak, satu universitas sama namjachingu lo. Bisa ngeceng tiap hari.” Balas Byunghun asal. Yang disindir hampir tersedak, dua-duanya.
“Oppa, kan kita udah bilang berkali-kali kalo kita tuh gak pacaran. Ih masih aja ngeyel.” Ceplos Raekyo setelah meneguk air putih.
“Majayeo Hyung-nim. Kita hanya teman, gak lebih.” Tambah Hoya.
“Ah tapi kelihatannya gak gitu.” Kata Byunghun tetap pada pendirian nya.
“Jinjja.” Raekyo tak menghiraukannya dan terus makan. Sementara Hoya hanya menggelengkan kepalanya.
“Raekyo ah, sudah jam setengah 7, nanti kamu terlambat.” Nyonya Hwang melihat jam di dinding ruang makan.
“Aah… Ne eomma.” Raekyo mempercepat makannya, begitu juga Hoya.
“Aku pamit dulu eomma.” Ujar Raekyo setelah selesai merampungkan sarapannya, lalu ia berdiri. Raekyo mengambil tasnya lalu memberi isyarat pada Hoya bahwa mereka harus segera pergi.
“Saya juga, Ajumeoni.” Hoya berdiri lalu merapikan bajunya.
“Ne, hati-hati kalian berdua.” Ucap Nyonya Hwang.
“Arasseo eomma. Sampai nanti. Dan jangan telat, Oppa!”
“Cih… Anak ini. Arasseoyeo!” Cibir Byunghun dibalas desisan Raekyo.
“Kami pergi dulu Ajumeoni, Byunghun Hyung. Annyeonghaeseumnikka semuanya.” Hoya menundukkan badannya 90 derajat, diikuti Raekyo. Lalu mereka berjalan pergi.
                                                          ***
“Kau sudah siap untuk hari ini?” Tanya Hoya sambil menekan layar touch handphonenya.
“Hmm….” Angguk Raekyo. “Lagipula aku hanya menerima ijazah dan mendengarkan sambutan saja.
“Tapi tetap saja, ada pengumuman nilai terbaik kan?”
“Kalau soal itu… Aku yakin aku nggak bakal dapet. Paling Soo Daehan atau Hyu Taeyoung yang juara olimpiade itu yang bakalan dapet.”
“Heh, jangan pesimis gitu, kamu pasti ada peluanglah buat dapet.” Sangkal Hoya.
“Ya, mungkin.” Gumam Raekyo, lalu mereka masuk ke kereta menuju Seoul High School.
                                                          ***
“Kami sangat bahagia dan bangga pernah belajar disini. Di sekolah unggulan dengan guru-guru yang unggul pula. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada guru-guru yang telah mendidik kami selama 3 tahun disini. Tanpa guru-guru, kami tidak akan bisa berdiri di sini seperti sekarang. Juga terima kasih kepada teman-teman sekalian yang telah memberikan kenangan terindah…” Choi Younggwang memberikan pidato sebagai perwakilan murid-murid kelas senior di atas podium.
“Nggak kerasa ya, sekarang kita udah lulus…” Melanie mengusap aimatanya yang tak sanggup ia tahan.
“Iya, rasanya cepat sekali.” Timpal Jiae.
“Kalian janji ya, kita harus tetap sering kontak walaupun kita udah gak satu sekolah lagi. Janji?” Tanya Melanie.
“Janji.” Raekyo dan Jiae mengangguk pelan.
“Selanjutnya, akan kami umumkan 3 nilai terbaik ujian kelulusan Seoul High School.” Kata pembawa acara. “Juara ketiga, Hyu Taeyoung. Juara kedua, Yun Jiae.”
Keduanya, Melanie dan Raekyo menatap si pemilik nama dengan mulut terbuka lebar. Si pemilik namapun terpaku dengan matanya yang membesar.
“Juara kedua, Yun Ji Ae.” Ulang pembawa acara.
“Ottokhanya?” Tanya Jiae dengan suara bergetar.
“Lo harus maju, babo-ya!” Raekyo mendorong tubuh Jiae pelan, lalu Jiae berlari ke atas panggung dengan senyuman cerah.
“Dan juara pertama, Soo Daehan. Masing-masing juara akan mendapat piala dan piagam dari Seoul High School. Chukhahamnida!”
Terdengar tepung tangan yang riuh. Raekyo membalikkan badannya, menatap gedung sekolah yang telah menjadi sarana belajarnya selama 3 tahun. Di wajahnya terukir senyum penuh arti.
                                                          ***
“HANA… DUL… SET!!!!!”
Topi-topi wisuda para ‘mantan’ murid Seoul High School bertebaran di langit biru. Para murid berpelukan satu sama lain, kadang ada yang membisikkan pesan kepada orang yang dipeluk. Para orangtua dan kerabat yang menyaksikkan bertepuk tangan, ada pula yang menangis.
Usai memeluk Jiae dan Melanie, Raekyo beralih kepada Eomma, Appa,
serta Oppanya yang telah menyaksikkan.
“Eomma….” Raekyo memeluk Eommanya.
“Eomma bangga sama kamu, Rae.” Nyonya Hwang memeluk anaknya hangat, dengan penuh rasa keharuan. Lalu, Raekyo beralih kepada Tuan Hwang, sang Appa.
“Appa…” Raekyo memeluk Tuan Hwang.
“Charanda, uri Raekyo.” Tuan Hwang mengelus punggung Raekyo. Lalu, ia beralih pada kakaknya.
“Oppa…” Byunghun tersenyum kecil, lalu memeluk adiknya.
“Charanda, Raekyo ah.” Bisiknya. “Sekarang, lihat ke sebelah kananmu.”
Raekyo melepaskan pelukannya, lalu mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan. Matanya berbinar. Seutas senyum terukir di wajahnya. Lalu, ia kembali menatap Byunghun. Byunghun memberi isyarat agar adiknya menghampiri orang itu.
“Lakukan apa yang harus kau lakukan, adikku.”
Tanpa buang-buang waktu, Raekyo menghampiri laki-laki itu lalu memeluknya erat. Laki-laki itu membalas pelukannya dengan lebih erat. Keduanya tersenyum, lalu berjalan menyusuri halaman sekolah dengan bergandengan tangan, sambil terus bercengkrama.
Byunghun menatap pemandangan itu dengan tersenyum lega.
                                                          ***
Sepasang sepatu berjalan menyusuri dedaunan yang telah jatuh dari peranakannya. Daun-daun tua itu berserakan dimana-mana. Sepasang sepatu itu tetap berjalan, menyapu dedaunan itu dengan langkahnya. Langkah sepatunya dapat terdengar karena suasana yang sepi. Setelah mencapai tujuannya, laki-laki itu bersimpuh. Di depan sebuah batu nisan, ia meletakkan satu buket bunga besar. Ia mengusap lembut batu nisan itu. Wajahnya tersenyum penuh arti.
“Seperti janjiku Gommie ah, aku datang lagi.” Katanya sambil tetap mengusapnya pelan-pelan. “Memberikan bunga musim gugur, bunga favoritmu, bukan?”
Ia merogoh sakunya, dan mengeluarkan secarik kertas. Di kertas itu tertulis;
“When the head forgets, the chest remember.”
“Geurae, nan eonjena dangsineul gieok halkkeyo…” Ucap laki-laki itu, sambil tetap bersimpuh dan tersenyum.
                                                          ***
Raekyo’s Diary
11th of November
Aku, Junsu, dan Hoya Oppa, bagaikan amplop dan perangko. Kami bertiga tidak bisa dipisahkan. Ingat itu, TIDAK BISA dipisahkan. Canda, tawa, tangis, gurauan mereka adalah makanan sehari-hariku. Aku tidak bisa hidup tanpa semua itu.
Sungguh, aku mencoba untuk menghilangkan perasaan ini. Agar kedua orang yang aku sayangi tidak terluka. Aku tahu ini konyol, tapi, ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Aku kira, Junsu dan Hoya Oppa adalah teman dan kakak yang baik bagiku. Bukankah begitu? Jadi, apabila perasaan itu muncul kembali, 2 atau 3 tahun lagi, kepada siapapun aku merasakannya, aku akan memperjuangkannya. Aku tak akan melepaskannya. Aku akan menjaganya.
Tapi kini, berteman saja cukup bukan? Memang kadang, perasaan itu sering muncul. Tapi, aku akan mencoba mempertahankannya. Demi persahabatan kami bertiga.
Hahahahaha, mungkin itu saja ceritaku hari ini. Udara hari ini sangat dingin, musim gugur akan berakhir! >< Tapi, salju akan turun. Aku,
Hoya Oppa dan Junsu akan melihat first now bersama minggu depan. Aaaah aku tidak bisa menunggu lagi! ^^
Tapi, besok aku ulangan kimia. Aaaah merusak suasana saja-_- Dosen- dosen sungguh baik, memberikan hadiah sebelum liburan berbentuk ulangan. Karena lusa aku ada ulangan fisika dan sejarah. Aigoo… Aku harus minum coklat panas untuk menambah energi hahaha:9
Ah, siapa itu? Ribut sekali di luar. Tunggu, apakah itu Hoya Oppa dan Junsu? Ada ap… OH IYA! Hoya Oppa janji akan memberikan pelajaran tambahan Kimia dan Fisika. Sementara Junsu mengajarkanku sejarah. Aihu… Menjadi mahasiswi tidak mudah rupanya -.-
Kalau begitu, sudah dulu ya! Aku harus belajar tekun agar Eomma dan Appa memberikanku laptop baru, hahahahaha.
PPYONG!,
Ram-kki^O^ *gabungan nama panggilan dari Hoya Oppa dan Junsu. Hoya Oppa memanggilku Tokki (kelinci) dan Junsu memanggilku Daramjee (tupai). Kyeopta, keutchi? Keke^^
                                                                                 ***
When I hear the sound of spring coming, I walk on the path with the bloomed flowers
When the rainy summer comes, I walk as I see the rainbow
When autumn passes and winter comes, with the warmth from our hands
We walk together                                                                                                                                                                         How great is your love…
(How Great Is Your Love – 소녀시대)

                                             ~끝~ ;-)~
Dadah semua, sampai ketemu di ff lainnya ehehehe ^^ Tak tunggu lanjutan ff-ff kaliaaaan :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar